Kajian Terhadap Manhaj Ibn
al-Athi>r al-Jazary (544-606 H) dalam Karyanya“Ja>mi’ al-Us}u>l Fi>
Ah}adi>th al-Rasu>l”
Oleh:
Muhammad Zulkarnain
Mubhar
Pendahuluan; Sebuah Refleksi Histories
Keberadaan al-H{adi>th
dalam proses kodifikasinya sangat berbeda dengan al-Qur-a>n yang sejak awal
mendapat perhatian secara khusus baik dari Rasulullah Saw., maupun para sahabat
beliau Saw. berkaitan dengan penulisannya. Bahkan al-Qur-a>n telah secara resmi
dikodifikasikan sejak masa khalifah Abu> Bakar al-S}iddi>q yang disempurnakan
kemudian oleh khalifah Uthma>n bin ‘Affa>n yang merupakan waktu yang
relatif dekat dengan masa Rasulullah Saw.
Sementara itu, perhatian terhadap
al-H{adi>th tidaklah demikian. Upaya kodifikasi al-H{adi>th
secara resmi[1]
baru dilakukan pada masa pemerintahan Umar bin Abd al-‘Azi>z khalifah Bani
Umayyah yang memerintah antara tahun 99-101 Hijriyah,[2]
karena beliau merasakan adanya kebutuhan yang
sangat mendesak untuk memelihara sunnah-sunnah Rasulullah Saw baik dalam bentuk
perkataan, perbuatan, maupun taqri>r beliau Saw., termasuk didalamnya
sunnah para sahabat. Untuk itulah beliau mengeluarkan surat perintah
ke seluruh wilayah kekuasaannya agar setiap orang yang hafal H{adi>th
menuliskan dan membukukannya supaya H{adi>th tidak hilang pada masa
sesudahnya.[3]
waktu pengkodifikasian secara resmi ini relatif jauh dari masa Rasulullah saw.
Kenyataan ini telah memicu berbagai spekulasi berkaitan dengan otentisitas al-H}adi>th.
Tadwi>n al-H{adi>th atau
kodifikasi al-Hadits merupakan kegiatan pengumpulan al-Hadits dan penulisannya
secara besar-besaran yang disponsori oleh pemerintah (khalifah). Sedangkan
kegiatan penulisan al-H{adi>th sendiri secara tidak resmi telah
berlangsung sejak masa Rasulullah saw masih hidup dan berlanjut terus hingga
masa kodifikasi.
Berdasarkan fakta dan ralitas histories,
semangat ilmiah penulisan dan kodifikasi hadis telah melahirkan berbagai karya
yang menghimpun hadis dalam waktu yang berdekatan di wilayah yang berbeda-beda.
Namun ada silang pendapat tentang siapa yang pertama kali menyusun kitab hadis
dan mensistematisnya sedemikian rupa, di antara ulama hadis yang mengambil
bagian dalam usaha ini adalah: Abd al-Malik bin Abd al-‘Azi>z (w. 150 H) di
Makkah, Ma>lik bin Anas (93-179 H)[4]
dan Muhammad bin Ish}a>q (w. 151 H) di Madinah, Muhammad bin Abd al-Rah}ma>n
bin Dhi’ib (80-158 H) di Makkah, Rabi>’ bin Sabih (-160 H), Sa’i>d bin
‘Aru>bah (-156 H) dan Hamma>d ibn Salamah (-167 H) di Basrah, Sufya>n
al-Thaury (97-161 H) di Kufah, Khalid ibn Jami>l al-’Abd dan Ma’mar ibn Ra>shid
(95-153 H) di Yaman, Abd al-Rah}ma>n bin ‘Amr al-Auza’i (88-157 H) di
Sha>m, ’Abd Alla>h ibn al-Muba>rak (118-181 H) di Khurasan, Ha>shim
ibnu Bus}air (104-183 H) di Wa>sit}, Jari>r ibn Abdul H{amid (110-188
H) di Rayy, dan Abd Allah ibn Wahb (125-197 H) di Mesir.[5]
Pada awal abad II H, spesifikasi
catatan ataupun kitab-kitab hadis yang muncul dapat dikategorikan menjadi dua;
(a) berisi catatan hadis dalam bentuk s}ah}i>fah (lembaran-lembaran),
koleksi acak tanpa sistematisasi bahan (b) berisi hadis yang tercampur dengan
keputusan resmi yang diarahkan oleh khalifah, sahabat, atau tabi’in tidak
tersistematisasi dan merupakan koleksi acak. Baru pada pertengahan abad II H,
mengalami perubahan trend, yang mengarah pada sistematisasi isi kitab
berdasar tema-tema tertentu, meski materi hadis masih berbaur dengan
ucapan-ucapan sahabat maupun pendapat-pendapat tabi’in (hadith marfu’, mauquf
dan maqtu’), masih berbaurnya berbagai hadis dalam kualitas (sahih,
hasan, da’if) dalam satu kitab.
Pada abad III H, kodifikasi hadis
mengalami masa keemasan dengan munculnya beragam kitab -khususnya Kutub
al-Sittah- dengan beragam metode penyusunan, ada Kitab Musnad, Sahih,
Sunan, Mukhtalaf, dan Mushkil,[6]
,dan sebagainya. Satu spesifikasi yang secara eksplisit dapat terlihat, yakni
bahwa kitab pada abad ini disusun berdasar permasalahan tertentu yang dibagi
menjadi bab-bab dan sub-sub bab; dipisahkan antara hadis marfu’, mauquf
dan maqtu; dipisahkan kualitas hadis sahih, hasan dan da’if. Masing-masing
kitab memiliki kekhasan yang dimiliki penyusunnya. Oleh karenanya untuk merujuk
sebanyak mungkin satu tema hadis tertentu secara komprehensif adalah dengan
mempergunakan sebanyak mungkin informasi dari berbagai kitab hadis yang qualified
(s}ah}i>h}).
Pada abad IV dan V proses
kodifikasi hadis semakin mengarah kepada penyempurnaan. Karya-karya para ulama
yang hidup pada abad ini dapat dikategorisasikan dalam berbagai tipe; (a)
diantara para ulama ada yang menysun karyaanya dengan menggunakan metode yang
ditempuh oleh al-Bukha>ry dan Muslim –yaitu menghimpun hadis-hadis yang s}ah}i>h}
menurut mereka- karya-karya yang mucul pada abad ini seperti: S}ah}i>h}
Ibn Khuzaimah (w. 311 H), S}ah}i>h} Ibn H{ibba>n (w. 354 H), S{ah}i>h}
Ibn al-Sakka>n (w. 353); (b) ada pula diantara mereka yang menyusun
hadis s}ah{i>h} dalam bentuk Mustdraka>t seperti al-Mustadrak
‘Ala> al-S}ah}i>h}ain karya Abu ‘Abd Alla>h al-H{a>kim (w. 405);
(c) corak yang lain adalah penyusunan kitab hadis yang menghimpun hadis-hadis
Rasulullah Saw yang bernuansa fiqhi (hukum) yang mencakup hadis s}ah}i>h}
dan selainnya, diantara karya yang muncul untuk tipologi ini adalah al-Mutaqa>
karya Ibn al-Ja>ru>d (w. 307 H) dan karya al-Sunan karya
al-Da>ruqut}ny (w. 385 H)[7];
(d) diantara para ulama ada pula yang mengkonsentrasikan diri menelusuri dan
menyusun karya dalam masalah ikhtila>f al-h}adi>th[8]
dan Mushkil al-Ah}a>di>th, karya yang muncul dalam kajian
hadis pada abad ini dengan tipologi semacam ini diantaranya adalah Sharah
Ma’a>ny al-A<tha>r dan Mushkil al-A<tha>r yang
keduanya disusun oleh al-T{ah}a>wy (w. 321 H); (e) tipologi yang lain adalah
al-Mustakhraja>t yaitu penyusunan kitab hadis berdasarkan sanad yang
dimiliki oleh mustakhrij dan sanadnya bertemu dengan sanad penyusun
kitab, diantara karya dengan tipologi ini seperti: Mustakraj ‘Ala>
S}ah}i>h} al-Bukha>ry diantara para penyusunnya adalah: Abu> Bakar
Isma>’il (w. 371 H), Abu Ahmad al-Ghit}ri>fy (w. 377 H), Ibn Abi> Dhuhl (w. 378), Ibn Maradwaih (w.
