Rabu, 01 Februari 2012

IMAN DALAM PERSPEKTIF HADIS NABI MUHAMMAD SAW


 Oleh : Muhammad Salahuddin Al- Mauludy
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang mengajarkan kepada pengikutnya untuk  meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa, yaitu Allah swt. Dalam bahasa agama Islam keyakinan  di sini dinamakan al-Iman (iman). Dalam Islam, iman yang dimaksud disini adalah iman kepada Allah swt. karena pengertian iman secara umum mempunyai makna yang luas. Orang yang mengaku sebagai muslim berarti dia memiliki konsekuensi untuk mempertanggungjawabkan pengakuannya  itu, yaitu kewajiban untuk beriman kepada Allah swt. Iman kepada Allah swt. merupakan pondasi yang paling penting, pertama, utama dan mendasar dalam Islam. Karena seseorang yang mengaku sebagai seorang muslim tapi tidak beriman kepada Allah maka pengakuannya itu sia-sia saja. Orang yang tidak beriman kepada Allah swt. Sekalipun melakukan amal kebajikan yang sangat banyak, maka amalnya itu sia-sia di sisi Allah swt.
Dalam hadis-hadis nabi, sangat banyak disebutkan tentang masalah keimanan. Tetapi sebagian besar kaum muslim tidak memahami bahkan salah memahami bagaimana keimanan itu. Sehingga banyak kaum muslim yang mengaku beriman tetapi mereka tidak sama sekali mengaplikasikan substansi keimanan tersebut. Ada orang yang rajin salat, tetapi korupsinya juga rajin. Ada yang giat bersedekah, tetapi masih suka mengambil uang negara. Hal ini mengindikasikan bahwa ada yang salah dalam pengamalan ajaran-ajaran Islam.
Makalah ini dipaparkan untuk membantu memberikan pemahaman yang benar  bagaimana keimanan itu sendiri dan bagaimana pandangan hadis nabi tentang hal itu. Disamping juga dapat dipergunakan sebagai bahan bacaan bagi orang yang ingin mempelajari masalah iman. Kemudian pembahasan  ini lebih difokuskan kepada hadis-hadis Nabi saw. Dalam artian hadis-hadis yang membahas  masalah iman juga dipaparkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, masalah pokok dalam makalah ini adalah bagaimana perspektif hadis Nabi saw. tentang iman. Adapun rumusan masalah tersebut dapat dibagi dalam beberapa sub masalah sebagai berikut:
1.   Bagaimana pengertian iman dalam hadis Nabi saw.?
2.   Bagaimana kandungan hadis Nabi saw. tentang iman?
3.   Bagaimana iman menjadi hal yang paling urgen dalam melakukan segala amal perbuatan?






BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman
Secara etimologi kata i>ma>n merupakan bentuk masdar dari kata a>mana-yu’minu-i>ma>nan, berakar dari huruf-huruf alif, mim, dan nun, mempunyai beberapa makna antara lain:
1.   الامانة التى هى ضد الخيانة معناها سكون القلب: amanah, lawan dari khianat yang bermakna ketentraman hati.[1]
2.   التصديق: pembenaran.[2]
3.   الامن والامان: aman, lawan dari kata al-khauf (takut).[3]
4.   وثق به: mempercayai.[4]
5.   خضع له: tunduk padanya.[5]
6.   السلام: kedamaian.[6]
Di dalam al-Qur’an terdapat kata a>mana  yang jika bertemu dengan huruf ba atau la>m semakna dengan التصديق yaitu surah Yu>suf [12]: 17 dan surah al- ‘Angkabu>t [29]: 26[7]
قَالُوا يَا أَبَانَا إِنَّا ذَهَبْنَا نَسْتَبِقُ وَتَرَكْنَا يُوسُفَ عِنْدَ مَتَاعِنَا فَأَكَلَهُ الذِّئْبُ وَمَا أَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَنَا وَلَوْ كُنَّا صَادِقِينَ  
Terjemahnya:
Mereka berkata: "Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar". [8]
فَآمَنَ لَهُ لُوطٌ  وَقَالَ إِنِّي مُهَاجِرٌ إِلَىٰ رَبِّي  إِنَّهُ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ  
Terjemahnya:
Maka Luth membenarkan (kenabian)nya. Dan berkatalah Ibrahim: "Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); sesungguhnya Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.[9]
Kemudian kata a>mana yang semakna dengan kata الامن yaitu terdapat dalam surah Quraisy [106]: 4 dan al-Dukha>n[44]: 51[10]
الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ
Terjemahnya:
Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.[11]

