BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Mesir dun Syiria
tergolong protinsi Timur Tengah yang pertama tereakup dalam wilayah kekhalifahan
muslim Arab Kedua wilayah di ditaklukkan pada tahun 641 M. penduduknya dengan
cepat mengadopsi bahasa Arab, meskipun meraka cukup lambang menerima Islam.
Pada periode khalifah Umayyah dan awal Abbasiyah, Mesir merupakan sebuah
profinsi yang kurang penting dalam imperium muslim, tetapi sejak pertengahan
abad IX Mesir menunjukkan tanda-tanda awal untuk menjadi sebuah wilayah yang
independent. ‘lentara-tentara budak yang diangkat oleh khalifah Abbasiyah
mendirikan beberapa dinasti yang berusia pendek. Dinasti Tuluniyah menguasai
Mesir pada tahun 868-905 dan dinasti lkhsyidiyah meriguasai Mesir dun tahun
935-969. Pada tahun 969, Fatimiyah menaklukkan negeri mi dan mendirikan sebuab
khàlifah baru yang berlangsung hingga tahun 1171 M.[1]
Kernudian, sebagai pengganti Fatimiyah muncul dinasti Ayyubiyah dan dinasti mi
kemudian ditaklukkan oleh dinasti Mamluk pada tahun 1250-151 7.[2]
Mamluk adalab adalah
sebuab dinasti para budak yang berasal dan berbagai ras kemudian membentuk
suatu pemerintahan oligarki militeristik di tanah perantauan.[3]
Orang-orang dan dinasti mamluk di pada awalnya tidak terdidik, tetapi
penghargaan terhadap seni dan arsitektur pada masanya merupakan modal bagi
dinasti yang menggantikannya, dan mampu menciptakan Kairo sebagai salah satu
kota yang terindah dalam dunia Islam. Sistem pergantian sultan tidak
berdasarkan keturunan dengan pengangkatan seorang putra mahkota sebelumnya.
Siapapun yang sanggup merebut kekuasan atau mampu mempengaruhi para arnir untuk
memilihnya, maka dialafi yang menjadi sultan. Para budak yang kemudian muncul
sebagai penguasa kesultanan Mamluk terdiri dan dua golongan besar, yaitu:
kelompok Mamluk Hahn dan kelompok Mamluk Burji.
Periode kerajuan mamluk
dianggap sebagai zarnan paling cemerlang dan paling makmur dalam sejarah Islam.[4]
Dengan berbagai kemajuan dan perkembangan, hal tersebut dapat tercapai berkat
kepribadian dan wibawa sultan yang tinggi, solidaritas sesama militer yang kuat
dan stabilitas negara yang aman dan gangguan. Akan tetapi ketika faktor-faktor
tersebut menghilang, dinasti Mamluk sedikit demi sedikit mengalami kemunduran,
terutama setelah kelompok Burji berkuasa. Pada kerajaan iniiah Mesir dapat
selamat dan kehancuran akibat serangan-serangan dan bangsa Mongol, baik
serangan Kulagu Khan maupun Timunlenk.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasar latar belakang
masalah di atas, maka penulis merumuskan beberapa masalah yang akan inenjadi
pembahasan dalam makalah mi, yaitu:
1. Bagaimana
sejarah terbentuknya dinasti Mamluk?
2. Bagaimana
kemajuan yang dicapai oleh dinasti Mamluk?
3. Apa
penyebab kemunduran dan kehancuran dinasti Mamluk?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Terbentuknya Dinasti Mamluk
Mamluk adalah sebuah
rezim yang dikendalikan oleh pasukan budak, inemerintah Mesir, Suria, Asia
kecil tenggara dan A:ab barat (hijaz).[5]
Dinasti Mamluk di Mesir
adalah adalah dinasti terakhir di dunia Arab untuk abad pertengahan 1 250-1800
M). Philip K. Hitti menyebutkan bahwa dinasti Mamluk adalah dinasti yang luar
biasa karena dinasati di dihimpun dan budak-budak yang berasal dan berbagai ras
yang dapat membentuk suatu pemerintahan oligarki di suatu negara yang bukan
tumpah darah mereka.[6]
Sultan-sultan yang berasal dan budak-budak mi pantas diacungi jempol karena
keberhasilannya mendirikan suatu kerajaan yang kokoh dan kuat. Dinasti Mamluk
di Mesir rnulai bangkit bersamaan dengan runtuhnya kekuasaan Islam di Bagdad
dan pengunduran Islam di Spanyol. Dinasti mi dikenal pula dengan nama Daulat
al-Atrak yang pada perkembangan selanjutnya, wilayah kekuasaannya meiiputi
Mesir dan Syiria.