416)[9]:
Mustakhraj ‘Ala> S{ah}i>h} Muslim diantara para ulama yang
menyusun karya dengan judul tersebut adalah; Abu> ‘Awa>nah (w. 316 H),
Abu al-Fad}l Ah}mad bin Salamah (w. 286)[10],
Abu> Ja’far al-Hiya>ry (w. 311), Abu Bakar Muhammad bin Muhammad bin
Raja>’ (w. 286)[11],
Abu> Nas}r al-T{u>sy (w. 344)[12]:
Mustakhraj ‘Ala> al-S}ah}i>h}ain dianatar para ulama yang menyusun
karya dengan tipe mustakhraj semacam ini adalah; Ibn al-Akhram (w. 344),
Abu Bakar Ah}mad bin ‘Abda>n al-Shaira>zy (w. 388), Ibn Manjawaih[13]
(w. 428 H), Abu Nu’aim al-As}faha>ny (w. 430), Abu> Dharr ‘Abd bin Ah}mad
al-Harawy (w. 434 H), dan Abu Muh}ammad al-Hasan bin Muh}ammad al-Khalla>l
(w. 439)[14];[15]
(f) pada abad ini pula para ulama mulai menyusun karya-karya dalam bidang ‘Ulu>m
al-H{adi>th secara sistematis seperti kita>b al-Muh}addith
al-Fa>s}il karya Abu> Muh}ammad al-Ra>mahurmuzy (360); (g)
tipologi kitab hadis lainnya yang muncul pada abad ini adalah tipe mu’jam seperti
kitab al-Mu’jam al-Kabi>r, al-Awsat}, dan al-S{aghi>r karya
al-T{abra>ny (w. 360 H).[16]
Pada Abad V dan VI diantara tipologi
penyusunan kita hadis yang muncul adalah tipe maja>mi’ yaitu
menghimpun hadis-hadis dari dua kitab hadis atau lebih dengan cara meringkas
sanad (ikhtis}a>r al-sanad)[17],
hadis-hadis tersebut dihimpun berdasarkan cakupan makna dalam satu bab dan
sub-bab. Diantara karya-karya dengan tipe ini adalah; al-Jam’u Baina
al-S}ah}i>h}ain karya Abu> Mas’u>d Ibra>hi>m bin Muhammad
al-Dimashqy ( w. 401 H), Ibn Fura>t (w. 414), Abu> Bakar al-Barqa>ny
(w. 425 H), Abu ‘Abd Alla>h Muh}ammad bin Nas}r al-H{umaidy (w. 488 H)[18],
al-Baghawy (w. 516 H), al-Shibly (w. 518), al-Murri (w. 582 H), al-Mu>s}ily
(w. 622 H), dan al-S}agha>ny (w. 650 H). al-Jam’u baina Kutub al-Khamsah dan
al-Sittah diantara karya-karya tersebut adalah; al-Tajri>d
al-S{ah}i>h} wa al-Sunan karya Abu Al-H{asan Razi>n (w. 535 H). al-Jam’u
Baina al-Kutub al-Sittah karya al-Shibly (w. 581 H), Ja>mi’
al-Us}u>l Fi> Ah}a>di>th al-Rasu>l karya Ibn Al-Athi>r
al-Jazary (w. 606 H), dan Anwa>r al-Mis}ba>h} Fi> al-Ja>mi’
Baina al-Kutub al-Sittah karya Abu> ‘Abd Alla>h al-Tu>jiby (w.
646).[19]
Proses penyempurnaan
pengkodifikasian hadis dan penelitiannya terus berlanjut hingga abad IX
Hijriyah dan terus dilakukan oleh para ulama Islam hingga saat ini dalam
berbagai tipologinya[20].
Fakta-fakta sejarah dari masa periwayatan (‘as}r al-riwa>yah) hingga
masa pengkodfikasian hadis (‘as}r al-tadwi>n) sebagaimana yang
terbentang dalam perjalanan sejarah keilmuan kaum muslimin merupakan bukti nyata
bahwa Allah Swt. senantiasa menjaga al-Sunnah yang merupakan wahyu kedua
setelah al-Qur-a>n –berdasarkan ijma’ jumhur ‘ulama dari kalangan Ahl
al-Sunnah wa al-Jama>h demikian pula dari kalang Shi’ah-. Diantara bentuk
penjagaan Allah Swt terhadap al-Sunnah adalah; (a) al-Sunnah
dapat dihafalkan dengan baik dalam bentuk isna>d yang bertujuan untuk
membedakan antara yang mauqu>f dengan yang marfu>’ dan antara yang s}ah}i>h}
dengan yang ka>dhib. Disamping itu, penelitian terhadap para
periwayat hadis baik dari sisi ‘adalah maupun d}abt}-nya terus
dilakukan guna membedakan mana riwayat yang qualified (s}ah}i>h})
dan mana yang telah mengalami pemalsuan; (b) terkuaknya berbagai catatan yang
merupakan buah tangan dari sebahagian sahabat yang mencatat riwayat-riwayat
dari Nabi Saw., semangat ilmiah dalam proses pencatatan hadis ini terus
dilanjutkan oleh para ta>bi’i>n hingga pengkodifikasiaannya secara resmi
pada masa pemerintahan ‘Umar bin ‘Abd al-‘azi>z (99-101 H) seorang khalifah yang memiliki perhatian
yang sangat besar dalam melestarikan al-Sunnah. Semangat ilmiah yang
telah diwariskan oleh para ulama abad I hingga abad III H (mutaqddimi>n)
dalam menghimpun dan mengkodifikasikan hadis terus dilastarikan oleh ulama
Islam hingga saat ini.
Dari uraian reflektif di atas,
pada tulisan ini penulis berusaha menelaah semaksimal kemampuan dan
keterbatasan rujukan untuk menguak manhaj atau metode penyusunan karya
hadis yang disusun dengan menggunakan tipologi maja>mi’ dimana
sejarah menyebutkan bahwa tipologi ini muncul antara abad V dan VI H. Terdapat beberapa
karya ulama yang disusun dengan tipologi ini –sebagaimana yang telah disebutkan
terdahulu-, namun yang menjadi fokus pengkajian dalam tulisan ini adalah karya
yang telah disusun oleh Ibn al-Athi>r al-Jazary (544 - 606 H) yang merupakan
salah seorang ulama hadis yang hidup pada abad VI Hijriah.
Adapun ruang lingkup bahasan dalam
tulisan ini; Siapakah Ibn al-Athi>r al-Jazary? bagaimana latarbelakang
ke-ilmuannya? Dan bagaimana manhaj atau metode penyusunannya dalam kitab
Ja>mi’ al-Us}u>l Fi> Ah{a>di>th al-Rasu>l serta
gamabaran umum dari isi kitabnya?. Seluruh pertanyaan tersebut akan dinarasikan
dalam tiga pokok bahasan yaitu: Biografi singkat Ibn al-Athi>r al-Jazary, Manhaj
Ibn al-Athi>r dalam karyanya Ja>mi’ al-Us}u>l Fi>
Ah}a>di>th al-Rasu>l, dan Gambaran Umum Isi Kitab.
