Oleh : Muhammad Salahuddin Al- Mauludy
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang mengajarkan kepada
pengikutnya untuk meyakini adanya Tuhan
Yang Maha Esa, yaitu Allah swt. Dalam bahasa agama Islam keyakinan di sini dinamakan al-Iman
(iman). Dalam Islam, iman yang dimaksud disini adalah iman kepada Allah swt.
karena pengertian iman secara umum mempunyai makna yang luas. Orang yang
mengaku sebagai muslim berarti dia memiliki konsekuensi untuk
mempertanggungjawabkan pengakuannya itu,
yaitu kewajiban untuk beriman kepada Allah swt. Iman kepada Allah swt.
merupakan pondasi yang paling penting, pertama, utama dan mendasar dalam Islam.
Karena seseorang yang mengaku sebagai seorang muslim tapi tidak beriman kepada
Allah maka pengakuannya itu sia-sia saja. Orang yang tidak beriman kepada Allah
swt. Sekalipun melakukan amal kebajikan yang sangat banyak, maka amalnya itu
sia-sia di sisi Allah swt.
Dalam
hadis-hadis nabi, sangat banyak disebutkan tentang masalah keimanan. Tetapi
sebagian besar kaum muslim tidak memahami bahkan salah memahami bagaimana
keimanan itu. Sehingga banyak kaum muslim yang mengaku beriman tetapi mereka
tidak sama sekali mengaplikasikan substansi keimanan tersebut. Ada orang yang
rajin salat, tetapi korupsinya juga rajin. Ada yang giat bersedekah, tetapi
masih suka mengambil uang negara. Hal ini mengindikasikan bahwa ada yang salah
dalam pengamalan ajaran-ajaran Islam.
Makalah
ini dipaparkan untuk membantu memberikan pemahaman yang benar bagaimana keimanan itu sendiri dan bagaimana
pandangan hadis nabi tentang
hal itu. Disamping juga dapat dipergunakan sebagai bahan bacaan bagi orang yang
ingin mempelajari masalah iman. Kemudian pembahasan ini lebih difokuskan kepada hadis-hadis Nabi
saw. Dalam artian hadis-hadis yang membahas
masalah iman juga dipaparkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, masalah pokok dalam
makalah ini adalah bagaimana perspektif hadis Nabi saw. tentang iman. Adapun
rumusan masalah tersebut dapat dibagi
dalam beberapa sub masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana pengertian iman
dalam hadis Nabi saw.?
2.
Bagaimana kandungan hadis
Nabi saw. tentang iman?
3.
Bagaimana iman menjadi hal
yang paling urgen dalam melakukan segala amal perbuatan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman
Secara
etimologi kata i>ma>n merupakan bentuk masdar dari kata a>mana-yu’minu-i>ma>nan,
berakar dari huruf-huruf alif, mim, dan nun, mempunyai
beberapa makna antara lain:
1.
الامانة
التى هى ضد الخيانة معناها سكون القلب:
amanah, lawan dari khianat yang bermakna ketentraman hati.[1]
Di
dalam al-Qur’an terdapat kata a>mana
yang jika bertemu dengan huruf ba atau la>m semakna
dengan التصديق yaitu surah Yu>suf [12]: 17 dan surah al- ‘Angkabu>t
[29]: 26[7]
قَالُوا يَا أَبَانَا
إِنَّا ذَهَبْنَا نَسْتَبِقُ وَتَرَكْنَا يُوسُفَ عِنْدَ مَتَاعِنَا فَأَكَلَهُ الذِّئْبُ
وَمَا أَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَنَا وَلَوْ كُنَّا صَادِقِينَ
Terjemahnya:
Mereka berkata: "Wahai ayah kami,
sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat
barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan percaya
kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar". [8]
فَآمَنَ
لَهُ لُوطٌ وَقَالَ إِنِّي مُهَاجِرٌ إِلَىٰ
رَبِّي إِنَّهُ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Terjemahnya:
Maka Luth membenarkan (kenabian)nya.
Dan berkatalah Ibrahim: "Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang
diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); sesungguhnya Dialah Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.[9]
Kemudian kata a>mana yang semakna
dengan kata الامن yaitu terdapat dalam surah Quraisy [106]: 4 dan al-Dukha>n[44]: 51[10]
الَّذِي أَطْعَمَهُمْ
مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ
Terjemahnya:
Yang telah memberi makanan kepada mereka
untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.[11]
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي مَقَامٍ أَمِينٍ
Terjemahnya:
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada
dalam tempat yang aman.[12]
Berikutnya kata a>mana yang semakna
dengan الامانة yaitu dalam surah al-Ahza>b [33]: 72 dan al-Nisa>’ [4]: 58[13]
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا
الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
Terjemahnya:
Sesungguhnya Kami telah
mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya
enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan
amat bodoh.[14]
إِنَّ
اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا
حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
Terjemahnya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.[15]
I<ma>n
merupakan lawan kata dari kufr yang berarti al-satr (menutup) dan al-tagt}iyyah
(menyembunyikan).[16]
Orang yang tidak beriman dinamakan ka>fir
karena dia menutup diri dari kebenaran.