Kaum Mamluk adalah para
imigran Mesir yang pada awalnya merupakan budak-budak yang datang dan daerah
pegunungan Kaukasus dan laut Kaspia. Mereka ditempatkan di barak-barak militer
pulau Raudoh di sungai Nil untuk dilatih dan dididik secara baik. Ditempat
inilah mereka diajari membaca, menulis dan pengetahuan kemiliteran, bahkan
diberi pendidikan agama.[7]
Kaum Mamluk yang ditempatkan di sungai Nil disebut Mamluk al-Bahriyun dan kaum
Mamluk yang ditempatkan di benteng-benteng istana di kota Kairo disebut Mamluk
al-B urjiyun.
Terbentuknya dinasti
Mamluk di Mesir tidak dapat dipisahkan dan dinasti Ayyubiyah ketika terjadi
perebutan kekuasaan antara al-Malik as-Shalih dan al-Malik al-Kamil. Dalam
perebutan kekuasaan ini, para tentara yang berasal dan suku Kurdi memihak kepada
al-Malik al-Kamil, sementara para budak yang tergabung dalam Mamluk Bahri
mendukung al-Malik as-Shalih. Dalam perebutan kekuasaan ini, al-Malik as-Shalih
mampu mengalahkan al-Malik al-Kamil. Sejak saat itulah kaum Mamluk rnempunyai
pengaruh yang besar dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan. Perhatian
al-Malik as-Shalib begitu besar kepada kaum Mamluk sehingga banyak di antara
mereka ditempatkan pada kelompok-kelompok elit yang terpisah dan masyarakat
atau kelompok meliter lainnya.[8]
Perlakuan mi sebenarnya menguntungkan kedua belah pihak karena kehadiran kaum
Mamluk memberikan jaminan bagi berlangsungnya kekuasaan al-Malik as-Shalib,
sedangkan periakuan yang istimewa terhadap budak-budak itu bisa membenikan
kemudahan dalam peningkatan karir mereka dan imbalan-imbalan materil lainnya
Al-Malik as-Shalih
rneninggal pada 1429 M setelah menderita sakit dan timbul kekacauan-kekacauan
di berbagai daerah. Kematian as-Shalih dirahasiakan oleh isterinya (Syajarat
al-Dur), kemudian putera mahkota as-Shalih yang bernama Turansyah memegang
tampuk kekuasaan. Namun, kaum Mamluk Bahri menganggap bahwa Turansyah bukan
orang yang dekat dengan mereka. Selain itu, Turansyah juga dianggap tidak tepat
untuk rnenduduki pucuk kekhalitàhan karena lebih banyak bermukim di Euprat.
Oleh karena itu ia dianggap tidak menguasai seluk beluk Mesir secara
keseluruhan.[9]
Setelah itu diangkatlah Syajarat al-Dur sebagai Sultan mereka. Dan sinilah awal
terbentuknya dinasti Mamluk di Mesir yang dipimpin oleh seorang budak dan
berakhirlah dinasti Ayyubiyah menguasai Mesir.
Para budak mengangkat
Syajarat al-Dur sebagai pemimpin mereka dengan pertimbangan sama-sama berdarah
budak dan diharapkan akan membela kepentingannya. Alasan lain pengangkatan
Syajarat al-Dur karena adanya pertentangan atau persaingan di kalangan kaum
Mamluk itusendiri. Sebenarnya terdapat beberapa orang yang berambisi untuk
menjadi sultan, seperti Aybak, Baybar dan Qutuz. Dengan dukungan para Amir Aybak
disepakati meijadi wakil al-Dur dalam mengendalikan tugas-tugas pemerintahannya.
Namun, dikemudian dan Aybak pun mengawini al-Dur dan bertindak sebagi Sultan
dengan gelar al-Muiz al-Din. Tetapi akhirnya Aybak dibunuh di kamar mandi oleh
al-Dur karena ia ketahuan ingin menyingkirkan al-Dur sendiri. Kemudian
kekuasaan berpindah ke tangan anak Aybak yang bernama Ali bin Aybak dalam usia
yang sangat muda, akan tetapi kekuasaannya hanya sekedar mengisi kekosongan
karena yang memegang kendali pemerintahan adalah Qutuz yang bertindak sebagai
wakil sultan.[10]
Akhirnya Ali bin Aybak pun mengundurkan din karena merasa tidak mampu untuk
menduduki jabatannya dan secara otomatis Qutuzlah yang menjadi penguSa.