Biografi Singkat Ibn al-Athi>r
al-Jazary
Ibn al-Athi>r al-Jazary adalah
satu nama yang dinisbatkan kepada tiga orang ulama, dan mereka lebih dikenal
dengan nama tersebut. Yakni: Majd al-Di>n Ibn al-Athi>r al-Jazary, Abu>
al-Sa’a>da>t dia adalah seorang ulama yang ahli dibidang hadis dan seorang
sastrawan yang terkenal pada masanya penyusu kitab al-Niha>yah fi>
Ghari>b al-H{adi>th; ‘Izz al-Di>n Ibn al-Athi>r al-Jazary Abu
al-Hasan dia adalah seorang ulama yang ahli dibidang sejarah (sejarawan), hadis,
dan seorang h}a>fiz} (555-630 H)[21]
penyusun al-Ka>mil fi al-Ta>ri>kh; dan D{iya>’ al-Di>n Nas}r
Alla>h Ibn al-Athi>r al-Jazary (558-637 H) dia adalah seorang ulama yang
dikenal sebagai seorang penulis (sekretaris) dan pernah menduduki jabatan wazi>r
(mentri) pada masa pemerintahan S}ala>h al-Di>n al-Ayyu>by
dan penyusun kitab al-Mathal al-Sa>ir. Ketiganya adalah saudara kandung
dan dikenal dengan Ibn al-Athi>r, masing-masing memiliki keahliaan yang
berbeda dari seorang ayah bernama Abu> al-Karam Muh}ammad Ibn ‘Abd al-Kari>m.[22]
Adapun Ibn al-Athi>r penyusun
karya Ja>mi’ al-Us}u>l fi> Ah}a>di>th al-Rasu>l bernama
lengkap al-Muba>rak bin Muh}ammad bin Muh}ammad bin ‘Abd al-Kari>m bin
‘Abd al-Wa>h}id al-Shayba>ny al-Jazary, kemudian al-Mu>s}ily
al-Sha>fi’y, berkunyah dengan Abu> al-Sa’a>da>t, bergelar Majd
al-Di>n, dan dikenal dengan Ibn al-Athi>r. Dia lahir pada salah satu
bulan al-Rabi>’ayn (Rabi>’ al-Awwal dan al-Tha>ny) pada tahun
544 H di Jazirah Ibn ‘Umar –menurut Ya>qu>t dalam Mu’jam
al-Bulda>n: Jazirah Ibn ‘Umar adalah sebuah kota yang terletak di bagian
atas (sebelah utara) dari kota Mosul yang berjarak sekitar tiga hari perjalanan-.[23]
Abu> al-Sa’ada>t Ibn
al-Athi>r tumbuh dewasa di al-Jazi>rah, dan disana pulalah tempat dia
pertama kali menuntut ilmu. Setelah dia mulai dewasa dia pun pindah ke Mosul
pada tahun 564 H. disanalah belaiu kepribadiaannya mengalami kematangan dan
ilmunya semakin mendalam, dimana dia menerima berbagai corak keilmuan.[24]
Abu> al-Sa’a>da>t adalah
seorang yang ‘a>lim, memiliki keutamaan, dia mengumpulkan berbagai
corak keilmuan seperti Ilmu bahasa dan sastra Arab,Al-Qur-a>n, Hadi>th
dengan seluruh cabang ilmunya, dan fiqhi dalam madhhab Syafi’iyyah, dia
menyusun berbagai karya dalam seluruh bidang dan corak ilmu tersebut,
karya-karyanya terkenal di Mosul dan berbagai negeri Islam lainnya.[25]
Beliau mempelajari seluruh bidang
dan corak keilmuan tersebut dari berbagai guru seperti ilmu sastara beliau
pelajari dari Na>s}ih} al-Di>n Abu> Muh}ammad Sa’i>d bin
al-Dahha>n al-Baghda>dy, Abu> Bakr Yah}ya bin Sa’i>d al-Maghriby
al-Qurt}uby, Abu> al-H{azm Makky bin al-Rayya>n bin Shabbah al-Ma>kisi>y
al-Nah}wi>y al-Da}ri>r.[26]
dan Abu> al-Fad}l ‘Abd Alla>h bin Ah}mad (khat}i>b al-Maus}il).
Dia memiliki sanad dari riwayat S}ah}i>h} al-Bukhary melalui jalur
Ibn Sara>ya> dari Abu> al-Waqt, meriwayatkan S}ah}i>h} Muslim melalui
jalaur Abu> Ya>sir bin Abi> H{unnah dari Isma>’i>l Ibn
al-Samarqandy dari al-Tunkuty, dari Abu> al-Husain ‘Abd al-Gha>fir, dan
meriwayatkannya juga secara ija>zah dari al-Fura>wy, menerima
sanad dari riwayat al-Muwat}t}a’ dari Ibn Sa’du>n, bahwasanya Ibn
‘Atta>b menyampaikan kepada kami dari Ibn Mughi>th, menerima riwayat
sanad Sunan Abu> Da>wud dan Sunan al-Tirmidhy dengan metode
al-Sama>’ dari Ibn Sukainah, dan menerima sanad Sunan
al-Nasa>’i> dengan mengatakan
Ya’i>sh bin S}adaqah telah memberitakan kepada kami dari Ibn Mah}mu>yah.[27]
Abu> al-Sa’a>da>t Ibn
al-Athi>r wafat pada akhir bulan Dhu>-al-H{ijjah tahun 606 H[28]
dengan meninggalkan berbagai karya diantaranya: dalam bidang Tafsir beliau
menyusun al-Ins}a>f Fi> al-Jam’i Bayna al-Kashfi wa al-Kashsha>f (kitab yang menghimpun dan mebandingkan
dua kitab tafsir yakni karya al-Tha’laby dan al-Zamakhshary); dalam bidang
hadis Ja>mi’ al-Us}u>l Fi> Ah}a>di>th al-Rasu>l (yang
mengumpulkan enam kitab hadis standar dalam hal ini muwat}t}a’,
al-s}ah}i>h}ayn, al-Sunan al-thala>thah), al-Niha>yah Fi>
Ghari>b al-H{adi>th wa al-Athar, Sharh} Musnad al-Sha>fi’y,
al-Mus}t}afa> al-Mukhta>r Fi> al-Ad’iyyat wa al-Adhka>r [29];
dalam bidang sastra dia menyusun Rasa>il Fi> al-H{isa>b, Kita>b
Di>wa>n al-Rasa>il, Kita>b al-Bani>n wa al-A<ba>’
wa al-Ummaha>t wa al-Adhwa>’ wa al-Dhawa>t (satu Jilid), dan
dalam bidang sejarah beliau menyusun Kita>b al-Mukhta>r Fi>
Mana>qib al-Akhya>r (dalam 4
Jilid) dan sebagainya.[30]
Tampak dari karya-karyanya,
beliau adalah seorang ilmuan Islam (baca: ulama) yang sangat produktif dan banyak
memberikan manfaat kepada manusia.
Manhaj Ibn al-Athi>r dalam Karyanya Ja>mi’
al-Us}u>l
Kitab Ja>mi’ al-Us}u>l
Fi> Ah}a>di>th al-Rasu>l adalah kitab yang menghimpun
hadis-hadis kutub us}u>l al-sittah (S}ah}i>h} al-Bukha>ry,
S}ah}i>h} Muslim, al-Muwat}t}a’, Sunan Abu> Da>wud, Sunan al-Tirmidhy,
dan Sunan al-Nasa>’i>), Ibn al-Athi>r menyusun hadis-hadis
tersebut sesuai dengan makna dan kandungan dari hadis-hadis tersebut agar
memudahkan para penuntut ilmu untuk mencari hadis-hadis yang diinginkannya, dan
makna hadis yang menunjukkan atasnya, serta menjelaskan lafal-lafal yang ghari>b
yang terdapat dalam setiap hadis dan menjelaskan kandungan maknanya secara
ringkas.[31]
Kitab ini memiliki hubungan yang
sangat erat dengan kita>b al-Tajri>d al-S{ah}i>h} wa al-Sunan
karya Abu Al-H{asan Razi>n (w. 535 H) dimana Ibn al-Athi>r menyatakan:
“Ketika sampai kepadaku beberapa karya (yang
menghimpun kitab-kitab hadis) aku melihat bahwa karya-karya tersebut disusun
dengan sangat baik dan rapi, dan aku melihat kepada kitab Razi>n yang dia
adalah yang peling besar dan paling lengkap (dari kitab-kitab yang menghimpun kutub
al-sittah), dimana kitab ini mencakup kutub al-sittah yang merupakan
induk kitab-kitab hadis,…Saat itu, aku pun berkeinginan untuk menyibukkan diri
(menelaah) kitab himpunan dari kitab s}ah}i>h ini, dan berusaha untuk
bersandar kepadanya, meskipun hanya sekedar membacanya atau menyalinnya, ketika
saya menelitinya aku menemukan –didalanya dari hasil jerih payahnya-dia
meninggalkan banyak bab, dimana bab-bab tersebut lebih utama untuk dimasukkan,
dan melakukan banyak pengulangan hadis dalam setiap bab, dan meninggalkan
banyak hadis pula dalam setiap bab. Kemudian aku membandingkan antara
susunannya (Razi>n) dengan kitab-kitab standar yang hadis-hadisnya dia
sajikan didalam susunannya tersebut, aku menemukan bahwa hadis-hadis yang cukup
banyak yang tidak dia sebutkan dalam kitabnya baik dalam bentuk mukhtas}ar
atau sekedar memberikan betunjuk. Pada bagian lain aku menemukan dalam kitabnya
hadis-hadis yang tidak terdapat dalam al-us}u>l yang aku baca, telah
aku dengarkan dan telah aku nukil, hal itu lebih disebabkan pada perbedaan
naskah dan jalur (sanad). Pada sisi yang lain aku melihat (Razin) menyusun
kitab berdasarkan susunan bab yang terdapat S}ah}i>h} al-Bukha>ry,
lalu dia menyebutkan sebahagian dan meninggalkan sebahagian lainnya. Kemudian
aku membisikkan dalam hatiku untuk memperbaiki kitabnya, menertibkan susunan
babnya, menyelaraskan tujuannya, mempermudah pencariannya, dan aku memasukkan
didalanya hadis-hadis pokok yang dia tinggalkan, lalu aku ikutkan didalamnya
beberapa penjelasan seputar ghari>b, i’ra>b, dan kandungan
makna hadis, dan selainnya yang dapat memberikan tambahan penjelasan…”.[32]
Manhaj
atau metode penulisan dari kitab
ini telah diuraikan secara terperinci oleh Ima>m Ibn al-Athi>r dalam bab
dua dari muqaddimah-nya.[33]
Dalam pada itu, uraian beliau tersebut dapat dijelaskan secara ringkas sebagi berikut:
1. Beliau
membuang sanad hadis, dan tidak menetapkan sanadnya kecuali nama sahabat jika
hadis tersebut berstatus marfu>’, atau menetapkan nama periwayat dari
kalangan ta>bi’i>n yang meriwayatkan dari sahabat apabila hadis tersebut mauqu>f.