Secara terminologi atau dalam istilah syar’i
para ulama mempuyai pendapat yang beragam tentang pengertian iman, antara lain:
a. Al-Ima>m Ma>lik,
al-Syafi>’i>, Ah}mad, al-Auza>‘i>, Ish}aq ibn Rahawaih, dan segenap
ulama ahli hadis serta ulama Madinah demikian juga para pengikut mazhab Za>hiriyyah
dan sebagian ulama mutakallimin berpendapat bahwa definisi iman itu adalah :
pembenaran dengan hati, pengakuan dengan lisan, dan amal dengan anggota badan.
Para ulama salaf menjadikan amal
termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang,
sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang.[17]
b.
Al-Ima>m Isma>’i>l ibn Muh}ammad al-Taimi> berkata :
الإيمان في الشرع عبارة عن جميع الطاعات الباطنة والظاهرة [18]
Artinya:
“Iman dalam
pengertian syar’i adalah satu perkataan yang mencakup makna semua ketaatan
lahir dan batin”.
Al-Nawawi> menukil perkataannya :
الإيمان في لسان الشرع هو التصديق بالقلب والعمل بالأركان[19]
Artinya:
“Iman dalam
istilah syar’i adalah pembenaran dengan hati dan perbuatan dengan anggota tubuh”.
c.
Ima>m Ibnu ‘Abd al-Barr berkata :
أجمع أهل الفقه والحديث على أن الإيمان قول وعمل، ولا عمل إلا بنية[20]
Artinya:
“Para ahli fiqih dan hadis telah sepakat bahwasannya iman itu
perkataan dan perbuatan. Dan tidaklah ada perbuatan kecuali dengan niat”.
d.
Al-Ima>m Ibn al-Qayyim al-Jauzi> berkata :
حقيقة الإيمان مركبة من قول وعمل. والقول قسمان : قول القلب، وهو الاعتقاد، وقول
اللسان، وهو التكلّم بكلمة الإسلام. والعمل قسمان : عمل القلب، وهو نيته وإخلاصه، وعمل
الجوارح. فإذا زالت هذه الأربعة، زال الإيمان بكماله، وإذا زال تصديق القلب، لم تنفع
بقية الأجزاء[21]
Artinya:
“Hakekat iman
terdiri dari perkataan dan perbuatan. Perkataan ada dua : perkataan hati, yaitu
i‘tiqa>d; dan perkataan
lisan, yaitu perkataan tentang kalimat Islam (mengikrarkan syahadat – Abu> al-Jauza>’). Perbuatan
juga ada dua : perbuatan hati, yaitu niat dan keikhlasannya; dan perbuatan
anggota badan. Apabila hilang keempat hal tersebut, akan hilang iman dengan
kesempurnaannya. Dan apabila hilang pembenaran (tas}di>q) dalam hati,
tidak akan bermanfaat tiga hal yang lainnya”.
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa pengertian iman adalah pembenaran dengan segala keyakinan
tanpa keraguan sedikitpun mengenai yang datang dari Allah swt. dan rasul-Nya.
B. Hadis-Hadis Nabi saw. Tentang Iman
Banyak
terdapat dalam hadis Nabi saw. yang menerangkan tentang iman. Tetapi
dalam makalah ini hanya sedikit yang dipaparkan dan dibatasi hanya hadis-hadis
dalam al-Kutub al-Tis‘ah.[22]
Berikut dipaparkan hadis nabi terkait dengan iman setelah dilakukan
pengklasifikasian sesuai isi dan kandungannya. Di antaranya yaitu:
a.
Rukun-Rukun Iman
حَدَّثَنِي أَبُو خَيْثَمَةَ زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ كَهْمَسٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ يَحْيَى
بْنِ يَعْمَرَ ح و حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ الْعَنْبَرِيُّ وَهَذَا
حَدِيثُهُ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا كَهْمَسٌ عَنْ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ يَحْيَى
بْنِ يَعْمَرَ قَالَ............. ثُمَّ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ
قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيدُ سَوَادِ
الشَّعَرِ لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى
جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ
إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي
عَنْ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِسْلَامُ
أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصُومَ
رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنْ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا قَالَ صَدَقْتَ
قَالَ فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِيمَانِ
قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ صَدَقْتَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي
عَنْ الْإِحْسَانِ قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ
تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ السَّاعَةِ قَالَ مَا الْمَسْئُولُ
عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ السَّائِلِ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَتِهَا قَالَ أَنْ
تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ
الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ قَالَ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا
ثُمَّ قَالَ لِي يَا عُمَرُ أَتَدْرِي مَنْ السَّائِلُ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ
أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ[23]
Artinya:
Telah menceritakan kepadaku
Abu> Khais\amah Zuhair ibn H{arb telah menceritakan kepada kami Waki>‘
dari Kahmas dari ‘Abd Allah ibn Buraidah dari Yah}ya ibn Ya'mar (dalam riwayat
lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami ‘Ubaid Allah ibn Mu‘a>z\
al-‘Anbari> dan ini hadisnya, telah menceritakan kepada kami Bapakku telah
menceritakan kepada kami Kahmas dari Ibnu Buraidah dari Yah}ya ibn Ya‘mar dia
berkata,……………Kemudian dia mulai menceritakan hadis seraya berkata, ‘Umar ibn
al-Khat}t}a>b berkata, 'Dahulu kami pernah berada di sisi Rasulullah saw.,
lalu datanglah seorang laki-laki yang bajunya sangat putih, rambutnya sangat
hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan. Tidak seorang pun dari kami
mengenalnya, hingga dia mendatangi Nabi saw. lalu menyandarkan lututnya pada
lutut Nabi saw., kemudian ia berkata, 'Wahai Muh}ammad, kabarkanlah kepadaku
tentang Islam? ' Rasulullah saw. menjawab: "Kesaksian bahwa tidak ada
tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa Muh}ammad adalah hamba dan
utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan puasa Ramadlan, serta haji
ke Baitullah jika kamu mampu bepergian kepadanya.' Dia berkata, 'Kamu benar.'