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي مَقَامٍ أَمِينٍ  
Terjemahnya:
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman.[12]
Berikutnya kata a>mana yang semakna dengan الامانة yaitu dalam surah al-Ahza>b [33]: 72 dan al-Nisa>’ [4]: 58[13]
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ  إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
Terjemahnya:
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.[14]
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ  إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ  إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
Terjemahnya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.[15]
I<ma>n  merupakan lawan kata dari kufr yang berarti al-satr  (menutup) dan al-tagt}iyyah (menyembunyikan).[16] Orang yang tidak beriman dinamakan  ka>fir karena dia menutup diri dari kebenaran.
Secara terminologi atau dalam istilah syar’i para ulama mempuyai pendapat yang beragam tentang pengertian iman, antara lain:
a.    Al-Ima>m Ma>lik, al-Syafi>’i>, Ah}mad, al-Auza>‘i>, Ish}aq ibn Rahawaih, dan segenap ulama ahli hadis serta ulama Madinah demikian juga para pengikut mazhab Za>hiriyyah dan sebagian ulama mutakallimin berpendapat bahwa definisi iman itu adalah : pembenaran dengan hati, pengakuan dengan lisan, dan amal dengan anggota badan. Para ulama salaf  menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang.[17]
b.   Al-Ima>m Isma>’i>l ibn Muh}ammad al-Taimi>  berkata :
الإيمان في الشرع عبارة عن جميع الطاعات الباطنة والظاهرة [18]
Artinya:
“Iman dalam pengertian syar’i adalah satu perkataan yang mencakup makna semua ketaatan lahir dan batin”.
Al-Nawawi> menukil perkataannya :
الإيمان في لسان الشرع هو التصديق بالقلب والعمل بالأركان[19]

Artinya:
“Iman dalam istilah syar’i adalah pembenaran dengan hati dan perbuatan dengan anggota tubuh”.
c.    Ima>m Ibnu ‘Abd al-Barr  berkata :
أجمع أهل الفقه والحديث على أن الإيمان قول وعمل، ولا عمل إلا بنية[20]
Artinya:
“Para ahli fiqih dan hadis telah sepakat bahwasannya iman itu perkataan dan perbuatan. Dan tidaklah ada perbuatan kecuali dengan niat”.
d.    Al-Ima>m Ibn al-Qayyim al-Jauzi> berkata :
حقيقة الإيمان مركبة من قول وعمل. والقول قسمان : قول القلب، وهو الاعتقاد، وقول اللسان، وهو التكلّم بكلمة الإسلام. والعمل قسمان : عمل القلب، وهو نيته وإخلاصه، وعمل الجوارح. فإذا زالت هذه الأربعة، زال الإيمان بكماله، وإذا زال تصديق القلب، لم تنفع بقية الأجزاء[21]
Artinya:
“Hakekat iman terdiri dari perkataan dan perbuatan. Perkataan ada dua : perkataan hati, yaitu i‘tiqa>d; dan perkataan lisan, yaitu perkataan tentang kalimat Islam (mengikrarkan syahadat – Abu> al-Jauza>’). Perbuatan juga ada dua : perbuatan hati, yaitu niat dan keikhlasannya; dan perbuatan anggota badan. Apabila hilang keempat hal tersebut, akan hilang iman dengan kesempurnaannya. Dan apabila hilang pembenaran (tas}di>q) dalam hati, tidak akan bermanfaat tiga hal yang lainnya”.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian iman adalah pembenaran dengan segala keyakinan tanpa keraguan sedikitpun mengenai yang datang dari Allah swt.  dan rasul-Nya.