Dimasa pemerintahan
Qutuz, dinasti Mamluk mendapat ancaman dan tentara Mongol. Mereka telah
menghancurkan Bagdad dan maju ke sungai Euprat menuju Syiria dan selanjutnya
melintasi gurun Sinai menuju Mesir. Sebelum menyerbu Mesir, tentara Mongol yang
dipimpin Kitbuga meminta kepada Qutuz untuk menyerah kepada Hulagu di Bagdad,
akan tetapi Qutuz menolak perrnintaan itu bahkan membunuh utusannya.[11]
Tentara Mongol dengan diperkuat oleh Armenia dan Georgia melintasi Yordania
menuju Galilea, tentara Mamluk di bawah komando Qutuz dan l3aybar bergerak ke
arah teuggara menghadang tentara Mongol sampai kemudian terjadilah perang di
Ainjalut yang berakhir dengan kekalahan tentara Mongol. Peristiwa di Ainjalut
mi sekaligus menghapus mitos bahwa tentara Mongol tidak dapat dikalahkan.
Kemenangan di Ainjalut juga membangkitkan semangat Islam di wilayah-wilayah
lain untuk melawan tentara Mongol di sekitarnya. Sejak saat itu, nama dinasti
Mamluk membumbung tinggi di mata dunia Islam sehingga penguasa-penguasa di
Syiria ketika itu menyatakan kesetiaannya kepada dinasti Mamluk.
Adapun sultan-sultan
yang pernah menjadi penguasa dinasti Mamluk adalah sebagai berikut:
A. Dinasti Mambluk
Bahri
No
|
Thn.
Pemerintah dlm Hijriyah
|
Sultan-Sultan
Mamluk
|
Thn. Pemerintah dlm Masehi
|
1
|
648
|
Syajar al-Dur
|
1250
|
2
|
648
|
Muiz Aybak
|
1250
|
3
|
655
|
Nur Al-Din Ali
|
1257
|
4
|
657
|
Syaf al-Din Qutuz
|
1259
|
5
|
658
|
Zahir Bayabars
|
1260
|
6
|
678
|
Baraka Khan
|
1277
|
7
|
678
|
Bar al-Din Salamish
|
1279
|
8
|
678
|
Mansur Qalawun
|
1279
|
9
|
689
|
Asyraf Khalil
|
1290
|
10
|
693
|
Nasir al-Din Muhammad
|
1293
|
11
|
984
|
Zayn al-Din Kitbugh
|
1294
|
12
|
696
|
Husam al-Din Lajim
|
1296
|
13
|
698
|
Nasir Muhammad
|
1298
|
14
|
708
|
Rukh al-Din Baybar
|
1308
|
15
|
709
|
Nasir Muhammad
|
1309
|
16
|
741
|
Sayf al-Din Abu Bakar
|
1340
|
17
|
742
|
Shihab al-Din Ahmad
|
1342
|
18
|
742
|
Imad al-Din Ismail
|
1342
|
19
|
746
|
Sayf al-Din Sya’ban
|
1345
|
20
|
747
|
Sayf al-Din Hajji
|
1346
|
21
|
748
|
Nasir al-Din Hassan
|
1347
|
22
|
752
|
Salah al-Din Shalih
|
1351
|
23
|
755
|
Nasir Hassan
|
1354
|
24
|
762
|
Mansur Muhammad
|
1361
|
25
|
764
|
Ashraf Sya’ban
|
1363
|
26
|
778
|
‘Ala al-Din Ali
|
1367
|
27
|
783
|
Salah al-Din Hajji
|
1381
|
28
|
784
|
Barquq
|
1382
|
29
|
791-792 H
|
Salah al-Hajji
|
1389-1309 M
|
B. Dinasti Mamluk
Burjiy
No
|
Thn. Pemerintah
dlm Hijriyah
|
Sultan-Sultan
Mamluk
|
Thn. Pemerintah dlm Masehi
|
1
|
784
|
Sayf al-Din Barquq
|
1382
|
2
|
801
|
Nasir Faraj
|
1398
|
3
|
808
|
Mansur Abd. Azis
|
1405
|
4
|
809
|
Nasir Faraj
|
1405
|
5
|
815
|
Musta’in
|
1412
|
6
|
815
|
Muayyad Shaukh
|
1412
|
7
|
824
|
Muzaffar Ahmad
|
1421
|
8
|
824
|
Safy al-Din Attar
|
1421
|
9
|
824
|
Nasir al- Din Muhammad
|
1421
|
10
|
825
|
Sayf al-Din Barsbay
|
1422
|
11
|
842
|
Jamal al-Din
|
1433
|
12
|
842
|
Syaf al-Din Jaqmafy
|
1433
|
13
|
Fakrul al-Din Ahmad
|
1460
|
|
14
|
857
|
Sayf al-Din Inal
|
1453
|
15
|
865
|
Shihab al-Din Ahmad
|
1460
|
16
|
865
|
Sayf al-Din Khushaq
|
1461
|
17
|
872
|
Sayf al-Din Bilbey
|
1468
|
18
|
872
|
Zahir Timurbugha
|
1468
|
19
|
873
|
Sayf al-Din Qait Bay
|
1478
|
20
|
901
|
Nasir Muhammad
|
1495
|
21
|
904
|
Zahir Qansuh
|
1498
|
22
|
905
|
Asgraf Janbalat
|
1499
|
23
|
905
|
Qunsuh al-Ghuri
|
1500
|
24
|
922-923
|
Tuman Bay
|
1516-1517
|
B. Kemajuan yang
tercapai oleh Dinasti Mamluk.
