BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Menjelang pertengahan abad keenam sesudah Masehi, dunia berada
dalam keadaan gelap dan parah dengan keadaan spiritual yang merusak kehidupan
spiritual manusia. Keserakahan dan tirani telah menjarah kesejahteraan
moralnya, dan penindasan telah melumpuhkan mayoritas penduduknya. Bangsa-bangsa
yang dulunya pernah merdeka dan produktif , peradaban tertua di dunia , seperti
Assyria, Phunisia dan Mesir, kini tidak berkutik dibawah ancaman dan cengkraman
Serigala Romawi. Sementara peradaban Babilonia yang menderita akibat dominasi
Persia yang sama-sama tiranisnya,hanya dibolehkan hidup Marginal (pas-pasan)
sementara semua kekayaan negerinya, tanah subur antara dua sungai (Eufrat dan
Tigris) disedot untuk memenuhi perbendaharaan para kaisar Persia dan kaki
tangannya.
Bangsa
Arab yang tanahnya terletak antar Imperium Persia dan Romawi, merupakan sebuah
negeri yang menyedihkan. Agama mereka yang sebenarnya merupakan Monoteisme
paling murni, yakni Agama Nabi Ibrahim telah diselewengkan oleh generasi demi
generasi.
Ketika
manusia melupakan sumber mulia kehidupan batinnya dan secara tamak sibuk dengan
kehidupan dunia dan kemegahannya, seorang Rasul diutus Oleh Allah untuk
menunjukkan kepada jalan yang telah dilupakannya, dan memperingatkan mereka
akan ajaran yang telah dilalaikan atau diabaikannya. Tetapi selama jangka waktu
yang lama tidak terlihat tanda-tanda dan terdengar firman Allah. Zaman itu
menjadi titik nadir (terendah) dalam pemikiran manusia.[1]
Karena
banyaknya ramalan tentang kedatangnnya, setiap orang menunggu kedatangan Nabi
Muhammad SAW di era kegelapan sejarah manusia, manusia menunggu orang yang akan
menghancurkan keingkaran dan akan meniupkan kehidupan baru kedunia ini.
Yudaisme dan Kristen, yang aslinya adalah agama samawi (berasal dari Allah),
tak bisa menyangkal. Orang-orang mempelajari kitab-kitab lama tanpa prasangka,
khususnya Pendeta Bahira sedang menunggu kedatangannya.
Berkata
Karlil Mengenai Muhammad : “Kelahiran Muhammad adalah merupakan sumber cahaya
yang menerangi kegelapan”.[2]
Dan berkata Sir Muyer : ”belum
ada usaha perbaikan yang lebih sulit dan lebih jauh jangkaunnya dari pada saat
munculnya Muhammad. Tapi kita belum melihat suatu keberhasilan dan perbaikan
yang sempurna sebagaimana yang telah
ditinggalakan olehnya saat meninggal Dunia”.[3]
Dan
berkata Leonardo : “kalau diatas bumi ini ada orang yang benar-benar mengerti
tentang Allah, kalau di atas bumi ini ada orang yang berlaku ikhlas terhadapnya
dan meninggal dalam berkhidmat kepadanya
dengan tujuan yang mulia, dan dengan dorongan yang besar, maka sesungguhnya
orang itu adalah Muhammad. Tanpa ragu lagi , seorang Nabi dari bangsa Arab”.
Tersebut dalam ensiklopedia Britania “Sesungguhnya Muhammad mempunyai
keberhasilan yang belum pernah dicapai oleh seorang Nabi atau oleh pembangun
agama diseluruh jaman”.
Dan
berkata Buzurth : “bahwa sesungguhnya Muhammad adalah mutlak pembangun terbesar
tanpa ada pertentangan pendapat”.[4]
Adapun Muhammad dalam pandangan Umat Islam, adalah
seorang pahlawan utama. Sedang menurut pandangan para pemikir dari agama-agama
lain dia adalah pembangun umat terbesar, diakui mutlak. Oleh karena itu tidak
patut kita berbicara tentang kepahlawanan
tanpa mendahulukan tentang kepahlawanan Muhammad Saw.