Adapun biografi para periwayat hadis, beliau uraikan dalam bab khusus pada
bagian akhir dari kitabnya dengan menyusunnya berdasarkan susunan huruf
hijaiyyah.
2. Untuk
matan hadis beliau tidak memasukkan kecuali hadis dari Rasulullah Saw dan athar
dari sahabat. Adapun perkataan para ta>bi’i>n dan generasi setelah
mereka, maka beliau tidak mencantumkannya kecuali sesekali saja. Metode ini
beliau kutip dari metode yang diterapkan oleh al-H{umaydy dalam al-Jam’u
Baina al-S}ah}i>h}ain. Hadis-hadis yang tardapt dalam karya al-H{umaydy
tersebut menjadi acuan dalam penukilan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh
al-Bukha>ry dan Muslim. Adapun empat kitab yang lain, maka beliau nukil dari
kitab-kitab aslinya yang telah beliau baca dan dengarkan, dan menyatukannya
dengan al-s}ah}i>h}ayn jika memiliki kesamaan cakupan makna. Dalam
memasukkan matan-matan dari hadis tersebut, beliau senantiasa mendahulukan
matan hadis al-s}ah}i>h}ayn dari selainnya, jika terdapat penambahan
dalam matan atau penjelasan terhadap matan yang tidak terdapat dalam kedua
kitab tersebut, maka beliau menelusurinya dari ummaha>t al-kutub dan
memasukkannya kedalam bagian yang sesuai dengannya. Adapun matan hadis yang
tedapat dalam kitab susunan Razi>n dan tidak terdapat dalam kutub
al-us}u>l, maka beliau menukilnya dari sebagaimana yang termaktub dalam kitab
Razi>n dan membiarkannya tanpa petunjuk tentang siapa yang mengeluarkannya. Namun
apabila beliau temukan mukharrij dari hadis yang bersangkutan, maka
beliau hanya menyebutkannya pada bagian akhir dari hadis tersebut.
3. Penyusunan
bab yang dilakukan oleh Ima>m Ibn al-Athi>r didasarkan pada makna-makna
yang dikandung oleh hadis. Dengan demikian, setiap hadis yang menunjukkan satu
makna yang sama, maka beliau menyatukannya dalam satu bab tersendiri.
Hadis-hadis yang memiliki cakupan makna lebih dari satu, maka beliau
memasukkannya dalam bagian khusus dari kitab yang beliau berinama dengan kita>b
al-lawa>h}iq yang dibagi ke dalam berbagai bab, dimana dalam setiap bab
mencakup hadis-hadis yang memiliki makna lebih dari satu dan sejenis. Namun
apabila terdapat hadis yang memiliki cakupan makna lebih dari satu, tetapi memiliki satu makna yang lebih
dominan dari yang lain, maka beliau memasukkan hadis-hadis yang seperti itu
dalam bab berdasarkan cakupan makna yang dominan darinya seperti hadis-hadis
tentang Iman dan Islam.
4. Ima>m
Ibn al-Athi>r menyusun karyanya ini dengan menggunakan system Kita>b (contoh
Kita>b Fi> al-I<ma>n wa al-Isla>m), dalam setiap kitab
terperinci ke dalam bab, dalam setiap bab terperinci ke dalam pasal, dalam setiap
pasal terperinci ke dalam macam (anwa>’), dalam setiap macam
terperinci ke dalam cabang, dan dalam setiap cabang terperinci ke dalam
pembagian (aqsa>m). Beliau menyadari akan konsekuensi penyusunan
dengan model ini, dimana dalam setiap judul Kitab terdapat berbagai hadis yang
memiliki berbagai makna yang selaras dengan judul kitab tersebut seperti yang
berhubungan dengan kewajiban, rukun dan hakikatnya, sunnah-sunnahnya,
syarat-syaratnya, anjuran untuk melaksanakannya, dan keutamaannya.[34]
Hadis-hadis dalam setiap bagian dalam satu judul kitab adalah hadis-hadis yang
beredaksi sama, mirip atau yang mendekatinya, ini dilakukan dengan tujuan agar
para pencari hadis jika menemukan hadis dalam bab, pasal, dan cabang pembahasan
tertentu, maka dia tidak lagi akan menemukan hadis yang mirip atau yang
mendekati maknanya pada pasal-pasal yang lain kecuali hal itu sangat jarang.
5. Nama-nama
judul kitab beliau susun berdasarkan urutan huruf hijaiyyah, penempatan
judul-judul tersebut disesuaikan dengan huruf awal dari setiap kata baik huruf
tersebut adalah huruf asli atau imbuhan, mislanya kata al-I<ma>n dan
al-I<sla>m beliau letakkan pada huruf Hamzah sebab kata-kata tersebut
diawali dengan huruf alif asli, adapun untuk imbuhan seperti kata al-I’tis}a>m
beliau letakkan dalam rangkain huruf hamzah dimana seharusnya berada
dalam huruf’ain demikan pula halnya dengan kata Ih}ya>’
al-Mawa>t yang seharusnya berda dalam huruf h}a>’ tetapi
beliau memasukkannya dalam rangkaian huruf hamzah. Menurut beliau, ini
bertujuan untuk memudahkan para pencari hadis dalam menemukan hadis-hadis yang
mereka butuhkan dari Kutub al-Us}u>l al-Sittah. Pada sisi lain
terdapat satu bab yang memiliki hubungan dengan berbagai permasalah yang
terpisah secara harfiah seperti kata al-Jiha>d diletakkan pada
huruf ji>m, dan hukum-hukum yang berkaitan dengannya diantaranya
adalah al-ghani>mah, al-ghulu>l keduanya diawali dengan huruf ghain,
demikian pula dengan al-khumus diawali dengan huruf kha>’ kesemua
kata tersebut seharusnya diletakkan pada hurfnya masing-masing, tetapi beliau menyebutkanya
dalam rangkaian huruf jim dari kata al-Jihad dengan asumsi bahwa
apabila seluruh permasalahan tersebut ditempatkan sesuai pada tempatnya, maka
akan memberikan kesan bahwa pembahasan tentang jihad terbagi-bagi. Demikianlah
beliau memperlakukan setiap huruf yang terdapat dalam susunan kitab ini.
6. Dalam
setiap awal hadis beliau terlebih dahulu menempatkan nama mukahrrij dalam
bentuk rumuz dan periwayat dari kalangan sahabat (jika itu adalah hadis marfu>’)
atau ta>bi’i>n (jika itu adalah hadis mauqu>f). rumuz dan nama
tersebut beliau tempatkan dalam kurung atau dalam istilah beliau “al-ha>mish”.
Adapun rumuz-rumuz yang beliau gunakan untuk setipa mukharrij dalam
kitabnya ini adalah:
خ : البخاري م:
مسلم
ط : الموطأ ت
: الترمذي
د : أبو داود س
: النسائي
7. Pada
akhir setiap hadis yang terdapat dalam setiap kitab yang telah disusun berdasarkan
huruf hijaiyyah, beliau memberikan penjelasan secara ringkas makna dari hadis
tersebut serta menyebutkan makna dari kalimat-kalimat yang kurang difahami maknanya
(ghari>b), beliau tidak hanya menyebutkan lafal-lafal yang dapat
membantu para penuntut ilmu yang mengkhususkan diri dalam bidang hadis, tetapi
juga memberikan tambahan penjelasan umum secara ringkas untuk memenuhi
kebutuhan orang awam tentang kandungan makna dan hokum dari hadis tersebut.