Setelah Qutuz
meninggal, Baybar dinobatkan menjadi sultan Mamluk. Dinasti Mamluk pada masa
Baybar mi mencapai puncak kejayaannya sehingga dikatakan bahwa Baybar sebagai
pembangun hakiki dinasti Mamluk dan sultan yang terbesar. Di antara kemajuan
yang dicapai adalah sebagai berikut:
1. Bidang
Kemiliteran dan Pemerintahan
Dalam rangka menagkis
ancaman dan dalam dan luar negeri, Baybar secara sungguh-sungguh melakukan
konsolidasi di bidang kemiliteran dan pemerintahan. Kaum elit militer
ditempatkan pada kelompok politik elit dan jabatan-jabatan penting dipegang
oleb anggota militer yang berprestasi. Ia mengetahui benar bahwa masyarakatnya
yang rnayoritas sunni menginginkan kesultanannya mendapat pengesahan keagamaan
dan khalifah. Untuk itu, ia melakukan baiat terhadap AlMuntasir,[12]
khalifah keturunan Abbas yang berhasil melarikan diri ke Syiria ketika Khulagu
menghancurkan Bagdad.
Baiat Bayhar terhadap
khalifah ternyata mengundang simpati penguasa Islam lainnya. Selain itu, Baybar
juga mengikuti jejak dinasti Ayyubiyah yaitu dengan cara menghidupkan mazhab
sunni dan dengan sendirinya ía mendapat simpati masyarakat Mesir yang mayoritas
sunni. Dalam pemerintahannya, Baybar menjalin hubungan erat dengan negara-negara
tetangga seperti Konstantinopel, Sycilia dan negara-negara Iainnya.
Dalam bidang
kemiliteran, Baybar diakui senagai panglima yang tangguh. Dalam kurun waktu 6
tahun ia habiskan waktunya untuk menghancurkan sebagian besar kekuatan salib di
sepanjang pantai laut tengah.[13]
Pemberontakan kaum Asasin di pegunungan Syiria dapat dilumpuhkan. Nubia dan
sepanjang pantai laut merah ditaklukkannya bahkan kapal-kapal Mongol di
Anatolia pun dirampasnya.
2. Bidang
Ekonomi
Kemajuan dalam bidang
ekonomi yang dicapai o!eh dinasti Mamluk lebih besar diperoleh dan sektor
perdagangan dan pertanian. Di sektor perdagangan, pemerintah dinasti Mamluk
memperluas hubungan dagang yang telah dibina sejak masa Fatimiyah, misalnya
dengan membuka jalur dagang dengan Italia dan Prancis. Setelah jatuhnya Bagdad,
Kairo menjadi kota yang penting dan strategis karena jalur perdagangan dan Asia
Tengali dan Teluk Persia hampir dipastikan me1ui Bagdad.[14]
Keadaan mi menjadikan berlimpahnya devisa negara terutama dan sektor
perdagangan.
Untuk mendukung
kelancaran sektor ini, dinasti Mamluk memperbaiki sarana transportasi untuk
memperlancar perjalanan pedagang-pedagang terutama antara Kairo dan Damaskus.
Dalam sektor pertanian, pemerintah mengambil kebijakan pasar bebas kepada
petani, artinya petani diberi kebebasan untuk memasarkan sendiri hasil
pertaniannya.
