Minggu, 01 Mei 2011

Kufr dan Kuffar

oleh : Abdul Gaffar, S.Th.I

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada seluruh umat manusia melalui nabi Muhammad saw. untuk menjadi petunjuk dalam menjalani kehidupan ini. al-Qur’an berisi ayat-ayat yang arti etimologisnya “tanda-tanda” dalam bentuk bahasa Arab mengandung berbagai aspek kehidupan manusia dan tidak hanya terbatas pada aspek keagamaan semata.
Sebagai intelektual muslim dan pewaris para nabi, ulama berkewajiban memperkenalkan al-Qur’an dan menyuguhkan pesan-pesan yang tersimpan di balik setiap untaian mutiara kata dan menjelaskan nilai-nilai tersebut sejalan dengan perkembangan masyarakat sehingga al-Qur’an dapat benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk menyampaikan nilai-nilai tersebut, ulama menempuh beberapa metode, baik metode penulisan maupun metode pembahasan. Salah satu metode pembahasan yang paling populer digunakan ulama atau cendekiawan saat ini adalah metode maudhu’i (tematik) yaitu upaya menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an yang terkait dengan satu topik dan menyusunnya sebagai sebuah kajian yang lengkap dari berbagai sisi permasalahannya.
Kendatipun al-Qur’an mengandung berbagai macam masalah, ternyata pembicaraannya tentang suatu masalah tidak selalu tersusun secara sistematis sehingga perlu menggunakan metode tematik tersebut. Salah satu topik yang paling sering menjadi bahan pembicaraan dan termasuk permasalahan yang sentral dalam al-Qur’an adalah kufr sebagai antonim dari term iman. Sebab iman adalah salah satu sub ajaran yang paling fundamental dari akidah dimana akidah termasuk salah satu dari tiga materi utama al-Qur’an yaitu akidah, ibadah dan akhlak. Sehingga hal-hal yang berlawanan dengan iman menjadi hal yang menarik untuk dibahas dan dikaji.
Berbagai metode digunakan dalam mengungkap makna dan maksud dari term kufr, baik menggunakan term kufr sendiri maupun term-term yang semakna dan sejalan dengannya. Dari situlah akan muncul sebuah pemahaman yang komprehensif tentang kufr ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga akan mengantarkan pada sifat saling menghargai dan menghormati satu sama lain.
Selama ini, sebagian masyarakat cenderung mendefinisikan kekafiran dengan berbagai defenisi sesuai dengan pemahamannya masing-masing. Ada sekelompok orang yang ekstrim memberikan definisi kufr dan ada pula yang terlalu longgar dalam memberi defeinisi kufr.
Namun dengan melihat ayat-ayat al-Qur’an yang terkait dengan kufr dapat memberikan nuansa baru tentang defenisi kufr yang tidak selamanya berkonotosai pengingkaran atau pendustaan terhadap Allah, rasul-rasul-Nya dan atau ajaran-ajaran-Nya yang biasanya muncul dari ateis, musyrik atau non-Muslim lainnya. Namun kekafiran juga bisa muncul dari orang-orang Islam yang menyimpang dari segi akidah, pengakuan atau pengamalan. Belum lagi, pendapat-pendapat yang kontroversial terkait dengan pengkafiran terhadap para pelaku dosa besar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan-pemaparan yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, dapat dibuat beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian kufr dan kuffar?
2. Apa saja jenis-jenis kufr dan bagaimana karakteristiknya?
3. Faktor-faktor apa saja yang mendorong munculnya kufr? 
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kufr dan Kuffar
Kata kufr berasal dari bahasa Arab كفر – يكفر – كفرا- كفران - كفورا yang berarti menutupi/rindang atau menyembunyikan. Seorang penanam tanaman disebut juga kafir karena menutupi atau menyembuyikan biji-bijian dengan tanah. sebagaimana firman Allah swt. dalam surah al-Hadid ayat 20: كمثل غيث أعجب الكفار نباته (seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani). Term/kata kufr dalam al-Qur’an berulang sebanyak 525 kali dalam berbagai macam isytiqaqnya dengan makna yang beragam dari segi termenologi meskipun sama dari segi etimologinya, semisal kata كفر – يكفر – تكفيرا yang bermakna menghapuskan atau menghilangkan atau كفارة yang bermakna denda atas kesalahan dan makna-makna yang lain.