B.
permasalahan
Berdasarkan
latar belakang permasalahan di atas penulis dapat menfokuskan permasalahan
sebagai berikut:
1.
bagaimana kondisi masyarakat jahiliyah sebelum datangnya Islam (lahirnya
Nabi Muhammad Saw)?
2.
Sejauh manakah rintangan dan penolakan masyarakat terhadap
pelaksanaan dakwah Nabi Muhammad Saw?
3.
Bagaimana strategi dakwah Nabi Muhammad Saw sebagai pemimpin agama?
4.
Bagaimana kedudukan Nabi sebagai kepala Negara?
C.
Tujuan / Kegunaan
Adapun tujuan / kegunaan dalam pembahasan ini adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk mengetahui kondisi masyarakat jahiliyah sebelum datangnya Islam
(lahirnya Nabi Muhammad Saw).
2.
Untuk mengetahui masa sebelum kerasulan.
3.
Untuk mengetahui rintangan dan penolakan masyarakat Quraisy terhadap
pelaksanaan dakwah Nabi Muhammad Saw.
4.
Untuk mengetahui strategi dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad Saw
sebagai pemimpin agama.
5.
Untuk mengetahui bagaimana kedudukan Nabi sebagai Kepala Negara.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Kondisi masyarakat Arab sebelum datangnya Islam
Nabi
Muhammad pertama kali muncul pada saat manusia kehilangan pengetahuan mereka
yang terbalik menyembah berhala batu, tanah, roti, dan bahkan keju. Pikiran dan
moral mereka sangat rusak sehingga mereka akan memotong-motong berhala dan memakannya.
Satu-satunya dalil yang mereka nyatakan adalah bahwa mereka mengikuti jejak
nenek moyang mereka. Mereka juga mengubur putri mereka hidup-hidup. Wanita
dipandang rendah, bukan hanya di Arab pra Islam saja tetapi juga di kawasan
Romania dan Sassanid.
Setelah
Muhammad dinyatakan kenabiannya, seorang sahabat menceritakan kepadanya apa
yang pernah ia lakukan kepada putrinya:
Wahai Rasulullah, dulu saya punya anak perempuan, suatu hari saya
meminta pada ibunya untuk didandani sebab saya akan membawanya pada pamannya.
Istriku yang malang tahu apa arti hal ini tetapi tidak dapat berbuat apa-apa kecuali patuh dan
menangis. Ia mendandani anak perempuan itu yang sangat gembira karena akan
bertemu dengan pamannya. Saya membawanya kebibir sumur dan menyuruhnya untuk
melihat kedalam. Saat dia sedang melongok kesumur, saya tendang dia masuk
kedalamnya. Saat ia melayang jatuh dia berteriak: ayah..ayah...[5]
Saat
dia menceritakan kisah ini, Nabi menangis terisak-isak seolah-olah dia telah
kehilangan salah satu kerabat dekatnya. Hati telah mengeras, setiap hari sebuah
lubang digali di gunung untuk bayi, mengubur bayi tak berdosa. Manusia lebih
brutal dan kejam daripada hiyena (sejenis macan). Yang kuat menindas yang lemah. Kebrutalan
dilakukan atas kemanusiaan, kekejaman, disetujui, haus darah dipuji,
pertumpahan darah dianggap kebaikan, dan perzinahan serta perselingkuhan lebih
lazim ketimbang perkawinan yang sah. Struktur keluarga dihancurkan.[6]
B.
Kehidupan Rasulullah Saw Sebelum Kenabian
Nabi Muhammad dibesarkan dalam pengawasan Allah SWT karena ayahnya
Abdullah telah meninggal sebelum beliau lahir yang berarti beliau harus menaruh
semua kepercayaan kepada Allah SWT dan tunduk sepenuhnya kepadaNya. Suatu saat
beliau berjalan ke kuburan ayahnya di Madinah beberapa tahun kemudian dan
beliau menangis dalam hatinya, saat beliau kembali dan berkata “ Aku menangisi
ayahku dan memohon agar Allah mengampuninya”.