3. Bidang
Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan
mengalami kemajuan yang sangat besar pada masa dinasti Mamluk. Hal ini
disebabkan jatuhnya kota Bagdad yang mengakibatkan sebagian ahli ilmu pengetahuan
melarikan diri ke Mesir. Adapun ilmu-ilmu yang banyak berkembang pada saat itu
adalah sejarah, kedokteran, astronomi, matematika dan ilmu agama. Dalam ilmu
sejarah tercatat nama-nama besar, seperti Ibnu Khalikan, lbnu Tagribirdi, Abu
al-Fida dan Ibnu Khaldun. Dalarn bidang astronomi dikenal nama Nasir al-Din
al-Tusi seorang ahli observatorium dan Abu al-Faraz al-Gibni dalarn bidang
rnaternatika.[15]
Ilmu kedokteran
mangalami kemajuan dengan adanya penemuan baru. Ibnu al-Nafis dikenal sebagai
penemu susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia. Dalam karyanya
Syarh Tasyrih al-Qanun; di dalamnya Ia memaparkan konsepsi yang jelas tentang fungsi
paru-paru sebagai sirkulator darah. Kemudian Abdul Mu’min Dimyati seorang
dokter ternama dalam ilmu kedokteran hewan menulis buku Fadl al-Khail (keunggulan pasukan berkuda), psikoterapi yang
dirintis oleh al-Razi dikembangkan oleb al-Juma’i di Mesir yang mengarang buku al-Irsyad li Masalih a!Anfas wa al-Ajsad
(Petunjuk untuk Kesehatan Jiwa dan Raga), lalu lbnu Abi Mahasin dan Salahuddin
beserta lbnu Yusuf mengembangkan ilmu optalmologi (ilmu tentang penyakit mata).[16]
Dalarn bidang ilmu
agarna, pada saat itu muncul ulama-uama besar, antara lain Ibnu Taymiyah yang
dikenal sebagai reformer pemikiran Islam yang bermazhab Hambali. Selain itu,
muncul pula orang-orang ternama seperti as-Suyuti dengan tulisannya al-Itqan fi Ulum al-A qur‘an dan Ibnu
Hajar al-Asqalani yang termasyhur dalam bidang penulisan ilmu hadis.[17]
Dinasti Mamluk juga berhasil membangun sekolah-sekolah, mesjid-mesjid yang
indah sebagai pusat ilmu pengetahuan.
4. Bidang
Arsitektur
Devisa negara yang
melimpah pada masa dinasti Mamluk memungkinkan mereka untuk mendirikan
bangunan-bangunan yang indah dan megah. Sejak masa pemerintahan Qalawun,
sultan-sultan Mamluk telah terbiasa memperindah bangunannya dengan batu-batu
benteng, batu kapur dan batu api yang diambil dan dataran tinggi Mesir,
terutama dalam bentuk kuburan-kuburan dan kubah-kubah mesjid yang terdiri atas
bebatuan tersebut. Hampir semua macam kerajinan yang berkembang saat itu
berhubungan erat dengan bangunan, khususnya bangunan yang bercorak religius.
Seperti hiasan perunggu pada pintu-pintu mesjid, kotak al-Qur’an yang terbuat
dan emas bertabur mutiara, mosaik-mosaik yang indah pada lengkung-lengkung
bangunan, karya seni dan kayu pada mimbar yang cukup rumit pembuatannya, yang
kesemuanya menunjukkan perkembangan seni dan kerajinan saat itu.[18]
Di antar karya-karya
seni terapan itu, yang menjadi ciri Khas Mesir-Mamluk adalab seni dekorasi
kitab suci. Bidang kesenian ini mendapatkan kedudukan terhormat karena
berhubungan dengan “firman Allah” dan tingkat tingkat kesulitannya juga jauh
tebih tinggi.
Karakter
mewah dan halus dalam berkesenian tidak hanya diterapkan pada objek-objek yang
dianggap suci. Berbagai perlengkapan rumah tangga seperti cangkir, mangkok,
baki, pedupaan juga rnerupakan gambaran hidup mewah sebagaimana dilukiskan oleh
para penulis kronik kontemporer. Di samping yang telah disebutkan tadi, masih
banyak karya-karya seni yang lain yang berkembang pada masa dinasti Mamluk.
C.
Penyebab
Kemundiran dan Kehancuran Dinasti Mamluk
Seperti halnya
dinasti-dinasti yang lain, dinasti Mamluk juga mengalami pasang surut. Setelah
mengalami kemajuan dalam berbagai bidang, dinasti ini mengalami masa kemunduran
yang pada akhirnya membawa pada masa kehancuran. Faktor-faktor yang menyebabkan
dinasti mi mengalarni kemunduran dan kehancuran di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. Perebutan
Kekuasaan
Pada masa penierintahan
Qalawun, sultan Mamluk ke-8 melakukan perubahan dalam pemerintahan, yaitu
pergantian sultan secara turun menurun dan tidak lagi memberikan kesempatan
kepada pihak meliter untuk memilih sultan sebagai pemimpin mereka. Di samping
itu, Qalawun juga telah mengesampingkan kelompok Mamluk Bahri sehingga makin
lama pejabat dan Mamluk Bahriy semakin berkurang dan digantikan oleh Mamluk
Burjiy.[19]
Perpindahan kekuasaan ke tangan Marniuk Burjiy membawa banyak perubahan gaya
pernerintahan dalam dinasti ini.