Sedangkan kata kufr yang mengarah kepada makna yang sama (antonim iman) terbagi dalam enam bentuk isytiqaq yaitu:
- فعل الماضى yang menunjuk pada makna lampau sebanyak 229 kali.
- فعل المضارع yang menunjuk pada makna sekarang atau akan datang berjumlah 56 kali.
- فعل الأمر yang menunjuk pada makna perintah sebanyak 2 kali.
- مصدر yang menunjuk pada makna pekerjaan sebanyak 37 kali.
- إسم الفاعل yang menunjuk pada makna pelaku berulang sebanyak 136 kali.
- إسم المبالغة yang menunjuk pada makna penekanan, penegasan atau pelibatgandaan sifat sebanyak 41 kali.
Semantara makna kufr yang menggunakan term-term lain antara lain adalah term جحود (lawan kata dari إقرار) berulang sebanyak 12 kali, إنكار atau نكر berulang sebanyak 37 kali, إلحاد (penyimpangan) muncul sebanyak 6 kali, الشرك muncul dalam al-Qur’an sebanyak 161, dan penafian iman semisal menggunakan kata (لا يؤمنون) yang berulang sebany ak 88 kali.
Namun untuk mengetahui subtansi kufr, maka perlu dilihat dari tiga aspek yaitu: subjek, objek dan predikat atau subtansi. Subjek kufr adalah orang-orang kafir sedangkan objeknya adalah al-haq (kebenaran) berdasarkan firman Allah:
وَقُلِ الحق مِن رَّبّكُمْ فَمَن شَاء فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاء فَلْيَكْفُرْ (الكهف : 29)
Sementara subtansinya adalah menutupi atau menyembunyikan. sehingga jika dikaitkan antara subjek, objek dan subtansi maka akan melahirkan sebuah definisi secara istilah yaitu “Menutup-nutupi atau menyembunyikan kebenaran yang berasal dari Allah, rasul dan kitab-kitab-Nya serta seluruh yang berasal dari-Nya, baik menutupi kebenaran itu dengan cara menggantinya dengan yang lain atau menutupi kebenaran dengan cara membuat tandingan dan saingan atau munutpinya dengan cara menghilangkan sama sekali atau sebagian saja. Sehingga akan lahirlah bentuk-bentuk jenis-jenis kufr tersebut sesuai dengan kadar penutupan dan penyumbunyian kebenaran.
Atau dengan kata lain, kufr adalah “Menutup-nutupi kebenaran baik yang meliputi Allah saw., ajaran-ajaran-Nya, rasul-rasul-Nya dan seluruh yang berasal dari-Nya”. Menutupinya baik dengan cara menolak, mendustakan, mengingkari, atau menyembunyikan. Sedangkan term-term tersebut jika menggunakan isim fa’il maka mayoritas pelakunya adalah orang-orang kafir.
B. Jenis-jenis Kufr dan karakteristiknya
Term kufr dengan berbagai isytiqaqnya menggambarkan betapa beragamnya makna kekafiran, mulai dari kekafiran dalam bentuk pengingkaran dan pendustaan terhadap Allah dan rasul-rasul-Nya, kekafiran dalam bentuk penyekutuan Allah, kekafiran dalam bentuk kemunafikan hingga kekafiran terhadap nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah swt. Sehingga ulama berbeda pendapat dalam membuat kategorisasi kufr.