B. Hadis-Hadis Nabi saw. Tentang Iman
Banyak  terdapat dalam hadis Nabi saw. yang menerangkan tentang iman. Tetapi dalam makalah ini hanya sedikit yang dipaparkan dan dibatasi hanya hadis-hadis dalam al-Kutub al-Tis‘ah.[22] Berikut dipaparkan hadis nabi terkait dengan iman setelah dilakukan pengklasifikasian sesuai isi dan kandungannya. Di antaranya yaitu: 
a.   Rukun-Rukun Iman
حَدَّثَنِي أَبُو خَيْثَمَةَ زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ كَهْمَسٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ ح و حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ الْعَنْبَرِيُّ وَهَذَا حَدِيثُهُ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا كَهْمَسٌ عَنْ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ قَالَ............. ثُمَّ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنْ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنْ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا قَالَ صَدَقْتَ قَالَ فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِيمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ صَدَقْتَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِحْسَانِ قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ السَّاعَةِ قَالَ مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ السَّائِلِ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَتِهَا قَالَ أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ قَالَ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا ثُمَّ قَالَ لِي يَا عُمَرُ أَتَدْرِي مَنْ السَّائِلُ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ[23]
Artinya:
Telah menceritakan kepadaku Abu> Khais\amah Zuhair ibn H{arb telah menceritakan kepada kami Waki>‘ dari Kahmas dari ‘Abd Allah ibn Buraidah dari Yah}ya ibn Ya'mar (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami ‘Ubaid Allah ibn Mu‘a>z\ al-‘Anbari> dan ini hadisnya, telah menceritakan kepada kami Bapakku telah menceritakan kepada kami Kahmas dari Ibnu Buraidah dari Yah}ya ibn Ya‘mar dia berkata,……………Kemudian dia mulai menceritakan hadis seraya berkata, ‘Umar ibn al-Khat}t}a>b berkata, 'Dahulu kami pernah berada di sisi Rasulullah saw., lalu datanglah seorang laki-laki yang bajunya sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan. Tidak seorang pun dari kami mengenalnya, hingga dia mendatangi Nabi saw. lalu menyandarkan lututnya pada lutut Nabi saw., kemudian ia berkata, 'Wahai Muh}ammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam? ' Rasulullah saw. menjawab: "Kesaksian bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa Muh}ammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan puasa Ramadlan, serta haji ke Baitullah jika kamu mampu bepergian kepadanya.' Dia berkata, 'Kamu benar.' ‘Umar berkata, 'Maka kami kaget terhadapnya karena dia menanyakannya dan membenarkannya.' Dia bertanya lagi, 'Kabarkanlah kepadaku tentang iman itu? ' Beliau menjawab: "Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk." Dia berkata, 'Kamu benar.' Dia bertanya, 'Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan itu? ' Beliau menjawab: "Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." Dia bertanya lagi, 'Kapankah hari akhir itu? ' Beliau menjawab: "Tidaklah orang yang ditanya itu lebih mengetahui daripada orang yang bertanya." Dia bertanya, 'Lalu kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya? ' Beliau menjawab: "Apabila seorang budak melahirkan (anak) tuan-Nya, dan kamu melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, namun bermegah-megahan dalam membangun bangunan." Kemudian dia bertolak pergi. Maka aku tetap saja heran kemudian beliau berkata; "Wahai Umar, apakah kamu tahu siapa penanya tersebut?" Aku menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Beliau bersabda: "Itulah jibril, dia mendatangi kalian untuk mengajarkan kepada kalian tentang pengetahuan agama kalian'.
b.    Jumlah Cabang-Cabang/ Indikator Iman
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الْجُعْفِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ[24]
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami ‘Abd Allah ibn Muh}ammad al-Ju‘fi> dia berkata, Telah menceritakan kepada kami Abu> ‘A<mir al-‘Aqadi> yang berkata, bahwa Telah menceritakan kepada kami Sulaima>n ibn Bila>l dari ‘Abd Allah ibn Di>na>r dari Abu> S{a>lih} dari Abu> Hurairah dari Nabi saw., beliau bersabda: "Iman memiliki lebih dari enam puluh cabang, dan malu adalah bagian dari iman”.
c.   Tiga Perkara untuk Mendapatkan Manisnya Iman
1-حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَمُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ أَبِي عُمَرَ وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ جَمِيعًا عَنْ الثَّقَفِيِّ قَالَ ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ[25]
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Ishaq ibn Ibra>hi>m dan Muh}ammad ibn Yah}ya ibn Abi> ‘Umar serta Muh}ammad ibn Basysya>r semuanya dari al-S|aqafi> berkata Ibnu Abi> ‘Umar telah menceritakan kepada kami ‘Abd al-Wahha>b dari Ayyu>b dari Abu> Qila>bah dari Anas dari Nabi saw., dia berkata, "Tiga perkara jika itu ada pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman; orang yang mana Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya, mencintai seseorang yang ia tidak mencintainya kecuali karena Allah, dan benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran tersebut sebagaimana ia benci untuk masuk neraka”.
2-قَالَ أَبُو دَاوُد وَقَرَأْتُ فِي كِتَابِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَالِمٍ بِحِمْصَ عِنْدَ آلِ عَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ الْحِمْصِيِّ عَنْ الزُّبَيْدِيِّ قَالَ وَأَخْبَرَنِي يَحْيَى بْنُ جَابِرٍ عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُعَاوِيَةَ الْغَاضِرِيِّ مِنْ غَاضِرَةِ قَيْسٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثٌ مَنْ فَعَلَهُنَّ فَقَدْ طَعِمَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ عَبَدَ اللَّهَ وَحْدَهُ وَأَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَعْطَى زَكَاةَ مَالِهِ طَيِّبَةً بِهَا نَفْسُهُ رَافِدَةً عَلَيْهِ كُلَّ عَامٍ وَلَا يُعْطِي الْهَرِمَةَ وَلَا الدَّرِنَةَ وَلَا الْمَرِيضَةَ وَلَا الشَّرَطَ اللَّئِيمَةَ وَلَكِنْ مِنْ وَسَطِ أَمْوَالِكُمْ فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَسْأَلْكُمْ خَيْرَهُ وَلَمْ يَأْمُرْكُمْ بِشَرِّهِ[26]
Artinya:
Telah berkata Abu> Da>wud; dan aku telah membaca isi catatan ‘Abd Allah ibn Sa>lim di h}ims} yang berada pada keluarga A<li ‘Imra>n ibn al-Ha>ris\ al-H{ims}i> dari al-Zubaidi>, ia berkata; dan telah mengabarkan kepadaku Yah}ya ibn Ja>bir dari Jubair ibn Nufair dari ‘Abd Allah ibn Mu‘a>wiyah al-Ga>d}iri> dari kabilah Ga>d}irah Qais, ia berkata; Nabi saw. bersabda: "Tiga perkara, barang siapa yang melaksanakannya maka ia akan merasakan nikmatnya iman yaitu barang siapa yang beribadah kepada Allah semata dan tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan menunaikan zakat hartanya dengan jiwa yang lapang dan jiwanya terdorong untuk menunaikan zakat setiap tahun dan tidak memberikan hewan yang sudah tua dan tanggal giginya, lemah, serta yang sakit atau menunaikannya dengan yang kecil jelek. Akan tetapi tunaikanlah dengan harta kalian yang pertengahan karena sesungguhnya Allah tidak meminta kalian yang harta terbaik kalian dan tidak juga menyuruh kalian memberikan harta yang terburuk.
d.   Keistimewaan Iman Seorang Mu’min Setara dengan Syuhada’
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ أَبِي يَزِيدَ الْخَوْلَانِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ فَضَالَةَ بْنَ عُبَيْدٍ يَقُولُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الشُّهَدَاءُ أَرْبَعَةٌ رَجُلٌ مُؤْمِنٌ جَيِّدُ الْإِيمَانِ لَقِيَ الْعَدُوَّ فَصَدَقَ اللَّهَ حَتَّى قُتِلَ فَذَلِكَ الَّذِي يَرْفَعُ النَّاسُ إِلَيْهِ أَعْيُنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ هَكَذَا وَرَفَعَ رَأْسَهُ حَتَّى وَقَعَتْ قَلَنْسُوَتُهُ قَالَ فَمَا أَدْرِي أَقَلَنْسُوَةَ عُمَرَ أَرَادَ أَمْ قَلَنْسُوَةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَرَجُلٌ مُؤْمِنٌ جَيِّدُ الْإِيمَانِ لَقِيَ الْعَدُوَّ فَكَأَنَّمَا ضُرِبَ جِلْدُهُ بِشَوْكِ طَلْحٍ مِنْ الْجُبْنِ أَتَاهُ سَهْمٌ غَرْبٌ فَقَتَلَهُ فَهُوَ فِي الدَّرَجَةِ الثَّانِيَةِ وَرَجُلٌ مُؤْمِنٌ خَلَطَ عَمَلًا صَالِحًا وَآخَرَ سَيِّئًا لَقِيَ الْعَدُوَّ فَصَدَقَ اللَّهَ حَتَّى قُتِلَ فَذَلِكَ فِي الدَّرَجَةِ الثَّالِثَةِ وَرَجُلٌ مُؤْمِنٌ أَسْرَفَ عَلَى نَفْسِهِ لَقِيَ الْعَدُوَّ فَصَدَقَ اللَّهَ حَتَّى قُتِلَ فَذَلِكَ فِي الدَّرَجَةِ الرَّابِعَةِ[27]
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi>‘ah dari ‘At}a> ibn Di>na.r dari Abu> Yazi>d al-Khaula>ni Bahwasanya ia mendengar Fad}a>lah ibn ‘Ubaid berkata; Aku mendengar ‘Umar ibn Khat}t}a>b berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: "Syuhada itu ada empat; seorang mukmin yang istimewa keimanannya, ia bertemu musuh dan membenarkan Allah hingga ia terbunuh. Mukmin inilah yang kelak mata manusia tertuju kepadanya dengan penuh kekaguman pada hari kiamat." Nabi mengucapkan hal ini sembari mengangkat kepalanya hingga pecinya terjatuh. Ia katakana; 'Saya tidak tahu peci manakah yang dimaksud, peci ‘Umarkah atau peci Nabi'. Beliau melanjutkan sabdanya; Dan Seorang mukmin yang istimewa keimanannya dan bertemu musuh, hanya sayang tubuhnya (maksudnya dirinya) seolah-olah terkena sedikit duri pohon karena sifat pengecutnya yang masih ada, ia terkena anak panah yang menyasar hingga menjadikannya terbantai, orang ini berada di tingkat kedua. dan seorang mukmin yang masih mencampuradukkan amal shalihnya dan amal buruknya, ia bertemu musuh dan membenarkan Allah hingga terbunuh. Orang ini berada di tingkat ketiga. Dan seorang mukmin yang melampui batas terhadap dirinya, ia bertemu musuh dan membenarkan Allah hingga ia terbunuh. Orang ini berada di tingkat keempat."
e.   Iman Adalah Amalan yang Paling Mulia
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ أَنْبَأَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ ابْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ سَأَلَ رَجُلٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ الْإِيمَانُ بِاللَّهِ قَالَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ ثُمَّ الْحَجُّ الْمَبْرُورُ[28]
Artinya:
Telah mengabarkan kepada kami Muh}ammad ibn Ra>fi‘, ia berkata; telah menceritakan kepada kami ‘Abd al-Razza>q, ia berkata; telah memberitakan kepada kami Ma‘mar dari al-Zuhri> dari Ibn al-Musayyab dari Abu> Hurairah, ia berkata; terdapat seorang laki-laki yang bertanya kepada Nabi saw., ia berkata; "Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling baik? Beliau menjawab: "Beriman kepada Allah." Orang tersebut berkata; kemudian apa? Beliau menjawab: "Berjihad di jalan Allah." Laki-laki tersebut berkata; kemudian apa? beliau menjawab: "Haji mabrur."