Sistem baru yang
diterapkan Qalawun ternyata telah menimbulkan kericuhan dalam pemerintahan.
Pada masa ini Qalawun mengalami dua kali turun tahta karena perebutan kekuasaan
dengan Kitbuga dan Najim al-Mansur Hisamudin. Pada 1382 M. Barquk al-Dzahir Saef al-Din dan Mamluk Burjiy
berhasil merebut kekuasaan dan tangan as-Salih Salahuddin, sultan terakhir dan
keturunan Qalawun. Sejak saat itulah mulai periode kekuasaan Mamluk Burjiy.
Meskipun sultan-sultan
Mamluk Burjiy menerapkan kembali sistem pemerintahan secara oligarki seperti
yang diterapkan Mamluk Bahriy sebelumnya, kekacauan tetap berlanjut sehingga
situasi mi dimanfàatkan oleh para amir untuk saling berebut kekuasaan dan
memperkuat posisinya di pemerintahan.[20]
Di samping itu, sultan yang memerintah dar tahun 1412 sampai 1421 M adalah
seorang pemabuk. Sultan inilah yang melakukan berbagai perbuatan yang melampaul
batas.
Ada pula seorang sultan
yang lain yang tidak dapat berbahasa Arab sama sekali. Adapun sultan yang
memerintah pada tahun 1453 adalah orang yang tithk pandai membaca dan menulis.
Bahkan ada di antara sultan Mamluk l3urjiy yang bukan saja buta huruf melainkan
juga gila. Seorang sultan lainnya yang dibeli seharga linia puluh dinar, telah
mengorek mata dan dipotong lidahnya karena gagal mengubah logam rongsokan
menjadi emas.[21]
2. Kemewahan
dan Korupsi.
Sejak pemerintahan
Qalawun, pola hidup mewah telah menjalar di kalangan penguasa istana, hahkan di
kalangan para amir. Hal mi membuat keuangan negara sernakin merosot dan untuk
mengatasinya, pendapatan dan sektor pajak dinaikkan sehIngga penderitaan rakyat
semakin bertambah. Di samping itu, perdagangan pun semakin sulit, seperti
komoditi utama dan Mesir yang selama mi yang selama mi diperjualhelikan bebas
oleh para petani, diambil alih oleh sultan-sultan dan keuntungannya digunakan
untuk berfoya-foya.[22]
Korupsi, baik banyak maupun sedikit tidak hanya dilakukan oleh para sultan,
namun para pejabat rendahan pun melakukan hal yang sama.
Situasi ekonomi
kerajaan yang sangat buruk diperparah oleh kebijakan politik para sultan yang
mementingkan din sendiri. Para sultan menaikkan pajak yang tinggi, baik pada
orang-orang muslim maupun non muslim, sebab pajaklah satu-satunya jalan untuk
mendapatkan penghasilan yang banyak guna membiayai kegiatan pemerintahan, menggaji
pegawai-pegawai, melengkapi istana-istana dengan berbagai kemewahan dan
membangun bangunan monumental.
3.
Merosotnya
Perekonomian.
Sikap penguasa dinasti
Mamluk yang memeras pedagang dan membelenggu kebebasan petani menyebabkan
luntumya gairah dan Semangat kerja mereka. Keadaan mi semakin memperburuk musim
kemarau panjang dan wabah penyakit yang menjalar di negeri ini.
Menjelang akhir periode
Mamluk, faktor-faktor internasional memberikan kontribusi terhadap meluasnya
kemisikinan dan kesengsaraan negeri itu. Pada 1498, pelaut Vasco Da Gama dan
Portugis menemukan rute perjalanan di sekitar Tanjung Harapan. ini merupakan
peristiwa penting dalam sejarah kerajaan Suriah-Mesir. Tidak hanya serangan
armada Portugis dan negara Eropa lain semakin semakin sering menimpa
kapal-kapal muslim di laut Merab dan perairan India, tetapi juga secara
bertahap lalu lintas rempah-rempah dan produk-produk tropis lain dan India dan
Arab dialihkan dan pelabuhan-pelabuhan Suniah dan Mesir.[23]
Akibatnya, salah satu sumber pendapatan nasional hancur sebab hal ini berdampak
besar terhadap pendapatan devisa negara yang selanjutnya melemahkan
perekonomian.