System ini beliau perlakukan pada setiap kitab, bab dan pasal. Jika seseorang
tidak menemukan penjelasan dari suatu kalimat hadis dalam pasal tertentu, itu
menunjukkan bahwa kalimat tersebut telah dijelaskan sebelumnya.[35]
8. Beliau
tidak membiarkan hadis-hadis yang telah beliau masukkan dalam karyanya ini tidak
terlacak dengan baik oleh para penuntut ilmu. Sehingga untuk memberikan
kemudahan dalam melacak keberadaan hadis-hadis yang dibutuhkan oleh para
penuntut ilmu yang terentang diantara judul-judul kitab yang telah disusun berdasarkan
huruf hijaiyyah, beliau kemudian membuat bab tersendiri yang didalamnya memuat
kalimat dari potongan hadis atau makna dari hadis, lalu menunjukkan posisi atau
tempat hadis tersebut, contohnya: apabila seorang penuntut ilmu mencari
kalimat "أين الله" maka kalimat
itu terdapat dalam الفصل الأول من كتاب الإيمان [1/229و231].[36]
Bab ini disusun berdasarkan susunan huruf hijaiyyah sehingga dengan sendirinya
ia berfungsi sebagai kamus hadis al-us}u>l al-sittah dalam dua
fungsinya baik berfungsi sebagai mu’jam al-alfa>z} maupun mu’jam
al-maud}u>’y.[37]
Untuk
poin yang disebutkan terakhir, al-Zahra>ny memberikan catatan penting bahwa
cara inilah yang digunakan oleh para orientalis dalam menyusun kitab al-Mu’jam
al-Mufahrath li Alfa>z} al-H{adi>th al-Nabawiy –termasuk pula kitab Mifta>h}
Kunu>z al-Sunnah- dan Ibn al-Athi>r telah terlebih dahulu menggunakan
metode tersebut. Para ahli ensiklopedia bahasa dan ahli ghari>b
al-h{adi>th dari kalangan ilmuwan islam (baca: ulama) yang menerima
metode penyusunan karya tulis dengan metode ini, telah memakai metode tersebut
dalam menyusun karya-karya mereka.[38]
Gambaran Umum Isi Kitab
Kitab ini tergolong kitab yang
besar yang terdiri dari dua belas (12) jilid. Adapun gambaran umum isi kitab dan
sistematika penyusunannya, Ibn al-Athi>r membaginya kedalam tiga bagian
dengan menggunkan istilah “rukn” beliau menyatakan dalam muqaddimah kitabnya:
“Sesungguhnya landasan kitab ini terdiri dari tiga rukun (thala>that
arka>n): pertama: al-Maba>dy (pendahuluan), kedua: al-Maqa>s}id
(tujuan atau pembahasan), dan ketiga: al-Khwa>tim (penutup)”.[39]
Adapun ruang lingkup pembahasan dari ketiga bagian (rukn) tersebut dapat
dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:
1. Bagian pertama
(al-rukn al-awwal) –yakni al-Maba>dy- dia membaginya ke dalam
lima bab: Pertama, latarbelakang penyusunan kitab, bab ini memuat lima pasal yang meliputi 1) pendahuluan (muqaddimah),
2) pembahasan tentang ilmu yang berkisar anatara penyebaran dan
pengkodifikasiannya, 3) pembahasan tentang perbedaan tujuan para penyusun
kitab, 4) pembahasan tentang para ulama mutaakhkhiri>n meneladani
metode mutaqaddimi>n dalam penyusunan karya serta penyebab munculnya
kitab-kitab ikhtisar, dan 5) Ringkasan seputar maksud disusuunnya kitab
ini; Kedua, Metode penyusunan kitab, bab ini memuat enam pasal yang meliputi 1)
Pembahasan tentang sanad dan matan, 2) pembahasan tentang penyusunan bab dan
pasal, 3) pembahasan tentang pemahaman dan penyusunan kitab dalam bentuk huruf,
4) pembahasan tentang penjelasan para periwayat dan rija>l, 5)
pembahasan tentang penjalasan ghari>b dan sharh}, dan 6)
bagaimana menemukan hadis-hadis yang tidak pada tempatnya; Ketiga, Penjelasan
tentang Us}u>l al-H{adi>th, hukum-hukumnya, dan yang berhubungan
dengannya, bab ini memuat empat pasal yang meliputi: 1) Metodologi periwayat
hadis, pasal ini memuat tujuh sub pembahasan a) Sifat periwayat dan
syarat-syaratnya, b) Penyandaran periwayatan dan metodologi pengambilannya, c)
Lafal-lafal periwayatan, d) pembahasan tentang perbedaan antara al-musnad dan
al-isna>d, e) pembahasan tentang mursal, f) pembahasan tentang
mauqu>f, dan g) pembahasan tentang hadis A<h}a>d dan Mutawa>tir;
2) Pembahasan tentang Ilmu al-Jarh} wa al-Ta’di>l; 3) Pembahasan
tentang ilmu al-Naskh; dan 4) pembahasan tentang pembagian hadis s}ah}i>h
dan kadhib; Keempat, pembahasan
tentang Biografi al-Aimmat al-Sittah; dan Kelima, pembahasan tentang
sanad-sanad hadis yang beliau miliki dimana sanad-sanad tersebut bersambung
kepada sanad kutub al-us}u>l al-sittah yang hadis-hadisnya tertuang
dalam kitab ini.[40]
2. Bagian
kedua (al-Rukn al-Tha>ny) –yakni al-Maqa>s}id-, bagian ini
terdiri dari kitab (judul utama), bab, pasal, macam (anwa>’), cabang
(furu>’), dan pembagian (aqsa>m) yang didalamnya termuat
hadis-hadis baik marfu>’ maupun mauqu>f dengan rumuz serta
nama periwayat (dari kalangan sahabat apabila marfu>’ dan
ta>bi’i>n apabila mauqu>f) yang ditempatkan pada bagian awal
hadis sebagaimana yang telah dijelaskan pada pembahasan terdahulu. Dalam akhir
setiap hadis dan bab diberikan penjelasan singkat seputar kandungan makna dan
hukum dari hadis dan makna-makna kalimat yang susuah dipahami (sharh}
ghari>b al-h}adi>th). Bagian ini tersusun berdasarkan susunan huruf hijaiyyah
dari alif hingga ya>’ ditambah
dengan kita>b al-lawa>h}iq. Muatan bagian ini terbentang mulai
dari jilid pertama sampai jilid ke-11 masing-masing dengan daftar isi dalam
setiap jilidnya sebagaimana yang telah di tah}qi>q (di edit kembali)
oleh ‘Abd al-Qa>dir al-Arnau>t}.
3. Bagian ketiga
(al-Rukn al-Tha>lith) –yakni al-Khawa>tim-, bagian ini tertuang
secara utuh pada jilid ke-12, ruang lingkup bahasannya terdiri dari tiga
pembahasan yang dalam istilah Ibn al-Athi>r “Funu>n”. Adapun ruang
lingkup dari masing-masig bagian adalah: pembahasan pertama (al-Fann al-Awwal),
Ibn al-Athi>r menyebutkan lafal dan makna dari hadis-hadis yang terbentang
dari jilid pertama hingga sebelas, lafal dan makna dari hadis-hadis tersebut
tersusun berdasarkan susunan huruf hijaiyyah. Bagian ini berfungsi sebagai kamus
hadis untuk hadis-hadis yang termuat dalam kitab ini. Pembahasan kedua (al-Fann
al-Tha>ny) adalah pembahasan seputar tara>jum al-rija>l (biografi
para periwayat hadis), bagian ini terbagi ke dalam empat bab: a. pembahasan
tentang sejarah hidup Rasulullah Saw (si>rah nabawiyyah) yang terbagi
ke dalam 10 pasal; b. pembahasan seputar sejarah ringkas para Nabi; c.
pembahasan tentang biografi dan sejarah hidup 10 sahabat yang telah mendapatkan
jaminan surga; dan keempat, pembahasan seputar biografi para periwayat hadis
yang disusun berdasarkan huruf hijaiyyah. Pembahasan ketiga (al-Fann
al-Tha>lith) merupakan daftar isi kitab dari awal hingga akhir bagian
sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bagin ini melingkupi al-rukn
al-awwal wa aqsa>muh, al-rukn al-tha>ny wa aqsa>muh, dan al-rukn
al-tha>lith wa aqsa>muh.