C. Kandungan Hadis Nabi saw. Tentang Iman
Adapun kandungan hadis yang akan dibahas dalam makalah ini adalah hanya hadis  yang pertama  (hadis riwayat Muslim dari ‘Umar ibn Khat}t}a>b). kandungan hadis tersebut antara lain:
a.    Lima rukun Islam[29], yaitu:
·     Bersyahadat. Yaitu bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
·     Mendirikan salat
·     Menunaikan zakat
·     Berpuasa pada bulan Ramadan
·     Naik haji bagi yang mampu
b.   Enam rukun imam,[30] yaitu:
·     Iman kepada Allah
·     Iman kepada malaikat-malaikat-Nya
·     Iman kepada kitab-kitab-Nya
·     Iman kepada para nabi dan rasul-Nya
·     Iman kepada hari akhir
·     Iman kepada qada> dan qadar
c.   Arti ihsan yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya dan jika tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatnya (orang yang beribadah).
d.   Tanda-tanda datangnya hari kiamat, antara lain: Apabila seorang budak melahirkan (anak) tuannya, dan melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, namun bermegah-megahan dalam membangun bangunan.
Poin paling penting yang harus diingat dalam hadis ini adalah yang telah disebutkan diatas yaitu penjelasan tentang islam, iman, dan ihsan serta wajibnya mengimani kekuasaan  Allah swt. Berbicara tentang iman amat panjang pembahasannya yang disebutkan oleh jama’ah para ulama.
Dii antaranya perkataan Imam Abu> al-Husain yang dikenal dengan Ibn al-Bat}t}a>l al-Maliki>, bahwa beliau berkata: mazhab jama’ah ahlussunnal dan salaful ummah maupun setelahnya berpendapat bahwa iman adalah perkataan dan perbuatan, dapat bertambah maupun berkurang.[31] Dalilnya adalah firman Allah swt. Dalam surah al-Fath  [48]: 4
uqèd üÏ%©!$# tAtRr& spoYÅ3¡¡9$# Îû É>qè=è% tûüÏZÏB÷sßJø9$# (#ÿrߊ#yŠ÷zÏ9 $YZ»yJƒÎ) yì¨B öNÍkÈ]»yJƒÎ)
Terjemahnya:
Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).[32]
Pada asalnya tas}di>q (pembenaran) itu memang tidak bertambah atau berkurang, akan tetapi iman bila ditinjau secara syar’i dapat bertambah atau berkurang sejalan dengan bertambah dah berkurangnya buah dari iman yang berupa amal. Dalam sudut pandang agama Islam, tidak semua pembenaran dinamai iman. Iman terbatas pada pembenaran menyangkut apa yang disampaikan oleh Nabi saw. yang pokok-pokoknya tergambar dalam rukun iman yang enam itu.
Iman memiliki tingkatan-tingkatan. Ada yang percaya tanpa sedikit argumen pun. Ia percaya karena kebetulan  objek kepercayaan sesuai dengan kecenderungan hatinya. Iman yang lebih tinggi kualitasnya dari yang disebut di atas adalah yang percaya walau dengan sedikit bukti, kendati bukti itu sebenarnya rapuh bila dianalisa. Yang tertinggi tentunya adalah yang keimanannya didukung oleh argumen yang sangat kuat dan tidak tergoyahkan, serta didukung oleh pengalaman ruhani yang meyakinkan.[33]  
Adapun kata iman yang mencakup di dalamnya amal, maka hal ini telah disepakati oleh ahl al-haq dengan salah satu dalilnya yaitu dalam surah al-Baqarah [2]: 143