Dengan kematian ayahnya Allah
mencabut darinya semua sokongan dan mengarahkannya menuju kesadaran bahwa tidak
ada Tuhan yang patut disembah selain
Allah yang tiada sekutu baginya.[7]
Dalam usia muda, Muhammad
hidup sebagai pengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk kota Mekah.
Melalui kegiatan pengembalaan ini dia menemukan tempat untuk berpikir dan
merenung. Dalam suasana demikian, beliau ingin melihat sesuatu dibalik
semuanya. Pemikiran dan perenungan membuatnya jauh dari nafsu Duniawi sehingga beliau terhindar
dari berbagai macam noda yang dapat merusak namanya, karena itu sejak muda
beliau dikenal dengan Al-amin, orang
terpercaya.
Nabi Muhammad ikut untuk
pertama kali dalam kafilah dagang Syiria (Syam) dalam usia baru 12 tahun yang ‘Kafilah
itu dipimpin oleh Abu Thalib pamannya. Dalam perjalanan ini, di Busrah, sebelah
selatan Syiria, ia bertemu dengan seorang pendeta Kristen bernama Buhaira. Pendeta itu melihat
tanda-tanda kenabian pada Muhammad sesuai dengan petunjuk-petunjuk cerita
Kristen. Sebagian sumber menceritakan bahwa Pendeta itu menasehatkan Abu Thalib
agar jangan terlalu jauh memasuki daerah Syiria, sebab dikhawatirkan orang-orang Yahudi yang
mengetahui tanda-tanda tersebut akan berbuat jahat kepadanya.[8]
Jadi Nabi Muhammad
memang telah diciptakan sebagai orang besar sebelum diberi wahyu dan sebelum
menjadi rasul. Sejak kecil beliau sudah menghindarkan diri dari penyembahan
berhala yang dianggap Tuhan oleh Nenek Moyangnya dan merupakn sumber kejayaan
di seluruh Jazirah Arabia saat itu. Dan sejak kecil beliau adalah anak yang
senantiasa berkata berkata benar dan menunaikan janjinya, dicintai dan
dihormati oleh kalangan kaumnya sehingga kaumnya memanggil beliau dengan
sebutan “Al-amin” yang berarti dapat dipercaya.
C.
Tantangan dan Penolakan Arab Quraisy Terhadap Seruan Nabi Muhammad
Saw
Muhammad
telah datang kepada kaumnya dengan membawa suatu ajakan yang apabila diterima
maka berubalah semua tatanan hidup mereka. Jadi dakwah Nabi Muhammad itu tidak
hanya menyangkut agama mereka semata-mata tapi mencakup keseluruhan lapangan
kehidupan. Misalnya ; Kehidupan Politik , Kemasyarakatan, Harta dan Tata Rumah
tangga mereka. Adalah tidak dengan secara
otomatis dan begitu mudah mereka untuk meninggalkan apa-apa yang mereka dapat
dari Nenek Moyang dan apa-apa yang sudah berlaku di negeri mereka. Oleh karena
itu, mereka menolak dan menghardik pembawanya agar mau kembali kepada warisan
yang telah Nenek Moyang mereka tinggalkan dan mau mengagungkan apa saja yang
mereka anggap mulia.[9]
Perhatikanlah
kepadanya ketika musuh-musuhnya menyerbu dengan senjata cemoohan yang merupakan
senjata paling ampuh untuk membunuh kemauan keras dan paling ampuh mematikan
semangat para pejuang. Senjata cemoohan ini lebih menikam daripada siksaan dan
peneknan.[10]
Sekali
waktu berdirilah Nabi Muhammad di atas
Bukit Shafa sambil berseru kepada orang-orang Quaraisy. Setelah mereka datang
semua untuk mendengarkan seruan beliau, lalu beliau pun memberikan peringatan
kepada mereka akan adanya hari perhitungan Allah SWT. Mereka seketika
meninggalkan Nabi Muhammad dan berlalu pergi, bahkan Paman beliau sendiri Abu
Lahab berkat kepadanya; “ Celakalah Kau Hai Muhammad! Hanya untuk inikah kau
memanggil kami……?”[11]
Mereka
berpesan satu sama lain ; “jangan kamu dengarkan dengan sungguh akan Al-qur’an
ini dan buatlah hiruk pikuk terhadapnya supaya kamu dapat mengalahkannya
(mereka)”.