Kitab
ini telah meberikan pengaruh dan faidah yang sangat besar bagi para ulama yang
hidup setelah Ibn al-Athi>r seperti Ibn al-Dabi>’ al-Shayba>ny (w. 944
H) yang meringkas kitab ini dari dua belas jilid menjadi empat jilid yang
beliau namakan dengan Taysi>r al-Wus}u>l Ila> Ja>mi’
al-Us}u>l min H{adi>th al-Rasu>l dengan metode penysunan
sebagaimana yang ditempuh oleh Ibn al-Athi>r dalam Ja>mi’ al-Us}u>l
(yakni berdasarkan susunan huruf hijaiyyah) dan mencukupkan penjelasan akan
makna dari kata yang bersifat ghari>b saja. Selian dia, ulama lain
yang juga menaruh perhatian terhadap kitab ini adalah Muh}ammad bin
Sulayma>n al-Maghriby (w. 1094 H) dengan menyusun kembali kitab ini dan
menggambungkannya dengan kitab Majma’ al-Zawa>id karya al-Haithamy
dalam satu kitab yang beliau beri nama Jam’u al-Fawa>id min Ja>mi’
al-Us}u>l wa Majma’ al-Zawa>id, kitab ini disusun secara tematik dengan
hanya menyebutkan hadis-hadis yang berhubungan dan atau semakna dengan tema
tertentu, penyusunannya pun tidak berdasarkan susunan huruf hijaiyyah dan tidak
pula menyebutkan makna kata yang ghari>b dari hadis-hadis tersebut.
Penutup
Setelah melakukan rih}alah dengan
mendaki tiga gunung, melalui dua belas sungai yang terbentuk dari enam lautan
besar, maka tibalah pada sebuah kesimpulan dari seluruh uraian tentang kitab Ja>mi’
al-Us}u>l Fi> Ah{a>di>th al-Rasu>l yang disusun oleh Abu>
al-Sa’a>da>t al-Muba>rak bin Muh}ammad bin Muh}ammad bin ‘Abd
al-Kari>m, yang lebih dikenal dengan nama Ibn al-Athi>r al-Jazary yang
lahir di Jazi>rah Ibn ‘Umar antara bulan Rabi>’ al-Awwal dan al-Tha>ny
pada tahun 544 H, dan wafat di Mosul pada akhir Dhu> al-H{ijjah tahun 606 H.
dia dikenal sebagai seorang ulama yang menguasai berbagai bidang ilmu seperti
Bahasa dan Sastra Arab, al-Qur’an dan Tafsirnya, Hadis dan ‘Ulu>m-nya,
serta Fiqhi dan Us}u>l-nya, beliau tergolong ulama yang sangat
produktif itu terbukti dari banyaknya karya yang telah beliau susun dan dijadikan
rujukan oleh para ulama yang hidup setelahnya.
Kitab ini tergolong kitab yang
besar yang terbagi ke dalam tiga rukn
dimana didalamnya termuat seluruh cabang ilmu hadis serta kumpulan seluruh
hadis yang terdapat dalam dokumentasi enam imam dibidang hadis (al-Bukha>ry,
Muslim, Ma>lik, al-Tirmidhy, Abu> Da>wud dan al-Nasa>’y) yang
disusun secara tematis dan tersistematis berdasarkan susunan huruf hijaiyyah
dimana masing-masing hadis dalam setiap tema sentral (kitab) dilengkapi dengan
penjelasan ringkas seputar makna hadis serta penjalasan lafal-lafal ghari>b
dari hadis yang dapat dipahami secara mudah baik bagi orang awam maupun
mereka yang takhas}s}us} dalam bidang hadis. Hadis-hadis tersebut
disajikan dengan mencukupkan penyebutan mukharrij dalam bentuk rumus dan
periwayat pertama pada awal setiap hadis. Hadis-hadis yang dikumpulkan
disesuaikan berdasarkan makna dan kandungan hadis, jika berada pada satu makna
yang sama, maka beliau kumpulkan dalam satu topik. Namun jika memiliki cakupan
makna lebih dari satu tetapi terdapat makna yang dominan, maka dimasukkan
kedalam topik yang sesuai dengan makna yang dominan tersebut, dan jika tidak
memiliki makna dominan, maka dimasukkan dalam topik tersendiri dengan topik
utama al-lawa>h}iq (lampiran) pada akhir pembahasan. Beliau juga membuat
kamus khusus pencarian hadis-hadis yang termuat dalam kitab ini, serta kamus rija>l
al-h}adi>th yang disebutkan namanya dalam kitab ini, kesemuanya disusun
berdasarkan susunan huruf hijaiyyah yang bertujuan untuk memudahkan para
penuntut ilmu dan pencari adab. Pada sisi yang lain kitab ini disusun secara
ilmiah dan sesuai dengan metode penyusunan karya ilmiah saat ini sebab penyusunnya
pembagi pembahasanya kedalam tiga bagian utama (thala>that arka>n)
yakni, Pendahuluan (al-Maba>di’), Pembahasan (al-Maqa>s}id)
dan Penutup (al-Khawatim), pada setiap bagian terdapat topik utama, bab,
sub-bab, dan bagian-bagian sub-bab kesemuanya terperinci secara deduktif.
Akhirnya, dari seluruh
uraian-uraian tersebut, penulis merekomendasikan kepada para penuntut ilmu-ilmu
islam (al-‘ulu>m al-shar’iyyah) dan secara khusus kepada para penutut
hadis dan ilmunya (al-h{adi>th wa ‘ulu>muh) untuk memiliki dan
mempelajari kitab ini disebabkan karena muatan isinya dapat mengakomodasi
kebutuhan ummat dalam berbagai masalah, utamanya pemahaman terhadap hukum-hukum
syari’at melalui hadis-hadis Nabi Saw. uatama
yang termuat dalam enam kitab hadis standar (al-Us}u>l al-Sittah) dalam
hal ini S}ah}i>h} al-Bukha>ry, S}ah}i>h} Muslim, Muwat}t}a’
Ma>lik, Sunan al-Tirmidhy, Sunan Abu> Da>wud, dan Sunan
al-Nasa>’y, dimana kesemuanya terkumpul secara detail mulai dari
perbedaan redaksi, penjelasan makna dan kandungan hukum hingga kepada
penjelasan dari lafal-lafal yang susah untuk dipahami makna dan maksudnya. Wa
Alla>h A’lam.
Daftar
Pustaka
al-‘Asqala>ni>, Ahmad bin Ali
bin Hajar. Fath} al-Ba>ry. Bairu>t : Dar al-Fikr wa Maktabat
al-Salafiyyah, Tth.
al-Asnawy, ‘Abd al-Rah}ma>n (w. 772
H). T{abaqa>t al-Sha>fi’iyyah, tah}qi>q oleh Kama>l
Yu>suf al-H{u>t. Beiru>t : Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1407 H /
1987 M.
al-Bahanasawi, Salim Ali, Rekayasa
As-Sunnah, terj. Abdul Basith Junaidi. Jakarta: Ittaqa Press, 2001 M.
al-Dhahaby, Muh}ammad bin Ah}mad bin
‘Uthma>n (w. 748 H). Siyar A’la>m al-Nubala>’, tah}qi>q oleh
Bashsha>r ‘Awwa>d Ma’ru>f dan Muh}yiyy Hila>l al-Rah}h}a>n.
Beiru>t: Muassat al-Risa>lah, 1410 H / 1990 M.
Goldziher, Ignaz. Muslim Studies. London
: Goerge Alen, Tth.
al-H{amawy, Abu> ‘Abd Alla>h
Ya>qu>t bin ‘Abd Alla>h al-Ru>my (w. 626 H). Mu’jam
al-Udaba>’ aw Irsha>d al-Adi>b Ila> Ma’rifat al-Adi>b. Beiru>t:
Da>r al-utub al-‘Ilmiyyah, 1411 H / 1991 M.
Ibn al-Athi>r, Abu> al-H{asan
‘Aly bin Muh}ammad bin Muh}ammad bin ‘Abd al-Kari>m (w. 630 H). al-Ka>mil
Fi> al-Ta>ri>kh, tah}qi>q oleh Muh}ammad Yu>suf
al-Daqqa>q. Beiru>t: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1418 H / 1998 M.
Ibn al-Athi>r, Abu>
al-Sa’a>da>t al-Muba>rak bin Muh}ammad al-Jazary (544-606 H). Ja>mi’ al-Us}u>l Fi> Ah}a>dith
al-Rasu>l, tah}qi>q oleh ‘Abd
al-Qa>dir al-Arnau>t}. Beiru>t: Da>r al-Fikr, 1403 H / 1983
M.
_________, al-Niha>yah Fi>
Ghari>b al-H{adi>th wa al-A<tha>r. Beiru>t: Muassat
al-Risa>lah, Tth.
Ibn Kathi>r, Abu> al-Fida>’
Isma>’i>l al-Qurashy al-Dimashqy (w. 774 H). al-Bida>yah wa
al-Niha>yah, tawthi>q oleh ‘Abd al-Rah}ma>n al-La>dqy dan
Muh}ammad Gha>zy Bayd}u>n. Beiru>t: Da>r al-Ma’rifah, 1420 H / 1999
M>.