4. Serangan dan Turki Utsmani.
Penyebab Iangsung
runtuhnya dinasti Mamluk adalab terjadinya peperangan dengan tentara Turki
Utsmani yang terjadi dua kali.[24]
Pada tahun 1516 M, terjadilah peperangan di Aleppo yang berakhir dengan
kekalahan total tentara Mamluk. Setelah menang di Aleppo, tentara Turki (Jasmani
malanjutkan perjalanannya untuk masuk ke daerah Mesir yang dalam perjalanan mi
terjadi lagi pertempuran yang sengit antara tentara Turki Utsmani dengan tentara
Mamluk.
Pertempuran mi terjadi ketika Mamluk
diperintah oleh Tuman Bay II (al-Asyrof) yang merupakan sultan terakhir dinasti
Mamluk. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan dinasti Mamluk di Mesir yang
berlangsung cukup lama dan sebagai akibatnya tampuk pemerintahan kekhalifahan dipindahkan
dan Kairo ke Istambul. Kairo yang sebelumnya menjadi ibi kota kerajaan,
sekarang tidak lebih dan sebuah kota protinsi dan kesultanan Turki Utsmani.
BAB
III
KESIMPULAN
Dan pembahasan tadi,
maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.
Dinasti Mamluk
adalah sebuah dinasti yang didirikan oleh para budak yang berasal dan Turki
yang dijadikan tentara oleh Malik as-Shalih Najamuddin Ayyub sebagai pengawal
kerajaan, akan tetapi mereka diberi kebebasan dan kesempatan yang luas untuk
mencapai kedudukan dalam jajaran militer. Mereka akhimya mendirikan suatu
kelompok militer yang terorganisir lalu kemudian merebut kekuasaan, sehingga
menjadikan Syajar al-Dur sebagai orang pertama yang memegang jabatan sultan
pada dinasti Mamluk.
2.
Pada masa
dinasti Mamluk berkuasa (Mamluk Bahriy) benyak kemajuan yang dicapai, hal
tersebut memberikan sumbangan yang besar bagi perkembangan dunia Islam. Adapun
kemajuan yang dicapai pada saat itu adalah di bidang politik, ekonomi, ilmu
pengetahuan dan seni arsitektur. Pada masa itulah banyak sekali ilmuan handal
yang lahir dan memberi sumbangan pemikiran yang begitu besar terhadap peradaban
Islam.
3.
Kemunduran dan
kehancuran dinasti Mamluk utamanya disebakan ketika sultan Mamluk Burjiy
berkuasa yang ditandai dengan adanya kegoncangan dalam maupun luar negeri.
Misalnya, korupsi, hidup mewah sehingga keuanganlekonomi negara menjadi
merosot, membebani rakyat dengan pajak yang sangat tinggi. Rapuhnya sistem
pertahanan militer karena gaji mereka tidak lagi mendapatkan perhatian sehingga
pada gilirannya ketika diserang oleh pasukan Ustmani dan Turki, mereka tidak
dapat bertahan dan akhirnya mengalami kehancuran sehingga berakhirlah masa
kekuasan dinasti Mamluk ke tangan dinasti Ustmani.
DAF TAR PUSTAKA
Ajid Thohir, Perkembangan Feradaban di Kawasan Dunia
Islam Cet. I; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004.
Au Mufradi, Islam di Kawasan Budaya Arab Cet. I;
Jakarta: Logos, 1977.
Badri Yatim, Sejarah Peradahan Islam Cet. VII;
Jakarta: PT. Raja Gratindo Persada,, 1998.
________Sejarah Peradahan Islam Cet. X; Jakarta:
PT. Raja Grafmdo Persada., 2000.
Carl Brockelman,
Tarikh al-Syu ‘ub al-Islamiyah,
Beirut: Dar Jim li al-Malayin, 1974.
C.E. Bosworth,
The islamic Dinasties. Diterjernahkan oleh Ilyas Hasan dengan judul “Dinasti-dinasti Islam” Cet. I; Bandung:
Mizan, 1993.
Dewan Redaksi
Ensikiopedi Islam, Ensikiopedi Islam
Cet. I; Jakarta: PT’. Ikhtiyar Baru Van Hoeve, 1993.
Hassan Ibrahim
Hassan, Islamic History and Culture From
632-1968. Diterjemahkan oleh Djahdan Human dengan judul “Sejarah dan
Kebudayaan Islam 632-1968”, Edisi I Cet. I; Yogyakarta: Kota Kembang, 1989
Ira M. Lapidus, A History of Islamic Societies.
