Rabu, 06 Mei 2015

Alquran dan Kebenaran Ilmiah


Dr. Abdul Gaffar, S. Th.I, M. Th.I


A.    Latar Belakang Masalah
Ilmu dibangun di atas tiga landasan; ontologis,  epistemologis dan aksiologis. Secara ontologis ilmu dibangun berdasarkan konstruksi ilmu pengetahuan keyakinan filosofis tentang (hakikat ) realitas. Secara epistemologis ilmu dibangun atas dasar metodologi yang diturunkan dari hakikat realitas yang diyakini kebenarannya, sedangkan secara aksiologis ilmu dikembangkan untuk memenuhi tujuan etis sesuai dengan hakikat kebenarannya yang diyakininya.[1]
Konsep realitas sangat mempengaruhi epistemologi. Bagi Mayoritas ilmuwan dan pemikir dalam peradaban Barat modern, yang diakui sebagai realitas adalah terbatas kepada apa yang dapat disaksikan oleh panca indera atau yang dapat disahkan oleh metode empiris sehingga terjadi terjadi penyempitan realitas objek yang dapat diketahui oleh manusia dan wilayah realitas subyek yang mengetahui.[2]
Keraguan menyangkut panca indra memang wajar tetapi ia tidak harus selalu diragukan. Dia memang tidak jarang keliru apalagi tidak semua objek dapat menjadi sasarannya. Kebenaran yang diperoleh secara mendalam berdasarkan proses penelitian dan penalaran logika ilmiah terhadap realitas objek dapat ditemukan dan diuji dengan pendekatan pragmatis, koresponden, koheren dan wahyu.
Sementara untuk membahas hubungan antara al-Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dengan melihat, misalnya, adakah teori relativitas atau bahasan tentang angkasa luar, ilmu komputer tercantum dalam al-Qur’an, akan tetapi yang lebih utama adalah melihat adakah jiwa ayat-ayatnya menghalangi kemajuan ilmu pengetahuan atau sebaliknya, serta adakah satu ayat al-Qur’an yang bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah yang telah mapan?.[3]
Di sisi lain, dalam al-Qur’an tersimpul ayat-ayat yang menganjurkan untuk mempergunakan akal pikiran dalam mencapai hasil. Allah berfirman: Katakanlah hai Muhammad: "Aku hanya menganjurkan kepadanya satu hal saja, yaitu berdirilah karena Allah berdua-dua atau bersendiri-sendiri, kemudian berpikirlah.[4] Demikianlah al-Qur’an telah membentuk satu iklim baru yang dapat mengembangkan akal pikiran manusia, serta menyingkirkan hal-hal yang dapat menghalangi kemajuannya.[5]
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian epistemologi dan kebenaran ilmiah?
2.      Bagaimana epistemologi kebenaran pengetahuan dalam al-Qur’an?
3.      Bagaimana hubungan antara al-Qur’an dan kebenaran ilmiah?

FACEBOOK COMENT

ARTIKEL SEBELUMNYA

 
Blogger Templates