Bahwa
mereka faham benar bahwa senjata cemooh
sangat ampuh untuk melawan Dakwah daripada penekanan dan penyiksaan, sehingga
mereka tidak akan bisa melupakan cemoohan itu. Maka mereka takut, mereka bahkan
bertambah congkak. Seorang diantara mereka berkata dan mengejek ; “Hai
orang-orang Quraisy, tahukah anda sekalian apa itu pohon Zakum yang disebut
Muhammad untuk menakut-nakuti kalian? Zakum itu sebenarnya ialah sejenis kurma
Yastrib yang jelek terdapat di Zubdi”.
D.
Strategi Dakwah Nabi Saw Sebagai
Pemimpin Negara
Salah
satu pelajaran berharga yang harus diambil dari Rasulullah Saw adalah cara
Rasulullah mengolah dakwah beliau agar bias diterima oleh seluruh masyarakat.mungkin
sebagian orang berpendapat apa susahnya menyampaikan pesan suci kepada
masyarakat karena cara menyampaikannya ini tidak ada bedanya dengan cara
menyampaikan pesan-pesan yang lain.[12]
Pada
saat Allah SAW menurunkan wahyu pertama kali pada Muhammad Saw di gua hira,
maka dengan demikian Allah telah mendeklarasikan beliau sebagai seorang Nabi
dan Rasul bagi kaumnya.
Setelah
Muhammad Saw secara resmi memperoleh kenabian, maka tugas selanjutnya
menyampaikan risalah islamiyah kepada seluruh
ummat manusia. Rasulullah diberikan oleh Allah Swt dengan kebijaksanaan,
kesabaran, kekuatan jiwa, dan kekuatan menghadapi tantangan. Dengan modal
tantangan tersebut rasulullah dipanggil untuk bangkit berhadapan dengan kaumnya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam
surah Al-Mudatsir;
1-3:
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ (1) قُمْ فَأَنْذِرْ (2) وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ
Terjemahannya:
Hai orang-orang
yang berkemul (berselimut) (1). Bangunlah, lalu berilah peringatan! (2). Dan
tuhanmu agungkanlah (3).
Ayat ini mengajak
Rasulullah Saw untuk menyampaikan risalahnya itu, beliau tidak langsung dalam
kancah masyarakat, tetapi dahulu ditujukan kepada perorangan, terutama pada
keluarga terdekat dan hal ini sesuai dengan perintah Allah Swt dalam surah
Al-Syua’ara; 214:
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
Terjemahannya:
Dan berilah peringatan kepada
kerabat-kerabatmu yang terdekat,
Sebagai
realisasi dari perintah ayat tersebut, maka rasulullah mualai mengajak saudara
masuk islam mereka yang berhasil masuk isalam pertama kali mendapat julukan Assabiqunal Al-Awwalun (mereka mereka
yang pertama masuk islam) mereka itu adalah, Sitti khadijah (Istri Nabi), Ali
bin Abi Thalib (anak paman Nabi), Said
bin Haristah, Abu Bakar As-Shidiq, Utsman bin Affan, Subair bin Awwam, Saad bin
Abi Waqqash, Abdurrahman bin Abil Arqam. itulah sejumlah
orang-orang pertama-tama masuk islam dan terutama setelah Arqam masuk Islam
rumahnya dijadikan sebagai sentrum kegiatan dakwah yang kemudian dikenal dengan
Darul Arqam. Kegiatan ditempat ini
banyak menarik orang untuk melakukan kebebasan jiwa,
maka masuk islamlah hamba sahaya
lainnya. Disinilah Rasulullah menanamkan ruh tauhid kedalam jiwa para sahabat,
sehingga mereka kelak menjadi pembela dan pejuang-pejuang agama yang tangguh.[13]
Langkah
dakwah selanjutnya yang diambil Muhammad adalah menyeruh masyarakat umum. Nabi
mulai menyeru segala lapisan masyarakat
kepada Islam terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun hambah sahaya.