Abu Muhammad al-Husain bin Mas’ud al-Baghawy membagi kufr dalam empat kategori yaitu kufr al-inkar, kufr al-juhud, kufr al-‘inad dan kufr al-nifaq. Senada dengan al-Baghawi yang membagi kufr dalam empat kategori adalah Imam Alaiddin al-Baghdadi dalam tafsirnya Lubab al-Ta’wil fi Ma’an al-Tanzil. Sedangkan Muhammad bin Mukrin bin Manzhur al-Afriqy al-Mishry membagi kufr dalam delapan kategori yaitu kufr al-inkar, kufr al-Juhud, kufr al-mu’anadah, kufr al-nifaq, kufr al-syirk, kufr al-ni’mah, kufr al-riddah dan kufr al-bara’ah. Sementara Harifuddin Cawidu dalam desertasinya lebih cenderung mengikuti pendapat Ibnu Manzhur al-Mishry dengan membatasi dan mengelompokkan kufr dalam tujuh bagian yaitu kufr al-inkar, kufr al-Juhud, kufr al-nifaq, kufr al-syirk, kufr al-ni’mah, kufr al-riddah dan kufr Ahl al-Kitab.
Dalam makalah ini, penulis menjelaskan jenis-jenis kufr yang telah disebutkan oleh para ulama di atas sebagai berikut:

1. Kufr al-inkar
Kata al-inkar berasal dari bahasa Arab yang berarti mengingkari, menolak, menyangkal atau meniadakan. Sehingga yang dimaksud dengan kufr al-inkar adalah pengingkaran terhadap eksistensi Allah, para rasul dan al-kitab yang mereka bawa. Pengingkaran terhadap keberadaan Allah berdampak pada keyakianan bahwa kehidupan hanya berlangsung di dunia dan berlangsung secara alamiah tanpa kendali dari Allah swt.
وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ (الجاثية : 24)
Sementara ciri-ciri yang menonjol dari jenis kufr ini dapat dilihat sebagai berikut:
- Orientasi hidupnya adalah kesenangan dunia semata. Seluruh waktu, tenaga dan fikiran dihabiskan untuk mencari hal-hal yang bersifat duniawi, sehingga dia memiliki karakter cinta dunia karena dunialah yang menjadi tujuan dan niatnya dan melecehkan yang lain.
زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آَمَنُوا (البقرة : 213)
إِنَّ هَؤُلَاءِ يُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ وَيَذَرُونَ وَرَاءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيلًا (الإنسان : 27)
- Menjadikan hawa nafsu sebagai penuntun bahkan menjadikan tuhan yang menguasai jiwa mereka karena agama mereka pada dasarnya adalah apa yang diinginkan oleh hawa nafsunya tanpa memperdulikan mana yang halal dan mana yang haram.
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً (الجاثية : 23)
- Pendustaan dan pengingkaran terhadap Allah swt., ayat-ayat-Nya, kenabian Muhammad saw dan hari kebangkitan.
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (الأعراف : 36)
- Sombong dan angkuh yang biasanya dilakukan oleh kaum penguasa, bangsawan, hartawan dan pendengki.
وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ (34) وَقَالُوا نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَالًا وَأَوْلَادًا وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ (ٍسبأ : 34-35)
2. Kufr al-juhud dan al-mu’anadah
al-Juhud merupakan bahasa Arab yang berarti mendustakan, sedangkan maksudnya adalah mengakui dengan hati (kebenaran tentang Allah, rasul-rasul dan ajaran-ajaran mereka) tetapi mengingkari dengan lidah.
Kufr al-juhud timbul bukan karena ketidaktahuan dan ketidakpercayaan terhadap kebenaran melainkan karena ada faktor-faktor tertentu yang menghalangi untuk merealisasikan dalam bentuk kata ataupun perbuatan. Hal itu tersirat dalam firman Allah swt.
فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ آَيَاتُنَا مُبْصِرَةً قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ (13) وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ (النمل : 13-14)
Faktor-faktor tersebut adalah sifat angkuh dan sombong sebagaimana yang tertera dalam ayat tersebut. Hal itulah yang mendorong Iblis untuk mengingkari Allah atau orang-orang Yahudi yang mengingkari kenabian Muhammad saw.
وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ (البقرة: 89)
Sementara karakteristik yang ada pada kufr al-juhud sama dengan karakteristik kufr al-inkar, hanya saja perbedaan antara keduanya terletak pada karakter yang paling dominan. Karakter kufr al-inkar yang paling dominan adalah orientasi hidupnya hanya terbatas di dunia semata sementara karakter kufr al-juhud yang paling dominan adalah kesombongan dan keangkuhan.
Kufr al-mu’anadah tidak jauh beda dengan kufr al-juhud, hanya saja kufr al-mu’anadah disamping pelakunya mengakui dengan hati, dia juga mengakui dengan lisan akan tetapi tetap tidak masuk dalam agama Islam sebagaimana yang dialami oleh Abu Thalib dan Umayyah bin Abi al-Shalt.
3. Kufr al-nifaq
al-Nifaq yang berarti sesuatu yang terputus atau hilang dan atau menyamarkan atau menyembunyikan sesuatu, sehingga kufr al-nifaq adalah pengakuan dengan lisan tetapi pengingkaran dengan hati.
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ لَا يَحْزُنْكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ مِنَ الَّذِينَ قَالُوا آَمَنَّا بِأَفْوَاهِهِمْ وَلَمْ تُؤْمِنْ قُلُوبُهُمْ (المائدة: 41)
Al-Qurthubi menafsirkan ayat tersebut dengan mengatakan bahwa keimanan tidak pernah bersemayam di hati orang-orang munafiq akan tetapi hanya sebatas ucapan lisan saja. Dan dalam ayat lain dijelaskan bahwa jika mereka ditanya tentang keimanan mereka, maka akan dijawab dengan plin-plan, tergantung siapa yang bertanya.
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آَمَنُوا قَالُوا آَمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
Karakteristik kufr al-nifaq jika dilihat dari ayat-ayat yang menjelaskan tentang kemunafikan dapat diidentifikasi sebagai berikut:
- Berkepribadian goyah dan berubah-ubah. Sikapnya yang penuh dengan kebimbangan, ketidakpastian dan kegelisahan antara iman dan kufr. Secara lahir batin tidak masuk dalam golongan kaum muslim dan kaum kafir, akan tetapi secara lahiriyah, mereka bergabung dengan kaum muslim namun secara batin bersama kaum kafir atau dalam bahasa al-Qur’an mudzabdzabin (kebimbangan)
مُذَبْذَبِينَ بَيْنَ ذَلِكَ لَا إِلَى هَؤُلَاءِ وَلَا إِلَى هَؤُلَاءِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ سَبِيلًا (النساء: 143)
- Pengkhianat dan inkar janji adalah salah satu karakter mereka. Siapa pun akan dikorbankan dan dikhianati demi mencapai keinginanan dan keuntungan pribadi atau menyelamatkan diri sendiri.
الَّذِينَ يَتَرَبَّصُونَ بِكُمْ فَإِنْ كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِنَ اللَّهِ قَالُوا أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ وَإِنْ كَانَ لِلْكَافِرِينَ نَصِيبٌ قَالُوا أَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ... (النساء: 141)
- Pendusta merupakan watak dasar untuk menutupi identitas yang sebenarnya. Jika identitas tersebut terbuka maka mereka berusaha berkila dengan berbagai cara.
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآَيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (التوبة: 65)
- Amal ibadah dan kebaikan selalu berdasarkan riya’ dan pamrih, khususnya yang terkait dengan amal keagamaan, sehingga bila amal itu tanpa imbalan maka sifat acuh tak acuh dan malas akan tampak dalam pelaksanaan ibadah mereka.
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا (النساء: 142)
- Gemar membuat fitnah dan menyebarkan berita-berita bohong dengan tujuan merusak dan menjelek-jelekkan Islam dan umatnya.
إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ (النور: 11)
4. Kufr al-syirk
Al-syirk yang berarti perbandingan dan tidak satu atau memanjang atau tegak. Dari makna etimologi tersebut dapat dipahami bahwa kufr al-syirk adalah membandingkan Allah dengan yang lain atau menganggap Tuhan lebih dari satu. Syrik masuk kategori kufr karena menghilangkan subtansi kemaha-kuasaan dan kemaha-esaan Allah swt. Oleh karena itu, misi utama para rasul adalah menanamkan akidah tauhid kepada para umatnya.