$tBur tb%x. ª!$# yìÅÒãÏ9 öNä3oY»yJƒÎ)
Terjemahnya:
dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.[34]
Yakni Allah tidak akan menyia-nyiakan salat kalian.
Kemudian kata i>ma>n mencakup pula pengertian yang merupakan tafsir dari Islam dalam hadis ini, demikian pula seluruh bentuk ketaatan. Karena amal-amal tersebut merupakan buah dari tas}di>q yang merupakan asal dari iman.

D. Urgensi Iman
Iman bagi orang muslim merupakan pondasi utama dari kesadaran keagamaannya yang dalam berbagai wacana keagamaan senantiasa diperin gatkan agar dijaga dan diperkuat serta penuh makna dan tafsiran. Peringatan tentang iman itu dari sumber aslinya (al-Qur’an) berkait erat dengan amal perbuatan yang merupakan tuntutan langsung dari iman spiritual itu, sehingga tidak ada iman tanpa amal. Ekspresi iman orang mukmin adalah melaksanakan perintah Tuhan, baik berkaitan langsung dengan Tuhan maupun dengan manusia (h}abl min Allah dan habl min al-na>s).
Manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi berkewajiban melaksanakan tugas dan misinya secara benar agar bermanfaat bagi umat manusia dan lingkungannya. Dalam rangka itulah diperlukan memiliki ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, antara kesadaran keimanan dan amal perbuatan itu  dapat membentuk hidup berkualitas dan benar.
Akal sering membuat manusia lupa dengan keterbatasan dirinya , termasuk keterbatasan akan itu sendiri. Dengan demikian meyakini adanya Allah yang menjadi mencipta manusia dan segala makhluk lainnya, Dia Mahatahu segalanya tentang makhluknya termasuk manusia itu sendiri, merupakan bukti keterbatasan  manusia itu sendiri dan menjadikan Allah sebagai  satu-satunnya penolong di dunia maupun di akhirat.













BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai jawaban atas sub-sub masalah sebagai berikut:
1.   Iman adalah pembenaran dengan segala keyakinan tanpa keraguan sedikitpun mengenai yang datang dari Allah swt dan rasul-Nya. Dalam hadis, nabi menyebutkan pengertian iman yang merupakan unsur sekaligus rukun iman itu sendiri.
2.   Kandungan hadis-hadis nabi tentang iman antara lain:
a.    Unsur-unsur iman yang merupakan rukun iman itu sendiri ada enam, yaitu: iman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir, dan qada> dan qadar.
b.   Indikator-indikator iman kurang lebih enam puluh macam (cabang) dan salah satu indikatornya adalah rasa malu (melakukan maksiat).
c.    Amal yang paling utama adalah iman (kepada Allah) dan seorang mu’min yang mempunyai keistimewaan iman setara dengan para syuhada (orang yang gugur berperang di jalan Allah).   
3.   Urgensi iman antara lain:
a.    Menyadari akan adanya kekuatan sangat besar yang tidak mampu dicapai oleh akal tetapi mampu untuk diyakini, yaitu Allah swt., Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kuasa.
b.   Mendorong orang untuk selalu mengerjakan amal baik dan menjauhi amal buruk karena meyakini Allah Maha Tahu dan Maha Melihat.
c.    Menjadi pondasi paling utama dalam melakukan amal perbuatannya sehingga amal baik yang dilakukannya diterima di sisi Allah.

B. Implikasi dan Saran
Setelah mengetahui bagaimana iman itu dan pentingnya untuk dimiliki dan di amalkan, diharapkan kepada orang beriman atau yang mengaku dirinya sebagai orang yang beriman agar senantiasa menambah keimanan mereka di samping harus menjaganya. Karena banyaknya pengaruh-pengaruh yang membuat iman itu kadang berkurang, maka sebagai seorang mukmin yang cerdas akan mempergunakan akal dan hatinya  agar tidak terjerumus dalam hal-hal tersebut.
Pembahasan dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan kedepan.   