‘Umar berkata, 'Maka kami kaget terhadapnya karena dia menanyakannya dan
membenarkannya.' Dia bertanya lagi, 'Kabarkanlah kepadaku tentang iman itu? '
Beliau menjawab: "Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk."
Dia berkata, 'Kamu benar.' Dia bertanya, 'Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan
itu? ' Beliau menjawab: "Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu
melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia
melihatmu." Dia bertanya lagi, 'Kapankah hari akhir itu? ' Beliau
menjawab: "Tidaklah orang yang ditanya itu lebih mengetahui daripada orang
yang bertanya." Dia bertanya, 'Lalu kabarkanlah kepadaku tentang
tanda-tandanya? ' Beliau menjawab: "Apabila seorang budak melahirkan
(anak) tuan-Nya, dan kamu melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang,
miskin, penggembala kambing, namun bermegah-megahan dalam membangun
bangunan." Kemudian dia bertolak pergi. Maka aku tetap saja heran kemudian
beliau berkata; "Wahai Umar, apakah kamu tahu siapa penanya
tersebut?" Aku menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Beliau
bersabda: "Itulah jibril, dia mendatangi kalian untuk mengajarkan kepada
kalian tentang pengetahuan agama kalian'.
b.
Jumlah Cabang-Cabang/ Indikator Iman
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ
الْجُعْفِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ
بْنُ بِلَالٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْإِيمَانُ
بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ[24]
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami
‘Abd Allah ibn Muh}ammad al-Ju‘fi> dia berkata, Telah menceritakan kepada
kami Abu> ‘A<mir al-‘Aqadi> yang berkata, bahwa Telah menceritakan
kepada kami Sulaima>n ibn Bila>l dari ‘Abd Allah ibn Di>na>r dari
Abu> S{a>lih} dari Abu> Hurairah dari Nabi saw., beliau bersabda: "Iman memiliki lebih dari enam
puluh cabang, dan malu adalah bagian dari iman”.
c.
Tiga Perkara untuk
Mendapatkan Manisnya Iman
1-حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَمُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى
بْنِ أَبِي عُمَرَ وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ جَمِيعًا عَنْ الثَّقَفِيِّ قَالَ ابْنُ
أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ
أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ
فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ
إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ
وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ
كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ[25]
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami
Ishaq ibn Ibra>hi>m dan Muh}ammad ibn Yah}ya ibn Abi> ‘Umar serta
Muh}ammad ibn Basysya>r semuanya dari al-S|aqafi> berkata Ibnu Abi>
‘Umar telah menceritakan kepada kami ‘Abd al-Wahha>b dari Ayyu>b dari Abu>
Qila>bah dari Anas dari Nabi saw., dia berkata, "Tiga perkara jika itu
ada pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman; orang yang mana Allah
dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya, mencintai seseorang
yang ia tidak mencintainya kecuali karena Allah, dan benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah
menyelamatkannya dari kekafiran tersebut sebagaimana ia benci untuk masuk
neraka”.
2-قَالَ
أَبُو دَاوُد وَقَرَأْتُ فِي كِتَابِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَالِمٍ بِحِمْصَ عِنْدَ
آلِ عَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ الْحِمْصِيِّ عَنْ الزُّبَيْدِيِّ قَالَ وَأَخْبَرَنِي
يَحْيَى بْنُ جَابِرٍ عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُعَاوِيَةَ
الْغَاضِرِيِّ مِنْ غَاضِرَةِ قَيْسٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ثَلَاثٌ مَنْ فَعَلَهُنَّ فَقَدْ طَعِمَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ عَبَدَ
اللَّهَ وَحْدَهُ وَأَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَعْطَى زَكَاةَ مَالِهِ طَيِّبَةً
بِهَا نَفْسُهُ رَافِدَةً عَلَيْهِ كُلَّ عَامٍ وَلَا يُعْطِي الْهَرِمَةَ وَلَا الدَّرِنَةَ
وَلَا الْمَرِيضَةَ وَلَا الشَّرَطَ اللَّئِيمَةَ وَلَكِنْ مِنْ وَسَطِ أَمْوَالِكُمْ
فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَسْأَلْكُمْ خَيْرَهُ وَلَمْ يَأْمُرْكُمْ بِشَرِّهِ[26]
Artinya:
Telah berkata Abu> Da>wud;
dan aku telah membaca isi catatan ‘Abd Allah ibn Sa>lim di h}ims} yang
berada pada keluarga A<li ‘Imra>n ibn al-Ha>ris\ al-H{ims}i> dari
al-Zubaidi>, ia berkata; dan telah mengabarkan kepadaku Yah}ya ibn Ja>bir
dari Jubair ibn Nufair dari ‘Abd Allah ibn Mu‘a>wiyah al-Ga>d}iri> dari
kabilah Ga>d}irah Qais, ia berkata; Nabi saw. bersabda: "Tiga perkara,
barang siapa yang melaksanakannya maka ia akan merasakan nikmatnya iman yaitu
barang siapa yang beribadah kepada Allah semata dan tidak ada tuhan yang berhak
disembah kecuali Allah, dan menunaikan zakat hartanya dengan jiwa yang lapang
dan jiwanya terdorong untuk menunaikan zakat setiap tahun dan tidak memberikan
hewan yang sudah tua dan tanggal giginya, lemah, serta yang sakit atau
menunaikannya dengan yang kecil jelek. Akan tetapi tunaikanlah dengan harta kalian
yang pertengahan karena sesungguhnya Allah tidak meminta kalian yang harta
terbaik kalian dan tidak juga menyuruh kalian memberikan harta yang terburuk.