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ (النحل: 36)
Karena merupakan misi utama para rasul, pelaku syirk tidak dapat dimaafkan dosanya jika kesyirikan itu terbawa hingga ajal menjemput.
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا (النساء: 48)
Sedangkan karakter yang paling dominan dari kufr syirk di antaranya adalah mengagungkan sesuatu sejajar atau melebihi Allah swt. sebagai pencipta dan pengatur, dan tidak memiliki pendirian yang kokoh sehingga mudah dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat sementara.
5. Kufr al-ni’mah
Al-ni’mah adalah segala sesuatu yang diberikan oleh Allah yang tidak mampu diberikan selain Dia. Karena nikmat dari Allah bertujuan untuk menjadi ujian atau cobaan maka nikmat itu harus difungsikan sesuai dengan kehendak Allah swt. penyalahgunaan yang diperoleh atau penempatannya bukan pada tempatnya atau penggunaannya bukan pada hal-hal yang diridhai oleh Allah swt. maka perbuatan tersebut disebut kufr al-ni’mah. Kufr nikmat dapat berupa pengingkaran terhadap nikmat, menyembunyikan nikmat, tidak mensyukuri nikmat karena lupa atau sembrono.
وَآَتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ (إبراهيم: 34)
Karakteristik dari kufr al-ni’mah adalah tidak mau bersyukur pada nikmat yang diperolehnya bahkan berusaha menumpuk harta dan enggan mengeluarkan hak-hak orang lain. Mereka lebih suka menginfakkan pada hal-hal yang tidak diridhai oleh Allah swt. untuk menghilangkan kufr al-ni’mah maka perlu senantiasa bersyukur atas nikmat yang diperoleh.
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ (البقرة: 152)
6. Kufr al-riddah
Al-riddah berasal dari akar kata رد yang berarti sesuatu yang kembali atau sesuatu yang berpaling. Menurut Shalih bin Fauzan al-riddah itu kembali kepada kekafiran setelah beriman, baik kekafiran itu didahului oleh kekafiran lain maunpun tidak. Kufr al-riddah dalam al-Qur’an terkadang menggunakan kata al-riddah dan terkadang menggunakan al-kufr.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِين (المائدة: 54)
إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا ثُمَّ آَمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا ثُمَّ ازْدَادُوا كُفْرًا لَمْ يَكُنِ اللَّهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ وَلَا لِيَهْدِيَهُمْ سَبِيلًا (النساء: 137)
Sementara karakteristik kufr al-riddah adalah ketidakmantapan iman atau keterbatasan penghayatan terhadap Islam. Sehingga peristiwa al-riddah yang terjadi, baik pada masa Rasulullah maupun masa Abu Bakar didominasi oleh kaum muslimin yang masih lemah imannya. Seperti kekikiran mengeluarkan zakat atau pernikahan beda agama.
7. Kufr ahl al-kitab
Ahl al-kitab dalam al-Qur’an lebih banyak mengarah kepada dua kelompok yaitu Yahudi dan Nasrani. Meskipun Rasyid Ridha memasukkan semua agama yang berpotensi memiliki kitab suci seperti Budha, Hindu dan agama-agama lain.
Ahl al-kitab dijadikan bagian kufr tersendiri karena memiliki karakter yang berbeda dengan kufr yang lain. Salah satu karakternya adalah pengingkaran terhadap sebagian Kitab Allah dan membeda-bedakan antara para rasul.
إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا (النساء: 150)
Di samping itu, orang-orang Nasrani terlalu berlebihan dalam menghormati dan mengkultuskan nabi Isa as. sehingga al-Qur’an berungkali mengecamnya.
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ... (النساء: 171)
Sementara orang Yahudi memiliki karakter dan watak yang lebih bejat dan lebih jahat semisal sombong, pembangkang dan pengingkar janji serta memusuhi Islam dan umatnya.