DAFTAR PUSTAKA
Al-‘Abba>s, Ah}mad ibn H{a>lim ibn Taimiyyah al-H{ara>ni> Abu>. Syarh} al-‘Aqi>dah al-Wasit}iyyah. Cet. I; Mekkah: Matba‘ah al-Huku>mah, 1392 H.
Al-‘Abd Allah, Muh}ammad ibn Abi> Bakr ibn Ayyu>b ibn al-Qayyim al-Jauziyyah Abu>.  al-S{ala>h wa H{ukmu Ta>rikiha>. Saudi ‘Arabiyyah: Wiza>rah al-Syu‘u>n al-Isla>miyyah, 1420 H.
Al-Afrīqī, Muh{ammad ibn Mukrim ibn Manz}u>r. Lisān al-‘Arab. Cet. I; Beirut: Dār S}ādir, t.th.
Al-As\ari>, ‘Abd Allah ibn ‘Abd al-H{ami>d. al-Waji>z fi> ‘Aqi>dah al-Salaf al-S{a>lih} ( Ahl al-Sunnah wa al-Jama>‘ah) (Saudi ‘Arabiyyah: Wiza>rah al-Syu‘u>n al-Isla>miyyah, 1420 H.
Al-As}bah}a>ni>, Isma>‘i>l ibn Muha}mmad ibn al-Fad}l. al-H{ujjah fi> Baya>n al-Mah}ajjah wa Syarh} ‘Aqi>dah Ahl al-Sunnah. Cet. I; Beirut: al-Maktabah al-Isla>mi>, 1970.
Al-‘Azdi>, Sulaima>n ibn Asy‘as\ Abu> Da>wud al-Sajista>ni.> Sunan Abu> Da>wud.  Beirut: Dar al-Fikr, t.th.
Al-Bukha>ri>, Abu> ‘Abdillah Muh{ammad ibn Isma>‘i>l. S}ah}i>h} al-Bukha>ri>. Cet. III; Beirut: Da>r Ibn Kas\i>r, 1407 H./1987 M.
‘I<d, Ibnu Daqi>q. Syarh} Matan al-Arba‘i>n al-Nawawi>. Cet. I; Saudi ‘Arabiyyah: Mawa>fiq al-Wara>q, 1997.
Ismail, M. Syuhudi. Pengantar Ilmu Hadis.  Cet.II; Bandung: Angkasa, 1994.
Al-Jazi>ri>, Abu> Bakr Ja>bir. Minha>j al-Muslim. Cet. I; Beirut: Da>r al-Fikr, 2001.
Munawwir, Ahmad Warson. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Cet. 14; Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.
Al-Naisabu>ri>, Abu> al-H}usain Muslim ibn al-H{ajja>j. S{ah{i>h{ Muslim. Beirut: Da>r Ih}ya>’ al-Tura>s\ al-‘Arabi>, t.th.
Al-Nasa>’i, Ah}mad ibn Syu‘aib Abu> Abd al-Rah}ma>n. Sunan al-Nasa>i. Cet. II; H{alb: Maktab al-Matbu>‘a>t al-Islamiyyah, 1986 M.
Al-Nawawi>, Muh}y al-Di>n Yah}ya ibn Syaraf. Syarh} S{ah}i>h} Muslim.  Saudi ‘Arabiyyah: Wiza>rah al-Syu‘u>n al-Isla>miyyah, 1420 H.
RI, Departemaen Agama. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Cet VIII; Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2008.
Al-Sa‘di>, ‘Abd al-Rah}ma>n ibn Na>s}ir. al-Qaul al-Sadi>d fi> Syarh} Kita>b al-Tauhi>d li> al-Syaikh Muh}ammad ibn ‘Abd al-Wahha>b al-Tami>mi>. Cet. I; Saudi ‘Arabiyyah: Maktabah Jaddah, 2001.
Shihab, M. Quraish. Dkk. Ensiklopedi al-Qur’an: Kajian Kosakata. Cet. I; Jakarta: Lentera Hati, 2007.
Shihab, M. Quraish. Menabur Pesan Ilahi; Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat.  Cet. II; Jakarta Selatan: Lentera Hati, 2006.
Al-Tirmiz\i>, Abu> ‘I<sa> Muh{ammad ibn ‘I<sa>. Sunan al-Tirmiz\i>.  Beirut: Da>r Ih{ya>’ al-Tura>s\ al-‘Arabi>, t.th.
‘Umar, Yu>suf ibn ‘Abd Allah ibn Muh}ammad ibn ‘Abd al-Barr al-Namri> al-Andalusi> Abu>. Al-Tamhi>d. Saudi ‘Arabiyyah: al-Ra’a>sah al-‘Ammah li Ida>rat al-Buh}u>s\ al-‘Ilmiyyah, 1405 H.
Zakariyya>, Abu> al-H{usain Ah}mad ibn Fa>ris ibn. Mu‘jam Maqa>yi>s al-Lugah. Beirut: Da>r al-Fikr, 1399 H/ 1979 M.