Kah}h}a>lah, ‘Umar Rid}a>. Mu’jam
al-Muallifi>n; Tra>jim al-Mus}annifiy al-Kutub al-‘Arabiyyah. Libanon:
Makatabah al-Muthanna> dan Da>r Ih}ya’ al-Tura>th al-‘Araby, Tth.
al-Siddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Sejarah
& Pengantar Ilmu Hadis, diedit kembali oleh H.Z Fuad Hasbi al-Siddieqy.
Semarang: PT. Pustaka Rezki Putra, 2009.
al-Suyu>t}i>, Abd Rahma>n ibn
Abi> Bakar. Tadri>b al-Ra>wi> fi> Sharh} Taqri>b
al-Nawawy. al-Riya>d}: Maktabah al-Riya>d} al-H{adi>s|ah, TTh.
Zaqzu>q, Mah}mu>d H{amdy. Mausu>’ah
‘Ulum al-H{adi>th al-Shari>f. Mesir: Wiaza>rat al-Awqa>f
Jumhu>riyyat Mis}r, 1428 H / 2007 M.
al-Zahra>ny, Muh}ammad. Ensiklopedi
Kitab-kitab Rujukan Hadis, terj. Muhammad Rum et al. Jakarta: Darul Haq,
2011 M.
[1] Sebenarnya
Khalifah ‘Umar bin al-Khat}t}a>b pada masa pemerintahannya pernah
berkeinginan membukukan hadis secara resmi, setelah beliau melakukan diskusi
dengan sahabat-sahabat yang lain, para sahabat yang hadir pada saat itu pun
setuju dengan hal tersebut, tetapi ‘Umar ber-istikha>ra (meminta
petunjuk kepada Allah) selama sebulan dan akhirnya memutuskan untuk tidak
membukukan hadis dengan alasan bahwa umat terdahulu pernah melakukan pembukuan
ucapan para nabi mereka lalu melupakan kitab Allah. Lihat: Abd Rahma>n ibn
Abi> Bakar al-Suyu>t}i>, Tadri>b al-Ra>wi> fi> Sharh}
Taqri>b al-Nawawy, vol. 2 (al-Riya>d}: Maktabah al-Riya>d}
al-H{adi>s|ah, t.th.), 68.
[2] Keinginan beliau tersebut
sesungguhnya telah muncul ketika beliau masih menjabat sebagai Gubernur di
Madinah (86-93 H), pada masa pemerintahan al-Walid bin Abd al-Malik (86-96 H).
[3] Surat itu dikirim ke seluruh
pejabat dan ulama di berbagai daerah pada sekitar akhir tahun 100 H. Lihat.
Ahmad bin Ali bin Hajar al-‘Asqala>ni>, Fath} al-Ba>ri>, vol.
1 (ttp : Dar al-Fikr wa Maktabat al-Salafiyyah, 600 H.), 194-195.
[4] Karya
Ma>lik bin Anas yang dikenal dengan nama al-Muwaththa’ tersebut
sampai sekarang masih ada. Di dalamnya terdapat 1726 hadis dari Nabi, sahabat
dan tabi’in. Menurut hasil penelitian dari jumlah hadis itu terdapat 600
musnad, 228 mursal, 613 mauquf dan 285 maqthu’. Dari segi sanad, hadis yang
terkandung di dalamnya ada yang shahih, hasan dan dha’if. Kemudian bila
dikonfirmasikan dengan hadis yang ditulis Bukhari dan Muslim, maka diketahui
bahwa matan al-Muwaththa’ itu shahih. Ignas Goldziher tidak menyetujui karya
Malik itu sebagai kitab hadis, dengan alasan antara lain ; 1) belum mencakup
seluruh hadis yang ada, 2) lebih menekankan pada hukum dan pelaksanaan ibadah,
serta kurang mengarah kepada penyelidikan dan penghimpunan hadis, dan 3) tidak
hanya berisi hadis semata, tetapi juga berisi fatwa sahabat (fata>wa>
al-tabi’in) dan konsensus masyarakat Islam di Madinah (ijama’ ahl
al-Madi>nah atau ‘amal ahl al-Madi>nah). Lihat Ignaz
Goldziher, Muslim Studies, Vol. 1 (London : Goerge Alen, tth), 195-196.
[5]
Salim Ali al-Bahanasawi, Rekayasa As-Sunnah, terj. Abdul Basith Junaidi
(Jakarta: Ittaqa Press, 2001), 40-41.
[6]
Muh}ammad al-Zahra>ny, Ensiklopedi Kitab-kitab Rujukan Hadis, terj.
Muhammad Rum et al (Jakarta: Darul Haq, 2011), 109.
[7]
Al-Zahra>ny dalam karyanya Tadwi>n al-Sunnah Nash-atuhu wa
Tat}awwuruhu mencantumkan kitab al-Sunan karya al-Baihaqy (w. 458 H)
termasuk diantara karya-karya yang muncul pada abad ke-4 padahal al-Baihaqy
tergolong ulama yang hidup pada sekitar awal abad ke-5. Al-Zahra>ny
menyatakan bahwa al-Baihaqy wafat agak terakhir tetapi dimunginkan untuk
mengkategorikannya ke dalam abad ke-4 karena kedekatan tipologi karyanya dengan
karya-karya yang muncul pada abad ke-4. Lihat. Ibid., 155.
[8]
Kajian terhadap Mukhtalaf al-H{adi>th telah dimulai sejak abad ke-3
dimana al-Sha>fi’y, Ibn Qutaibah, dan Ibn H{azm al-Z{a>hiry kesemuanya
telah menyusun karya yang berhubungan dengan hal tersebut.
[9]
Seluruh penyusun yang disebutkan telah menyusun karya al-Mustakhraj ‘ala>
S}ah}i>h} al-Bukaha>ry secara individual dengan sanad mereka
masing-masing yang bersambung dan bertemu dengan sanad milik al-Bukha>ry.
[10]
Dia merupakan salah satu diantara teman Ima>m Muslim bin H{ajja>j ketika
mengadakan perjalanan mencari hadis ke kota Balkh dan Bas}rah.
[11]
Dia banyak menyamai Muslim bin H{ajja>j dalam berguru kepada mayoritas
gurunya (dalam isna>d).
[12]
Al-Zahra>ny, Ensiklopedia Kitab-Kitab Rujukan Hadits, 186.
[13]
Atau Ibn Manju>yah.
[14]
Dia telah men-takhri>j Musnad Ah}mad ‘Ala> S{ah}i>h} Muslim.
[15]
Al-Zahra>ny, Ensiklopedia Kitab-Kitab Rujukan Hadits, 187.
[16] Ibid.,
156.
[17]
Maksudnya adalah hanya menyebutkan periwayat tertinggi (al-ra>wy
al-a’la>) dari kalangan sahabat saja dan tidak menyebutkan sanad secara
utuh sebagaimana yang terdapat dalam kitab rujukan utamanya. Demikian pula
halnya jika hal tersebut hanyalah merupakan perkataan (pendapat) sahabat atau
ta>bi’i>n.
[18]
Dalam karyanya tersebut beliau tidak hanya menyebutkan hadis-hadis sebagiaman
yang terdapat dalam S{ah}i>h} Muslim tetapi beliau juga memiliki
tambahan (ziya>da>t) dari apa yang terdapat dalam karya yang disusun
oleh Muslim.
[19]
Al-Zahra>ny, Ensiklopedi Rujukan Kitab-Kitab Hadits, 190-191.
[20]
Diantara tipologi karya hadis yang disusun dari abad IX hingga hari ini ada
yang berbentuk kumpulan hadis-hadis d}a’i>f dan maud}u>’,
kumpulan hadis-hadis Qudsy (al-Ah}a>dith al-Qudsiyyah), kumpulan
riwayat-riwayat dalam masalah asba>b al-Nuzu>l dan Asba>b
al-Wuru>d, ada pula yang tipologinya merujuk kepada apa yang telah
dikerjakan oleh ulama terdahulu seperti tipologi s}ah}i>h}, at}ra>f,
dan maja>mi’. Adapula tipologi mukhtass}ra>t yaitu
meringkas hadis-hadis yang terdapat dalam salah satu karya-karya ulama
terdahulu seperti mukhtas}ar s}ah}i>h} al-Bukha>ry. Adapula dalam
bentuk tematik (maud}u>’iyya>t) dan banyak lagi tipologi-tipologi
karya hadis yang bermunculan hingga saat ini.