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آَمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا...(المائدة: 82)
8. Kufr al-bara’ah
Al-bara’ah berarti berlepas diri, membersihkan diri dan menyelematkan diri sesuatu. Jadi kufr al-bara’ah ini lebih mengarah kepada sikap berlepas diri atau membersihkan diri dari tanggung jawab seperti yang dilakukan syetan.
فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (إبراهيم: 22)
Namun Harifuddin Cawidu tidak memasukkan kufr al-bara’ah dalam jenis-jenis kufr karena semua ayat yang mengarah pada kufr yang bermakna al-bara’ah tidak lepas dari kemusyrikan dan orang-orang musyrik sehingga dapat disimpulkan bahwa al-bara’ah hanyalah bagian dari sifat dan watak mereka.
C. Faktor-faktor Kufur dan Dampaknya
Pada dasarnya, semua manusia terlahir ke dunia dengan membawa fitrah (kesucian) sehingga semua orang berpotensi untuk bertuhan dan beriman. bahkan pada saat lahir, manusia berjanji dan berikrar bahwa Allah lah Tuhan mereka.
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آَدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا (الأعراف: 172)
Salah satu bukti bahwa pada diri manusia terdapat fitrah ilahi adalah pada saat manusia tertimpa musibah seketika itu akan ingat dan bermohon kepada Dzat Yang Mahakuasa.
وَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (يونس: 12)
Meskipun manusia memiliki fitrah ilahi tapi mayoritas manusia tidak mampu mengoptimalkan fitrah tersebut, bahkan menyalahgunakan kefitarahannya karena pengaruh situasi, kondisi dan lingkungan yang mengitarinya.
Adapun factor-faktor yang menjerumuskan ke dalam rana kufr dijelaskan oleh al-Qur’an sebagai berikut:
1. Kepicikan dan Kebodohan
Pengingkaran terhadap Allah swt. dapat disebabkan ketidaktahuan tentang manusia. Ketidaktahuan itu ada karena factor kesengajaan seperti kelompok yang sengaja tidak mau mengenal Tuhan padahal dakwah telah sampai padanya atau mereka yang bersikap netral terhadap Tuhan (tidak membenci dan pula menyukai).
Kepicikan dan kebodohan dalam tulisan ini tidak terkait dengan kecerdasan akal akan tetapi terkait erat dengan hati yang tertutup untuk menghayati eksistensi Allah padahal ciptaan-Nya ada di mana-mana sebagai sarana mengenal Allah swt.
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلا يُؤْمِنُونَ (الأنبياء: 30)
2. Kesombongan dan Keangkuhan
Kesombongan dan keangkuhan menjadi factor kekufuran karena orang yang memiliki sifat tersebut akan menjadi egois, berpandangan sempit sehingga sukar untuk menerima realitas yang ada di luar dirinya, bahkan melakukan cara-cara yang menunjukkan akan keangkuhannya.
وَإِنِّي كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا أَصَابِعَهُمْ فِي آَذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا (نوح: 7)
Kekafiran Iblis berawal dari sifat kesombongan yang tidak mau mengakui keunggulan dan keistimewaan yang dimiliki Adam. Kesombongan ini akan memunculkan sifat poyah-poyah dan bermegah-megahan yang pada akhirnya akan membawa manusia untuk mengagungkan materi.
3. Keputusasaan
Sudah maklum bahwa manusia cenderung bersenang-senang di dunia dan memperoleh kenikmatan hidup dengan rezki yang melimpah. Jika kesenangan itu hilang atau tidak didapatkan dalam hidupnya, manusia akan putus asa dan merasa rendah diri, hilang akal dan hilang harapan dan pada akhirnya akan menumbuhkan sifat mosi tidak percaya terhadap Allah swt. sebagai Tuhan.
وَلَئِنْ أَذَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً ثُمَّ نَزَعْنَاهَا مِنْهُ إِنَّهُ لَيَئُوسٌ كَفُورٌ (هود: 9)
Kutukan yang diperoleh oleh Iblis tidak lepas dari keputusasaannya dan menerima saja kutukan Allah swt. karena merasa terlanjur hanyut dalam lumpur dosa, bukannya berusaha untuk bertaubat atas kesalahan yang dilakukannya. Sementara Adam as. yang juga melakukan kesalahan dengan melanggar larangan Allah swt. berusaha untuk bertaubat dan memohon ampun atas dosa-dosanya, akhirnya diterima oleh Allah swt.