d.
Keistimewaan Iman Seorang
Mu’min Setara dengan Syuhada’
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ
عَنْ عَطَاءِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ أَبِي يَزِيدَ الْخَوْلَانِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ فَضَالَةَ
بْنَ عُبَيْدٍ يَقُولُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الشُّهَدَاءُ أَرْبَعَةٌ رَجُلٌ
مُؤْمِنٌ جَيِّدُ الْإِيمَانِ لَقِيَ الْعَدُوَّ فَصَدَقَ اللَّهَ حَتَّى قُتِلَ فَذَلِكَ
الَّذِي يَرْفَعُ النَّاسُ إِلَيْهِ أَعْيُنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ هَكَذَا وَرَفَعَ
رَأْسَهُ حَتَّى وَقَعَتْ قَلَنْسُوَتُهُ قَالَ فَمَا أَدْرِي أَقَلَنْسُوَةَ عُمَرَ
أَرَادَ أَمْ قَلَنْسُوَةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَرَجُلٌ
مُؤْمِنٌ جَيِّدُ الْإِيمَانِ لَقِيَ الْعَدُوَّ فَكَأَنَّمَا ضُرِبَ جِلْدُهُ بِشَوْكِ
طَلْحٍ مِنْ الْجُبْنِ أَتَاهُ سَهْمٌ غَرْبٌ فَقَتَلَهُ فَهُوَ فِي الدَّرَجَةِ الثَّانِيَةِ
وَرَجُلٌ مُؤْمِنٌ خَلَطَ عَمَلًا صَالِحًا وَآخَرَ سَيِّئًا لَقِيَ الْعَدُوَّ فَصَدَقَ
اللَّهَ حَتَّى قُتِلَ فَذَلِكَ فِي الدَّرَجَةِ الثَّالِثَةِ وَرَجُلٌ مُؤْمِنٌ أَسْرَفَ
عَلَى نَفْسِهِ لَقِيَ الْعَدُوَّ فَصَدَقَ اللَّهَ حَتَّى قُتِلَ فَذَلِكَ فِي الدَّرَجَةِ
الرَّابِعَةِ[27]
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami
Qutaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi>‘ah dari
‘At}a> ibn Di>na.r dari Abu> Yazi>d al-Khaula>ni Bahwasanya ia
mendengar Fad}a>lah ibn ‘Ubaid berkata; Aku mendengar ‘Umar ibn
Khat}t}a>b berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:
"Syuhada itu ada empat; seorang mukmin yang istimewa keimanannya, ia
bertemu musuh dan membenarkan Allah hingga ia terbunuh. Mukmin inilah yang
kelak mata manusia tertuju kepadanya dengan penuh kekaguman pada hari
kiamat." Nabi mengucapkan hal ini sembari mengangkat kepalanya hingga
pecinya terjatuh. Ia katakana; 'Saya tidak tahu peci manakah yang dimaksud,
peci ‘Umarkah atau peci Nabi'. Beliau melanjutkan sabdanya; Dan Seorang mukmin
yang istimewa keimanannya dan bertemu musuh, hanya sayang tubuhnya (maksudnya
dirinya) seolah-olah terkena sedikit duri pohon karena sifat pengecutnya yang
masih ada, ia terkena anak panah yang menyasar hingga menjadikannya terbantai,
orang ini berada di tingkat kedua. dan seorang mukmin yang masih
mencampuradukkan amal shalihnya dan amal buruknya, ia bertemu musuh dan
membenarkan Allah hingga terbunuh. Orang ini berada di tingkat ketiga. Dan
seorang mukmin yang melampui batas terhadap dirinya, ia bertemu musuh dan
membenarkan Allah hingga ia terbunuh. Orang ini berada di tingkat
keempat."
e.