[21]
‘Abd al-Rah}ma>n al-Asnawy (w. 772 H), T{abaqa>t al-Sha>fi’iyyah,
tah}qi>q oleh Kama>l Yu>suf al-H{u>t, Juz. 1 (Beiru>t : Da>r
al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1407 H / 1987 M), 71.
[22]
Teungku Muhammad Hasbi al-Siddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadis, diedit
kembali oleh H.Z Fuad Hasbi al-Siddieqy (Semarang: PT. Pustaka Rezki
Putra, 2009), 309.
[23]
Abu> ‘Abd Alla>h Ya>qu>t bin ‘Abd Alla>h al-Ru>my al-H{amawy
(w. 626 H), Mu’jam al-Udaba>’ aw Irsha>d al-Adi>b Ila> Ma’rifat
al-Adi>b, Juz. 5 (Beiru>t: Da>r al-utub al-‘Ilmiyyah, 1411 H /
1991 M), 49. Muh}ammad bin Ah}mad bin ‘Uthma>n al-Dhahaby (w. 748 H), Siyar
A’la>m al-Nubala>’, tah}qi>q oleh Bashsha>r ‘Awwa>d
Ma’ru>f dan Muh}yiyy Hila>l al-Rah}h}a>n, Juz. 21 (Beiru>t: Muassat
al-Risa>lah, 1410 H / 1990 M), 489. al-Asnawy (w. 772 H), T{abaqa>t
al-Sha>fi’iyyah, Juz. 1, 70. Abu> al-Fida>’ Isma>’i>l Ibn
Kathi>r al-Qurashy al-Dimashqy (w. 774 H), al-Bida>yah wa
al-Niha>yah, Tawthi>q oleh ‘Abd al-Rah}ma>n al-La>dqy dan
Muh}ammad Gha>zy Bayd}u>n, Juz. 13 (Beiru>t: Da>r al-Ma’rifah, 1420
H / 1999 M), 64. ‘Umar Rid}a> Kah}h}a>lah, Mu’jam al-Muallifi>n;
Tra>jim al-Mus}annifiy al-Kutub al-‘Arabiyyah, Juz. 8 (Libanon:
Makatabah al-Muthanna> dan Da>r Ih}ya’ al-Tura>th al-‘Araby, Tth),
174. ‘Abd al-Qa>dir al-Arna>u>t}, Muqaddimah al-Muh}aqqiq; Tarjamat
al-Muallif, dalam Ibn al-Athi>r, Ja>mi’ al-Us}u>l Fi>
Ah}a>dith al-Rasu>l, Juz. 1 (Beiru>t: Da>r al-Fikr, 1403 H /
1983 M), ط. Mah}mu>d Muh}ammad al-T{anna>h}y
dan T{a>hir Ah}mad al-Za>wy, Muqaddimah al-Tah}qi>q (2), dalam
Ibn al-Athi>r, al-Niha>yah Fi> Ghari>b al-H{adi>th wa
al-A<tha>r, Juz. 1 (Beiru>t: Muassat al-Risa>lah, Tth), 9.
[24]
Mah}mu>d Muh}ammad al-T{anna>h}y dan T{a>hir Ah}mad al-Za>wy, Muqaddimah
al-Tah}qi>q (2), dalam Ibn al-Athi>r, al-Niha>yah Fi>
Ghari>b al-H{adi>th wa al-A<tha>r, Juz. 1, 9.
[25]
al-H{amawy (w. 626 H), Mu’jam al-Udaba>’ aw Irsha>d al-Adi>b
Ila> Ma’rifat al-Adi>b, Juz. 5, 49.
[26] Ibid.,
49-50. Abu> al-H{asan ‘Aly bin Muh}ammad bin Muh}ammad bin ‘Abd
al-Kari>m “Ibn al-Athi>r” (w. 630 H), al-Ka>mil Fi> al-Ta>ri>kh,
tah}qi>q oleh Muh}ammad Yu>suf al-Daqqa>q, Juz. 10 (Beiru>t:
Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1418 H / 1998 M), 350.
[27]
Dhahaby (w. 748 H), Siyar A’la>m al-Nubala>’, 489.
[28]
Ibn al-Athi>r (w. 630 H), al-Ka>mil Fi> al-Ta>ri>kh, Juz.
10, 350.
[29]
Ibn Kathi>r (w. 774 H), al-Bida>yah wa al-Niha>yah, Juz. 13,
64.
[30]
al-H{amawy (w. 626 H), Mu’jam al-Udaba>’ aw Irsha>d al-Adi>b
Ila> Ma’rifat al-Adi>b, Juz. 5, 53.
[31]
Muh}ammad Mus}t}afa> Abu> ‘Amma>rah, Mana>hij
al-Muh}addithi>n Fi> Muntas}af al-Qarn al-Ra>bi’ Ila> Muntas}af
al-Qarn al-Sa>bi’ Min 350-650 H, dalam Mah}mu>d H{amdy Zaqzu>q, Mausu>’ah
‘Ulum al-H{adi>th al-Shari>f (Mesir: Wiaza>rat al-Awqa>f
Jumhu>riyyat Mis}r, 1428 H / 2007 M), 938. Al-Zahra>ny, Ensiklopedia
Kitab-Kitab Rujukan Hadits, 200.
[32] Abu> al-Sa’a>da>t al-Muba>rak bin
Muh}ammad Ibn al-Athi>r al-Jazary (544-606 H), Ja>mi’
al-Us}u>l Fi> Ah}a>dith al-Rasu>l, Juz. 1 (Beiru>t: Da>r
al-Fikr, 1403 H / 1983 M), 49-50.
[33] Ibid.,
Juz. 1, 53-59.
[34]
Unutk hadis-hadis tentang keutamaan tokoh dan suatu permasalahan, Ima>m Ibn
al-Athi>r menyatukannya dalam satu kitab khusu yang diberi nama Kita>b
al-Fad}a>il wa al-Mana>qib. Lihat pernyataannya dalam Ibid., 58-59.
[35]Kitab-kitab
yang dijadikan sebagai rujukan oleh Ibn al-Athi>r dalam memberikan
penjelasan pada akhir setiap hadis adalah kitab-kitab bahasa, ghari>b
al-h}adi>th, muhtalaf al-H{adi>th, kitab-kitab Fiqhi dan
Tafsir. Diantara kitab-kitab bahasa yang dijadikan sebagai rujukan
adalam menyusun karyanya ini adalah: al-Tahdhi>b dan Lughat
al-Fiqh karya Abu> Mans}u>r Muh}ammad bin Ah}mad al-Azhury; S}ih}h}ah}
al-Lughah karya Abu> Nas}r Isma>;’i>l bin H{amma>d al-Jawhary;
dan al-Mujmal karya Abu> al-H{usain Ah}mad bin Fa>ris. Adapun
tentang ghari>b al-h{adi>th beliau merujuk kepada anatara lain:
kitab Ghari>b al-H{adi>th karya Abu> ‘Ubayd al-Qa>sin bin
Salla>m; kitab Ghari>b al-H{adi>th karya Ghari>b
al-H{adi>th dan Mukhtalaf al-H{adi>th karya Ibn Qutaybah;
kitab Ghari>b al-H{adi>th, Ma’a>lim al-Sunan, dan Sha’n
al-Du’a>’ karya al-Kht}t}a>by; kitab al-Jam’u Bayna
al-Ghari>bayn karya Abu> ‘Ubayd al-Harawy; dan kitab al-Fa>iq
karya al-Zamakhshary. Adapun penjelasan seputar hokum dan makna hadis beliau
merujuk kepada kitab-kitab fiqhi dan tafsir. Seluruh bentuk penjalasan makna hadis
mayoritasnya beliau nukil dari kitab-kitab tersebut secara hati-hati. Namun
apabila terdapat penjelasan yang tidak beliau temukan dalam kitab-kitab
tersebut, beliau merujuk kepada hasil diskusi-diskusi beliau dengan para ulama
yang ahli dibidangnya masing-masing. Lihat. Ibid., 66-67
[36]
Nomor yang terdapat dalam kurung menunjukkan Jilid/halaman kitab.
[37]
Bab ini terdapat dalam jilid ke-12 bagian penutup (rukn al-khawa>tim).
Lihat. Ibid., Juz. 12, 3-83.
[38]
Al-Zahra>ny, Ensiklopedia Kitab-Kitab Rujukan Hadits, 206.
[39] Ibn al-Athi>r (544-606 H), Ja>mi’
al-Us}u>l Fi> Ah}a>dith al-Rasu>l, Juz. 1, 34-35.
[40] Ibid., Juz. 1, 34-205.
0 komentar:
Posting Komentar
apakah anda tidak menemukan yang anda cari??? silahkan tuliskan sesuatu yang anda cari itu....