Mula-mula ia menyeru penduduk Mekah, kemudian penduduk negeri-negeri lain.
Disamping itu, ia juga menyeru
orang-orang yang datang ke Mekah
dari berbagai negeri untuk mengerjakan haji. Kegiatan dakwah dijalankannya tanpa
mengenal lelah. Dengan usahanya yang gigih hasil yang diharapkan mulai
terlihat. Jumlah pengikut nabi yang tadinya hanya belasan orang, makin hari
makin bertambah. Mereka terutama terdiri dari kaum wanita, budak, pekerja, dan
orang-orang yang tak punya. Meskipun kebanyakan mereka orang-orang yang lemah,
namun semangat mereka sungguh membaja.[14]
E.
Posisi Nabi Muhammad sebagai kepala Negara
Di
dalam Al-qur’an surat Ali’imran ayat 44 Allah menegaskan bahwa Muhammad Saw
adalah seorang Rasul:
(dan tidaklah Muhammad kecuali seorang rasul).
Sebagai
Rasul beliau bertugas sebagai penyampai dan penn-syarah keseluruhan wahyu yang
diterimahnya kepada manusia sebagaimana Allah berfirman dalam surat
An-Nahal ayat 44
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ
إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Terjemahannya
:
(…Dan kami turunkan kepadamu Al-qur’an, agar kamu menerangkan
kepada ummat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka
memikirkan).
Sebagai
pembuat hukum sebagaimana firman Allah dalam Surat An-Nisa ayat 105:
إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ
النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ
Terjemahannya
(Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa
kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan
kepadamu)
Dan firman
Allah dalam Surat Al-A’raf ayat 157:
يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ
لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ
إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ
Terjemahannya
:
(Nabi menyuruh mereka mengerjakan dan menghalalkan yang ma’ruf dan
melarang mereka dari mengerjakan yang munkar
dan menghalalkan segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala
yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada
pada mereka)
Dan
sebagai teladan bagi ummat manusia sebagai firman Allah Swt dalam surat
Al-Ahzab ayat 21:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ
يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Terjemahannya
:
(Sesungguhnya
yang ada pada (diri)Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi
orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari kiamat dia banyak
menyebut nama Allah).
Dalam
ayat-ayat tersebut ditemukan bahwa Muhammad SAW sebagai Rasul, bukan hanya
penyampai dan penjelas keseluruhan wahyu Allah, tetapi juga diberi hak
legislative atau hak menetapkan hokum bagi manusia dan hak menertibkan
kehidupan masyarakat, karenanya, beliau disebut contoh tauladan yang baik bagi
manusia dalam kapasitas beliau sebagai pemimpin agama sekaligus kepala Negara.[15]
Dalam
sejarah islam peristiwa Bai’at Aqabah dan perjanjian tertulis yang melahirkan
piagam madinah, dapat diidentifikasikan sebagai peraktek kontrak social. Karena
dalam peristiwa-peristwa itulah Nabi memperoleh
kekuasaan politik dan keabsahan untuk mengatur dan memimpin rakyat madinah.
Dengan
demikian, kekuasaan politik yang diperoleh Nabi berdasarkan nash dan
fakta-fakta historis tersebut, bukan menurut teori kekuatan. Karena
kehadirannya di Madinah bukan dengan jalan kekuatan dan penaklukan melainkan
diundang oleh gelongan-gelonngan Arab di Kota itu dan atas perintah wahyu. Hak
dan kekuasaan politik itu beliau peroleh oleh dari Allah yang dalam teori
politi disebut teokratis, juga beliau peroleh melalui perjanjian masyarakat
yang disebut kontrak sosial.