Iman Adalah Amalan yang
Paling Mulia
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ قَالَ حَدَّثَنَا
عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ أَنْبَأَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ ابْنِ الْمُسَيَّبِ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ سَأَلَ رَجُلٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ الْإِيمَانُ بِاللَّهِ
قَالَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ
ثُمَّ الْحَجُّ الْمَبْرُورُ[28]
Artinya:
Telah mengabarkan kepada kami Muh}ammad
ibn Ra>fi‘, ia berkata; telah menceritakan kepada kami ‘Abd al-Razza>q,
ia berkata; telah memberitakan kepada kami Ma‘mar dari al-Zuhri> dari Ibn al-Musayyab
dari Abu> Hurairah, ia berkata; terdapat seorang laki-laki yang bertanya
kepada Nabi saw., ia berkata; "Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling
baik? Beliau menjawab: "Beriman kepada Allah." Orang tersebut
berkata; kemudian apa? Beliau menjawab: "Berjihad di jalan Allah."
Laki-laki tersebut berkata; kemudian apa? beliau menjawab: "Haji
mabrur."
C. Kandungan Hadis Nabi saw. Tentang Iman
Adapun kandungan hadis yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah hanya hadis
yang pertama (hadis riwayat
Muslim dari ‘Umar ibn Khat}t}a>b). kandungan hadis tersebut antara lain:
a.
Lima rukun Islam[29],
yaitu:
·
Bersyahadat. Yaitu bersaksi
bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
·
Mendirikan salat
·
Menunaikan zakat
·
Berpuasa pada bulan Ramadan
·
Naik haji bagi yang mampu
b.
Enam rukun imam,[30]
yaitu:
·
Iman kepada Allah
·
Iman kepada malaikat-malaikat-Nya
·
Iman kepada kitab-kitab-Nya
·
Iman kepada para nabi dan
rasul-Nya
·
Iman kepada hari akhir
·
Iman kepada qada> dan
qadar
c.
Arti ihsan yaitu beribadah
kepada Allah seakan-akan melihat-Nya dan jika tidak melihat-Nya maka
sesungguhnya Dia melihatnya (orang yang beribadah).
d.
Tanda-tanda datangnya hari
kiamat, antara lain: Apabila seorang budak melahirkan (anak) tuannya, dan melihat
orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, namun
bermegah-megahan dalam membangun bangunan.
Poin paling penting yang harus diingat
dalam hadis ini adalah yang telah disebutkan diatas yaitu penjelasan tentang
islam, iman, dan ihsan serta wajibnya mengimani kekuasaan Allah swt. Berbicara tentang iman amat
panjang pembahasannya yang disebutkan oleh jama’ah para ulama.
Dii antaranya perkataan Imam Abu>
al-Husain yang dikenal dengan Ibn al-Bat}t}a>l al-Maliki>, bahwa beliau
berkata: mazhab jama’ah ahlussunnal dan salaful ummah maupun setelahnya
berpendapat bahwa iman adalah perkataan dan perbuatan, dapat bertambah maupun
berkurang.[31]
Dalilnya adalah firman Allah swt. Dalam surah al-Fath [48]: 4
uqèd üÏ%©!$# tAtRr& spoYÅ3¡¡9$# Îû É>qè=è% tûüÏZÏB÷sßJø9$# (#ÿrß#y÷zÏ9 $YZ»yJÎ) yì¨B öNÍkÈ]»yJÎ)
Terjemahnya:
Dia-lah yang telah
menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka
bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).[32]
Pada asalnya tas}di>q (pembenaran)
itu memang tidak bertambah atau berkurang, akan tetapi iman bila ditinjau
secara syar’i dapat bertambah atau berkurang sejalan dengan bertambah dah
berkurangnya buah dari iman yang berupa amal. Dalam sudut pandang agama Islam,
tidak semua pembenaran dinamai iman. Iman terbatas pada pembenaran menyangkut
apa yang disampaikan oleh Nabi saw. yang pokok-pokoknya tergambar dalam rukun
iman yang enam itu.
Iman memiliki tingkatan-tingkatan. Ada yang
percaya tanpa sedikit argumen pun. Ia percaya karena kebetulan objek kepercayaan sesuai dengan kecenderungan
hatinya. Iman yang lebih tinggi kualitasnya dari yang disebut di atas adalah
yang percaya walau dengan sedikit bukti, kendati bukti itu sebenarnya rapuh
bila dianalisa. Yang tertinggi tentunya adalah yang keimanannya didukung oleh
argumen yang sangat kuat dan tidak tergoyahkan, serta didukung oleh pengalaman
ruhani yang meyakinkan.[33]
Adapun kata iman yang mencakup di dalamnya
amal, maka hal ini telah disepakati oleh ahl al-haq dengan salah satu
dalilnya yaitu dalam surah al-Baqarah [2]: 143
$tBur tb%x. ª!$# yìÅÒãÏ9 öNä3oY»yJÎ)
Terjemahnya:
dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.[34]
Yakni
Allah tidak akan menyia-nyiakan salat kalian.
Kemudian kata i>ma>n mencakup pula
pengertian yang merupakan tafsir dari Islam dalam hadis ini, demikian pula
seluruh bentuk ketaatan. Karena amal-amal tersebut merupakan buah dari tas}di>q
yang merupakan asal dari iman.
D. Urgensi Iman
Iman bagi orang muslim merupakan pondasi
utama dari kesadaran keagamaannya yang dalam berbagai wacana keagamaan
senantiasa diperin gatkan agar dijaga dan diperkuat serta penuh makna dan
tafsiran. Peringatan tentang iman itu dari sumber aslinya (al-Qur’an) berkait
erat dengan amal perbuatan yang merupakan tuntutan langsung dari iman spiritual
itu, sehingga tidak ada iman tanpa amal. Ekspresi iman orang mukmin adalah
melaksanakan perintah Tuhan, baik berkaitan langsung dengan Tuhan maupun dengan
manusia (h}abl min Allah dan habl min al-na>s).
Manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi
berkewajiban melaksanakan tugas dan misinya secara benar agar bermanfaat bagi
umat manusia dan lingkungannya. Dalam rangka itulah diperlukan memiliki ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, antara kesadaran keimanan dan amal perbuatan itu dapat membentuk hidup berkualitas dan benar.
Akal sering membuat manusia lupa dengan
keterbatasan dirinya , termasuk keterbatasan akan itu sendiri. Dengan demikian
meyakini adanya Allah yang menjadi mencipta manusia dan segala makhluk lainnya,
Dia Mahatahu segalanya tentang makhluknya termasuk manusia itu sendiri,
merupakan bukti keterbatasan manusia itu
sendiri dan menjadikan Allah sebagai
satu-satunnya penolong di dunia maupun di akhirat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai jawaban atas sub-sub masalah sebagai
berikut:
1.
Iman adalah pembenaran
dengan segala keyakinan tanpa keraguan sedikitpun mengenai yang datang dari
Allah swt dan rasul-Nya. Dalam hadis, nabi menyebutkan pengertian iman yang merupakan
unsur sekaligus rukun iman itu sendiri.
2.
Kandungan hadis-hadis nabi
tentang iman antara lain:
a.
Unsur-unsur iman yang
merupakan rukun iman itu sendiri ada enam, yaitu: iman kepada Allah, malaikat,
kitab, rasul, hari akhir, dan qada> dan qadar.
b.
Indikator-indikator iman
kurang lebih enam puluh macam (cabang) dan salah satu indikatornya adalah rasa
malu (melakukan maksiat).
c.
Amal yang paling utama
adalah iman (kepada Allah) dan seorang mu’min yang mempunyai keistimewaan iman
setara dengan para syuhada (orang yang gugur berperang di jalan Allah).
3.
Urgensi iman antara lain:
a.
Menyadari akan adanya
kekuatan sangat besar yang tidak mampu dicapai oleh akal tetapi mampu untuk
diyakini, yaitu Allah swt., Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kuasa.
b.
Mendorong orang untuk
selalu mengerjakan amal baik dan menjauhi amal buruk karena meyakini Allah Maha
Tahu dan Maha Melihat.
c.
Menjadi pondasi paling
utama dalam melakukan amal perbuatannya sehingga amal baik yang dilakukannya
diterima di sisi Allah.
B. Implikasi dan Saran
Setelah mengetahui bagaimana iman itu dan
pentingnya untuk dimiliki dan di amalkan, diharapkan kepada orang beriman atau
yang mengaku dirinya sebagai orang yang beriman agar senantiasa menambah
keimanan mereka di samping harus menjaganya. Karena banyaknya pengaruh-pengaruh
yang membuat iman itu kadang berkurang, maka sebagai seorang mukmin yang cerdas
akan mempergunakan akal dan hatinya agar
tidak terjerumus dalam hal-hal tersebut.
Pembahasan dalam makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
guna perbaikan kedepan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-‘Abba>s,
Ah}mad ibn H{a>lim ibn Taimiyyah al-H{ara>ni> Abu>. Syarh}
al-‘Aqi>dah al-Wasit}iyyah. Cet. I; Mekkah: Matba‘ah al-Huku>mah,
1392 H.
Al-‘Abd Allah,
Muh}ammad ibn Abi> Bakr ibn Ayyu>b ibn al-Qayyim al-Jauziyyah
Abu>. al-S{ala>h wa H{ukmu
Ta>rikiha>. Saudi ‘Arabiyyah: Wiza>rah al-Syu‘u>n
al-Isla>miyyah, 1420 H.
Al-Afrīqī,
Muh{ammad ibn Mukrim ibn Manz}u>r. Lisān
al-‘Arab. Cet. I; Beirut: Dār S}ādir,
t.th.
Al-As\ari>,
‘Abd Allah ibn ‘Abd al-H{ami>d. al-Waji>z fi> ‘Aqi>dah al-Salaf
al-S{a>lih} ( Ahl al-Sunnah wa al-Jama>‘ah) (Saudi ‘Arabiyyah:
Wiza>rah al-Syu‘u>n al-Isla>miyyah, 1420 H.
Al-As}bah}a>ni>,
Isma>‘i>l ibn Muha}mmad ibn al-Fad}l. al-H{ujjah fi> Baya>n
al-Mah}ajjah wa Syarh} ‘Aqi>dah Ahl al-Sunnah. Cet. I; Beirut:
al-Maktabah al-Isla>mi>, 1970.
Al-‘Azdi>,
Sulaima>n ibn Asy‘as\ Abu> Da>wud al-Sajista>ni.> Sunan
Abu> Da>wud. Beirut: Dar al-Fikr,
t.th.
Al-Bukha>ri>, Abu> ‘Abdillah Muh{ammad
ibn Isma>‘i>l. S}ah}i>h} al-Bukha>ri>. Cet. III; Beirut: Da>r Ibn Kas\i>r, 1407 H./1987 M.