[1]Abu> al-H{usain Ah}mad ibn Fa>ris ibn Zakariyya>, Mu‘jam Maqa>yi>s al-Lugah, Juz I (Beirut: Da>r al-Fikr, 1399 H/ 1979 M), h. 133. Selanjutnya disebut Ibnu Fa>ris.
[2]Ibid.
[3]Muh{ammad ibn Mukrim ibn Manz}u>r al-Afrīqī, Lisān al-‘Arab, Juz. XIII (Cet. I; Beirut: Dār S}ādir, t. th.), h. 21. Selanjutnya disebut Ibnu Manz}u>r.
[4]Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Cet. 14; Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 41.
[5]Ibid.
[6]Ibid., h. 42.
[7]M. Quraish Shihab. Dkk, Ensiklopedi al-Qur’an: Kajian Kosakata, Jilid I (Cet. I; Jakarta: Lentera Hati, 2007), h. 83.
[8]Departemaen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Cet VIII; Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2008), h. 418.
[9]Ibid., h. 399.
[10]M. Quraish Shihab. Dkk, op.cit., h. 85
[11]Departemaen Agama RI, op.cit.,h. 602.
[12]Ibid., h. 498.
[13]M. Quraish Shihab. Dkk, op.cit.
[14]Departemaen Agama RI, op.cit.,h. 427.
[15]Ibid., h. 87.
[16]Ibnu Fa>ris, op.cit., Juz V, h. 191. Ibnu Manz}u>r, op.cit., Juz V, h. 144.
[17]Ah}mad ibn H{a>lim ibn Taimiyyah al-H{ara>ni> Abu> al-‘Abba>s, Syarh} al-‘Aqi>dah al-Wasit}iyyah, Juz II (Cet. I; Mekkah: Matba‘ah al-Huku>mah, 1392 H), h. 163.
[18]\Isma>‘i>l ibn Muha}mmad ibn al-Fad}l al-As}bah}a>ni>, al-H{ujjah fi> Baya>n al-Mah}ajjah wa Syarh} ‘Aqi>dah Ahl al-Sunnah Juz I (Cet. I; Beirut: al-Maktabah al-Isla>mi>, 1970), h. 143.
[19]Muh}y al-Di>n Yah}ya ibn Syaraf al-Nawawi>, Syarh} S{ah}i>h} Muslim, Juz I (Saudi ‘Arabiyyah: Wiza>rah al-Syu‘u>n al-Isla>miyyah, 1420 H), h. 146.
[20]Yu>suf ibn ‘Abd Allah ibn Muh}ammad ibn ‘Abd al-Barr al-Namri> al-Andalusi> Abu> ‘Umar, al-Tamhi>d, Juz IX (Saudi ‘Arabiyyah: al-Ra’a>sah al-‘Ammah li Ida>rat al-Buh}u>s\ al-‘Ilmiyyah, 1405 H), h. 238.
[21]Muh}ammad ibn Abi> Bakr ibn Ayyu>b ibn al-Qayyim al-Jauziyyah Abu> ‘Abd Allah, al-S{ala>h wa H{ukmu Ta>rikiha> (Saudi ‘Arabiyyah: Wiza>rah al-Syu‘u>n al-Isla>miyyah, 1420 H), h. 35.
[22]Sembilan kitab hadis yang menjadi kitab sumber, yaitu: S{ah}i>h} al-Bukha>ri>, S{ah}i>h} Muslim, Sunan Abu> Da>wud, Sunan al-Nasa’i>, Sunan al-Tirmiz\i>, Sunan Ibnu Ma>jah, Musnad al-Da>rami>, Muwat}t}a’ Ma>lik, dan Musnad Ah}mad. Lihat: M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis (Cet.II; Bandung: Angkasa, 1994), h. 117.
[23]Abu> al-H}usain Muslim ibn al-H{ajja>j al-Naisabu>ri>, S{ah{i>h{ Muslim, Juz. I (Beirut: Da>r Ih}ya>’ al-Tura>s\ al-‘Arabi>, t.th.), h. 28. S`elanjutnya disebut Muslim.
[24]Abu> ‘Abdillah Muh{ammad ibn Isma>‘i>l al-Bukha>ri>, S}ah}i>h} al-Bukha>ri>, Juz. I (Cet. III; Beirut: Da>r Ibn Kas\i>r, 1407 H./1987 M.), h. 12.
[25]Muslim, op.cit., Juz I, h. 48.
[26]Sulaima>n ibn Asy‘as\ Abu> Da>wud al-Sajista>ni> al-‘Azdi>, Sunan Abu> Da>wud, juz I (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), h. 496
[27]Abu> ‘I<sa> Muh{ammad ibn ‘I<sa> al-Tirmiz\i>, Sunan al-Tirmiz\i>, Juz IV (Beirut: Da>r Ih{ya>’ al-Tura>s\ al-‘Arabi>, t.th.), h. 177.
[28]Ah}mad ibn Syu‘aib Abu> Abd al-Rah}ma>n al-Nasa>i, Sunan al-Nasa>i  Juz V (Cet. II; H{alb: Maktab al-Matbu>‘a>t al-Islamiyyah, 1986 M), h. 113.
[29]‘Abd al-Rah}ma>n ibn Na>s}ir al- Sa‘di>, al-Qaul al-Sadi>d fi> Syarh} Kita>b al-Tauhi>d li> al-Syaikh Muh}ammad ibn ‘Abd al-Wahha>b al-Tami>mi>. (Cet. I; Saudi ‘Arabiyyah: Maktabah Jaddah, 1997), h. 71.
[30]Abu> Bakr Ja>bir al-Jazi>ri>, Minha>j al-Muslim (Cet. I; Beirut: Da>r al-Fikr, 2001), h. 37. Para ulama berbeda pendapat tentang jumlah rukun iman. Ada yang berpendapat bahwa rukun iman hanya lima, dengan meniadakan iman kepada qada> dan qadar. Dasarnya yaitu surah al-Nisa>’ [4]: 6. Ada juga yang berpendapat bahwa rukun iman hanya satu, yaitu iman kepada Allah swt. Alasannya karena dengan mengimani Allah swt. berarti dia rela untuk melaksanakan segala perintah-Nya. Salah satu perintah allah swt. adalah mengimani rukun iman yang lainnya. Lihat: ‘Abd Allah ibn ‘Abd al-H{ami>d al-As\ari>, al-Waji>z fi> ‘Aqi>dah al-Salaf al-S{a>lih} ( Ahl al-Sunnah wa al-Jama>‘ah) (Saudi ‘Arabiyyah: Wiza>rah al-Syu‘u>n al-Isla>miyyah, 1420 H), h. 105.

[31]Ibnu Daqi>q al-‘I<d, Syarh} Matan al-Arba‘i>n al-Nawawi> (Cet. I; Saudi ‘Arabiyyah: Mawa>fiq al-Wara>q, 1997), h. 33.
[32]Departemaen Agama RI, op.cit.,h. 511.

[33]M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi; Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat (Cet. II; Jakarta Selatan: Lentera Hati, 2006), h. 5 dan 9.
[34]Departemaen Agama RI, op.cit.,h. 22.

1 komentar:

arif mengatakan...

numpang nyimak, wujud peringatan maulid nabi muhammad saw :D

Posting Komentar

apakah anda tidak menemukan yang anda cari??? silahkan tuliskan sesuatu yang anda cari itu....

FACEBOOK COMENT

ARTIKEL SEBELUMNYA

 
Blogger Templates