Menurut
Al-Balqini tugas kepala Negara untuk melaksanakkan fungsi Negara adalah
menegakkan hukum yang telah ditetapkan, membbela ummat dari gangguan musuh,
melenyapkan penindasan dan meratakan penghasilan Negara bagi rakyat. Bagi
Al-Baghdadi, fungsi negara yang harus
dilaksanakan kepala Negara adalah melaksanakan undang-undang dan
pengaturan, melaksanakkan hukuman bagi pelanggar hukum, mengatur militer dan megelolah zakat
dan pajak. Selanjutnya Al-Mawardi berpendapat bahwa fungsi Negara yang harus
diwujudkan kepala Negara adalah menjamin hak-hak rakyat dan hukum Tuhan,
menegakkan keadilan, membangun kekuatan untuk menghadapi musuh, melakukan jihad
terhadap orang yang menentang Islam, memungut Pajak dan Zakat, meminta nasihat
dan pandangan dari orang-orang terpecaya, dan kepala Negara harus langsung
mengatur urusan ummat dan agama, dan meneliti keadaan yang sebenarnya.[16]
Tugas-tugas
seperti tersebut di atas juga dilaksanakan oleh Nabi Muhammad Saw. Beliau
membuat undang-undang dalam bentuk tertulis, mempersatukan
penduduk Madinah untuk mencegah konflik-konflik diantara mereka agar terjamin
ketertiban interen, menjamin kkebebasan bagi semua golongan, mengatur militer,
memimpin peperangan, melaksanakan
hukuman bagi pelanggar hukum, menerima
perutusan-perutusan dari luar Madinah, mengirim surat-surat kepada para
penguasa di Jazirah Arab, mengadakan perjanjian damai dengan tetangga agar
terjamin keamanan eksteren, mengelola zakat dan pajak serta larangan riba
dibidang ekonomi dan perdagangan untuk menjembatani jurang pemisah antara
golongan kaya dan miskin, dan menunjuk para sahabat untuk menjadi Hakim di
daerah-daerah luar Madinah serta mendelegasikan tugas-tugas kepada para
sahabat.
Tugas
yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad Saw tersebut menunjukkan kesamaan dengan
konsep dan teori politik dan kenegaraan tentang tugas kepala Negara dan dengan
demikian posisi beliau disamping seorang Rasul juga dapat dikatakan sebagai
kepala Negara.
Karena
itu, Watt menyebut Nabi Muhammad Saw sebagai seorang negarawan dengan
mengemukakan empat alasan, 1. Muhammad Saw memiliki bakat sebagai seorang yang
mampu melihat sesuatu sebelum terjadi karena didukung
wahyu dan kejeniusannya, 2. Kearifannya sebagai negarawan beliau tunjukkan
dalam menerapkan struktur ajaran Al-Qur’an yang global secara kongkrit melalui
kebijaksanaannya yang tepat, 3. Reformasi dibidang social yang berwawasan jauh
yang ditunjang oleh strategi politik yang akurat, 4. Beliau mempunyai
kemampuan sebagai administrator dan arif dalam menunjuk pembantunya untuk
melaksanakan tugas-tugas administrator.[17]
BAB III
KESIMPULAN / PENUTUP
Berdasarkan
uraian yang telah dikemukakan, Nabi Muhammad Saw sebagai pemimpin agama
sekaligus sebagai kepala Negara maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
1)
Kota Mekkah adalah salah satu kota yang penting di Negeri Arab,
baik karena tradisinya maupun karena letaknya yang strategis sebagai kota jalur
perdagangan juga sebagai kota tempat berziarah bagi penyembah berhala.
2)
Sebelum datangnya Islam masyarakat Arab Quraisy telah mengenal
agama samawi yang sudah berkembang baik Nasrani maupun Yahudi yang pada ahirnya
diselewengkan.
3)
Muhammad Saw sebelum masa kenabiannya telah memiliki kepribadian
yang agung sehingga memungkinkan untuk
dapat menerima tanggung jawab dari Allah Swt.
4)
Pada hakekatnya tantangan dan rintangan yang dihadapi oleh nabi
Muhammad Saw dalam melaksanakan dakwahnya, tidak terlepas dari persoalan
politik, social, budaya dan ekonomi.
5)
Strategi dakwah Nabi di Makkah adalah strategi yang sangat tepat
dengan melaksanakan dakwah secara rahasia mengingat kondisi yang tidak
memungkinkan untuk misinya. 13 tahun lamanya beliau dengan sabar dan tekun
ihlas dan penuh keyakinan dalam bimbingan Allah Swt menyampaikan dakwahnya.