‘I<d, Ibnu
Daqi>q. Syarh} Matan al-Arba‘i>n al-Nawawi>. Cet. I; Saudi
‘Arabiyyah: Mawa>fiq al-Wara>q, 1997.
Ismail, M.
Syuhudi. Pengantar Ilmu Hadis.
Cet.II; Bandung: Angkasa, 1994.
Al-Jazi>ri>,
Abu> Bakr Ja>bir. Minha>j al-Muslim. Cet. I; Beirut: Da>r
al-Fikr, 2001.
Munawwir, Ahmad
Warson. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Cet. 14; Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997.
Al-Naisabu>ri>,
Abu> al-H}usain Muslim ibn al-H{ajja>j. S{ah{i>h{ Muslim. Beirut:
Da>r Ih}ya>’ al-Tura>s\ al-‘Arabi>, t.th.
Al-Nasa>’i,
Ah}mad ibn Syu‘aib Abu> Abd al-Rah}ma>n. Sunan al-Nasa>i. Cet.
II; H{alb: Maktab al-Matbu>‘a>t al-Islamiyyah, 1986 M.
Al-Nawawi>,
Muh}y al-Di>n Yah}ya ibn Syaraf. Syarh} S{ah}i>h} Muslim. Saudi ‘Arabiyyah: Wiza>rah al-Syu‘u>n
al-Isla>miyyah, 1420 H.
RI, Departemaen
Agama. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Cet VIII; Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2008.
Al-Sa‘di>,
‘Abd al-Rah}ma>n ibn Na>s}ir. al-Qaul al-Sadi>d fi> Syarh}
Kita>b al-Tauhi>d li> al-Syaikh Muh}ammad ibn ‘Abd al-Wahha>b
al-Tami>mi>. Cet. I; Saudi ‘Arabiyyah: Maktabah Jaddah, 2001.
Shihab, M.
Quraish. Dkk. Ensiklopedi al-Qur’an: Kajian Kosakata. Cet. I; Jakarta:
Lentera Hati, 2007.
Shihab, M.
Quraish. Menabur Pesan Ilahi; Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat. Cet. II; Jakarta Selatan: Lentera Hati, 2006.
Al-Tirmiz\i>,
Abu> ‘I<sa> Muh{ammad ibn ‘I<sa>. Sunan al-Tirmiz\i>. Beirut: Da>r Ih{ya>’ al-Tura>s\
al-‘Arabi>, t.th.
‘Umar,
Yu>suf ibn ‘Abd Allah ibn Muh}ammad ibn ‘Abd al-Barr al-Namri>
al-Andalusi> Abu>. Al-Tamhi>d. Saudi ‘Arabiyyah: al-Ra’a>sah
al-‘Ammah li Ida>rat al-Buh}u>s\ al-‘Ilmiyyah, 1405 H.
Zakariyya>,
Abu> al-H{usain Ah}mad ibn Fa>ris ibn. Mu‘jam Maqa>yi>s al-Lugah.
Beirut: Da>r al-Fikr, 1399 H/ 1979 M.
[1]Abu>
al-H{usain Ah}mad ibn Fa>ris ibn Zakariyya>, Mu‘jam Maqa>yi>s
al-Lugah, Juz I (Beirut: Da>r al-Fikr, 1399 H/ 1979 M), h. 133.
Selanjutnya disebut Ibnu Fa>ris.
[2]Ibid.
[3]Muh{ammad
ibn Mukrim ibn Manz}u>r al-Afrīqī, Lisān
al-‘Arab, Juz. XIII (Cet. I; Beirut: Dār S}ādir,
t. th.), h. 21. Selanjutnya disebut Ibnu Manz}u>r.
[4]Ahmad
Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Cet. 14;
Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 41.
[5]Ibid.
[6]Ibid.,
h. 42.
[7]M.
Quraish Shihab. Dkk, Ensiklopedi al-Qur’an: Kajian Kosakata, Jilid I
(Cet. I; Jakarta: Lentera Hati, 2007), h. 83.
[8]Departemaen
Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Cet VIII; Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2008), h. 418.
[9]Ibid.,
h. 399.
[10]M.
Quraish Shihab. Dkk, op.cit., h. 85
[11]Departemaen
Agama RI, op.cit.,h. 602.
[12]Ibid.,
h. 498.
[13]M.
Quraish Shihab. Dkk, op.cit.
[14]Departemaen
Agama RI, op.cit.,h. 427.
[15]Ibid.,
h. 87.
[16]Ibnu
Fa>ris, op.cit., Juz V, h. 191. Ibnu Manz}u>r, op.cit., Juz
V, h. 144.
[17]Ah}mad
ibn H{a>lim ibn Taimiyyah al-H{ara>ni> Abu> al-‘Abba>s, Syarh}
al-‘Aqi>dah al-Wasit}iyyah, Juz II (Cet. I; Mekkah: Matba‘ah
al-Huku>mah, 1392 H), h. 163.
[18]\Isma>‘i>l
ibn Muha}mmad ibn al-Fad}l al-As}bah}a>ni>, al-H{ujjah fi>
Baya>n al-Mah}ajjah wa Syarh} ‘Aqi>dah Ahl al-Sunnah Juz I (Cet. I;
Beirut: al-Maktabah al-Isla>mi>, 1970), h. 143.