Diterjemahkan oleh Ghufron A. Mas’udi dalam Sejarah Sosial Ummat Islam. Bagian
I dan II Cet. I; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1999.
Joesoef Souyb, Sejarah Daulah Abbasiyah III Cet. I;
Jakarta: Bulan Bintang, 1978.
Musyrifah
Sunanto, Sejarah Islam Klasik Cet. I;
Bogor: Kencana, 2003.
Philip K. Hitti,
History of the Arabs Cet. I; Jakarta:
PT. Serambi ilmu Semesta, 2008.
_________The Arab Short a History. Diterjemahkan
oleh Ushuluddin Hutagalung dan O.D.P. Sihombing dengan judul “Dunia Arab
Sejarah Singkat” Bandung: Sumut, 1970.
Tim Penyusun
Teks Books, Sejarah Kebudayaan Islam.
Jilid 11, (Ujung Pandang Proyek Dirjen Pendidikan Islam RI, Proyek Pembinaan
dan Perguruan Tinggi Agama lAIN Alauddin, 1982/1983
[1] Ira M.
Lapidus, A Hisory of Islamic Societies.
Diterjernahkan oleh Ghufron A. Mas’udi dalarn Sejarab Sosial Ummat Islam,
Bagian I dan II (Cet. I; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1999), II. 532.
[2] Ali Muftadi, Islam di
Kawasan Budaya Arab (CeL 1; Jakarta: Logos, 1977), II. 117.
[3] Tim Penyusun Teks Books,
Sejarah Kebudayaan Islam. Jilid II, (Ujung Pandang Proyek Dirjen Pendidikan
Islam RI, Proyek Pembinaan dan Perguruan Tinggi Agama IA[N Alauddin,
1982/1983), It 1
[4] Hassan Ibrahim Hassan, Islamic
History and Culture From 632-196 & Diterjemahkan oleh Djahdan Human
dengan judut “Sejarah dan Kebudayaan Islam 632-1968”, Edisi I (Cet. I;
Yogyakarta: Kota Kembang, 1989). h. 313.
[5] Dewan Redaksi
Ensikiopedi Islam, Ensiklopedi Islam
(Cet. I; Jakarta: PT. Ikhtiyar Baru Van floeve, 1993), h. 339
[6]
Philip K. Hitti, History of the Arabs
(Cet. I; Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008), h. 859.
[7] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia
Islam (Cet. I; Jakarta: Graha Gratindo Persada, 2004), 124.
[8] Ibid. h. 125
[9]
Badri Yatini, Sejarah Peradaban Islam (Cet. VII; Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 1998), h. 125
[10] Musyrifah
Sunaiito, Sejarah Islam Klasik (Cet.
I; Bogor: Kencana, 2003),h. 210.
[11] C.E.
Boswortli, The Islamic Dinasties.
Diterjemahkan oleh Ilyas Hasan dengan judul “Dinasti-diasti Islam (Cet. I;
Bandung: Mizan, 1993), h. 91.
[12] Ajid Thohir, op.cil., II. 128.
[13] Joesoef Souyb. Sejarah
Daulah Abbasi ah III (Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1978), h. 311.
[14] Philip K.
Hitti, The Arab Short a History.
Diterjemahkan oleh Ushuluddin Kutagalung dan O.D.P. Sihombing denganjudul
“Dunia Arab Sejarah Singkat” (Bandung: Surnut, 1970), h. 679.
[15]
Badri Yatim, Sejarah Peradaban lslam
(Cet. X; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h. 123.
[16] Philip K.
Hitti, The Arab Short a History, op.cit., h. 283.
[17] Carl
Broekelman, Tarikh al-Syu‘ub al-Islamiyah,
(Beirut: Dar tim Ilm al-Malayin, 1974), h. 369.
[18] Philip K.
Hitti, History of the Arabs, op.cit., h. 886.
[19] Tim Penyusun
Teks Books, Sejarah Kebudayaan Islam, op.
cit., h. 9.
[20] Ajid Ihohir, Op.cil, h. 130.
[21] Philip K.
Hitti, History of theArabs, op.cit, h. 891.
[22] Philip K.
Hitti, History of theArabs, op.cit, h. 695.
[23] Philip K.
Hitti, History of the Arabs, op.cit.,
h. 891
[24] C.E. Bosworth.
op.cit.. h. 92.
0 komentar:
Posting Komentar
apakah anda tidak menemukan yang anda cari??? silahkan tuliskan sesuatu yang anda cari itu....