6)
Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Rasulullah adalah pola
pemerintahan yang sangat sempurna, dimana seluruh jiwa dan raga serta
kemampuannya dicurahkan kepada ummat
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Azam, Keagungan
Nabi Muhammad Saw, Cet III, 1997
Al-Ismail, Tahiya, Sejarah
Ringkas Muhammad Saw, Perjuangan dan Peribadatannya mengembankan
Risalah Tauhid, Cet,2. Penerjemah. A
Nasir Budiman ; Jakarta, PT Raja
Grapindo Persada,2001
Al-Ismail, Tahiya, Tarikh
Muhammad, Teladan Perilaku Ummat, Cet,2. Penerjemah. A Nasir Budiman ; Jakarta, PT Raja Grapindo
Persada, 1996
Al-Maliki,Alwi. Tanda-Tanda
Kenabian Muhammad, Cet 1 diterjemahkan olehIdrus A. Alkaff; Surabaya, Putra Pelajar, 2001
Azis. Saifullah, Wafatnya
Rasulullah Muhammad Saw, Cet. 1
Surabaya, Putra Pelajar 2002
Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, Cet XVI; PT Raja Grapindo Persada,2004
Iyad Ibn Musa Al-Yashubi, Keagungan
Kekasih Allah Muhammad Saw, Keistimewaan Personal
Keteladanan Berisalah. Cet 1. Penerjemah, Gufron. A. masadi, PT Raja Grapindo Persada, 2002
J.Suyuti Pulungan, Prinsip-Prinsip
Pemerintahan Dalam Piagam Madinah Ditinjau Dari Pandangan Al-Qur’an,
Cet.II; PT Raja Grapindo Persada, 1996
M. Fethullah
Gulen, Versi Teladan Kehidupan
Rasulullah Muhammad Saw. Cet I 2002.
M.Rawas Qal’ah, Menyibak Tabir
Kepribadian Agung Rasul Muhammad Saw. Penerjemah.
Dede Koeswara, Jakarta, Mahabbah Pustaka.
Murtadha Mutahharu. Cara
Lain Melihat Sejarah Nabi, Sirah Sang
Nabi, penerjemah salman nano.
Jakarta: alhuda. 2006
Rahman,Fazlur, Nabi Muhammad
Sebagai Pemimpin Militer, Cet I : Jakarta Sinar Grafika Ofdset.2002.
Ridho, Muhammad, Muhammad
Rasulullah Saw, Beirut; Darul Kutub Ilmiyyah.
[1] Tahia Al-Ismail, Sejarah
Ringkas Muhammad Saw, Perjuangan Peribadatannya Mengembangkan Risalah Tauhid (Cet
II: Jakarta; PT Rajagrapindo Persada, 1996)h.2
[5] M Fethullah Gulen. Prophet
Muhammad Aspect of His Life, diterjemahkan oleh Tri Wibowo Budi Santoso
dengan judul Versi Teladan Kehidupan
Rasulullah Muhammad Saw (Jakarta:PT Raja Grapindo Persada,2002)h.2.
[8] Badri Yatim, Sejarah Peradaban
Islam Dirasah Islamiyah II (Jakarta;PT Raja Grapindo Persada,2004)Cet,16.h17.
[9] Abdurrahman ‘Azam, op.cit,h.12.
[12] Murtadha Mutahhari. Sire-ye
Nabawi, diterjamahkan oleh Salman Nano dengan judul Cara lain Malihat Sirah Sang Nabi. (Jakarta: Alhuda,2006)h.105
[15] Suyuti Pulungan. Prinsip-Prinsip
Pemerintahan Dalam Piagam Madinah Dari Pandangan Al-qur’an (Jakarta: PT
Garpindo Persada, 1996) Cet .2.h68-69
[17] Suyuti Pulungan. Op.cit. h79
0 komentar:
Posting Komentar
apakah anda tidak menemukan yang anda cari??? silahkan tuliskan sesuatu yang anda cari itu....