[19]Muh}y
al-Di>n Yah}ya ibn Syaraf al-Nawawi>, Syarh} S{ah}i>h} Muslim,
Juz I (Saudi ‘Arabiyyah: Wiza>rah al-Syu‘u>n al-Isla>miyyah, 1420 H),
h. 146.
[20]Yu>suf
ibn ‘Abd Allah ibn Muh}ammad ibn ‘Abd al-Barr al-Namri> al-Andalusi>
Abu> ‘Umar, al-Tamhi>d, Juz IX (Saudi ‘Arabiyyah: al-Ra’a>sah
al-‘Ammah li Ida>rat al-Buh}u>s\ al-‘Ilmiyyah, 1405 H), h. 238.
[21]Muh}ammad
ibn Abi> Bakr ibn Ayyu>b ibn al-Qayyim al-Jauziyyah Abu> ‘Abd Allah, al-S{ala>h
wa H{ukmu Ta>rikiha> (Saudi ‘Arabiyyah: Wiza>rah al-Syu‘u>n
al-Isla>miyyah, 1420 H), h. 35.
[22]Sembilan
kitab hadis yang menjadi kitab sumber, yaitu: S{ah}i>h}
al-Bukha>ri>, S{ah}i>h} Muslim, Sunan Abu> Da>wud, Sunan
al-Nasa’i>, Sunan al-Tirmiz\i>, Sunan Ibnu Ma>jah, Musnad
al-Da>rami>, Muwat}t}a’ Ma>lik, dan Musnad Ah}mad. Lihat: M.
Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis (Cet.II; Bandung: Angkasa, 1994),
h. 117.
[23]Abu>
al-H}usain Muslim ibn al-H{ajja>j al-Naisabu>ri>, S{ah{i>h{
Muslim, Juz. I (Beirut: Da>r Ih}ya>’ al-Tura>s\ al-‘Arabi>,
t.th.), h. 28. S`elanjutnya disebut Muslim.
[24]Abu> ‘Abdillah Muh{ammad ibn
Isma>‘i>l al-Bukha>ri>, S}ah}i>h} al-Bukha>ri>, Juz.
I (Cet. III; Beirut: Da>r Ibn Kas\i>r, 1407 H./1987 M.), h. 12.
[25]Muslim, op.cit.,
Juz I, h. 48.
[26]Sulaima>n
ibn Asy‘as\ Abu> Da>wud al-Sajista>ni> al-‘Azdi>, Sunan
Abu> Da>wud, juz I (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), h. 496
[27]Abu>
‘I<sa> Muh{ammad ibn ‘I<sa> al-Tirmiz\i>, Sunan al-Tirmiz\i>,
Juz IV (Beirut: Da>r Ih{ya>’ al-Tura>s\ al-‘Arabi>, t.th.), h.
177.
[28]Ah}mad
ibn Syu‘aib Abu> Abd al-Rah}ma>n al-Nasa>i, Sunan al-Nasa>i Juz V (Cet. II; H{alb: Maktab
al-Matbu>‘a>t al-Islamiyyah, 1986 M), h. 113.
[29]‘Abd
al-Rah}ma>n ibn Na>s}ir al- Sa‘di>, al-Qaul al-Sadi>d fi>
Syarh} Kita>b al-Tauhi>d li> al-Syaikh Muh}ammad ibn ‘Abd
al-Wahha>b al-Tami>mi>. (Cet. I; Saudi
‘Arabiyyah: Maktabah Jaddah, 1997), h. 71.
[30]Abu>
Bakr Ja>bir al-Jazi>ri>, Minha>j al-Muslim (Cet. I; Beirut:
Da>r al-Fikr, 2001), h. 37. Para ulama berbeda pendapat tentang jumlah rukun
iman. Ada yang berpendapat bahwa rukun iman hanya lima, dengan meniadakan iman
kepada qada> dan qadar. Dasarnya yaitu surah al-Nisa>’ [4]: 6. Ada juga
yang berpendapat bahwa rukun iman hanya satu, yaitu iman kepada Allah swt.
Alasannya karena dengan mengimani Allah swt. berarti dia rela untuk
melaksanakan segala perintah-Nya. Salah satu perintah allah swt. adalah
mengimani rukun iman yang lainnya. Lihat: ‘Abd Allah ibn ‘Abd al-H{ami>d
al-As\ari>, al-Waji>z fi> ‘Aqi>dah al-Salaf al-S{a>lih} ( Ahl
al-Sunnah wa al-Jama>‘ah) (Saudi ‘Arabiyyah: Wiza>rah al-Syu‘u>n
al-Isla>miyyah, 1420 H), h. 105.
[31]Ibnu
Daqi>q al-‘I<d, Syarh} Matan al-Arba‘i>n al-Nawawi> (Cet. I;
Saudi ‘Arabiyyah: Mawa>fiq al-Wara>q, 1997), h. 33.
[32]Departemaen
Agama RI, op.cit.,h. 511.
[33]M.
Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi; Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan
Masyarakat (Cet. II; Jakarta Selatan: Lentera Hati, 2006), h. 5 dan 9.
[34]Departemaen
Agama RI, op.cit.,h. 22.
1 komentar:
numpang nyimak, wujud peringatan maulid nabi muhammad saw :D
Posting Komentar
apakah anda tidak menemukan yang anda cari??? silahkan tuliskan sesuatu yang anda cari itu....