4. Kesuksesan dan Kesenangan duniawi
Kesuksesan dan kesenangan dunia bisa menjadi bumerang bagi manusia jika tidak pandai-pandai mensyukurinya. Kufr nikmat terjadi karena manusia memperoleh kesenangan dan kesuksesan sehingga melupakan Dzat yang memberi nikmat. Dalam gambaran al-Qur’an, manusia itu bagaikan orang yang sedang berlayar di lautan lalu datang amukan angin dan ombak yang besar (badai), mereka segera berdo’a kepada Allah swt. namum setelah diselamatkan, mereka kembali kufr dan berbuat zhalim di muka bumi.
هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا جَاءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ (22) فَلَمَّا أَنْجَاهُمْ إِذَا هُمْ يَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ....(يونس: 22-23)
5. Lingkungan
Lingkungan juga memiliki peran yang besar bahkan bisa menjadi faktor dominan dalam mempengaruhi seseorang, termasuk dalam masalah kekafiran. Berbagai jawaban yang muncul dari kaum para nabi dan rasul menjadi bukti betapa faktor lingkungan sangat kuat dalam mempengaruhi seseorang untuk melakukan kekufuran. Misalnya jawaban kaum nabi Musa saat diajak masuk ke dalam agama Allah swt., mereka hanya menjawab “Apakah kamu mendatangi kami untuk memalingkan kami dari apa yang dilakukan nenek moyang kami” begitu juga yang dilakukan oleh kaum nabi Ibrahim ketika dilarang menyembah berhala namun berkilah bahwa hal itu tradisi nenek moyangnya. Bahkan pada saat orang-orang kafir Makkah diseru oleh nabi Muhammad saw. untuk beriman kepada Allah swt. dan wahyu-wahyunya, mereka menjawab “Cukup bagi kami mengikuti nenek moyang kami”.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آَبَاءَنَا (البقرة: 170)
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آَبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آَبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ (البقرة: 170)


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kata kufr berasal dari bahasa Arab yang berarti menutupi dan menyembunyikan. Kata kufr sendiri dengan segala isytiqaqnya berulang sebanyak 525 kali. Term kufr sendiri memiliki term yang searti dengannya, antara lain juhud, inkar, ilhad, syirk dan la yu’minun. Namun secara terminologi adalah “Menutup-nutupi kebenaran baik yang meliputi Allah saw., ajaran-ajaran-Nya, rasul-rasul-Nya dan seluruh yang berasal dari-Nya”. Menutupinya baik dengan cara menolak, mendustakan, mengingkari, atau menyembunyikan.
2. Pada dasarnya, antara satu kufr dengan kufr yang lain tidak berbeda dalam segi subtansinya, namun jika dilihat pada penekanannya, maka jenis-jenis kufr dapat dibagi dalam beberapa bagian, antara lain kufr al-inkar yang cenderung pada pengingkaran terhadap eksistensi Allah, para rasul dan al-kitab yang mereka bawa sehingga karakternya yang paling menonjol adalah orientasi hidupnya hanyalah kesenangan duniawi sebagai konsekwensi dari ketidakpercayaan terhadap eksistensi Allah. Kufr al-juhud adalah mengakui dengan hati akan kebenaran tentang Allah, rasul-rasul dan ajaran-ajaran mereka akan tetapi mengingkari dengan lidah dan karakternya yang paling dominan adalah kesombongan dan keangkuhan. Sedangkan kufr al-nifaq adalah pengakuan dengan lisan tetapi pengingkaran dengan hati dan kufr semacam ini memiliki karakter plin-plan atau ingkar janji. Adapaun kufr al-syirk adalah menyekutukan atau membandingkan Allah dengan yang lain atau menganggap Tuhan lebih dari satu sehingga karakternya adalah tidak percaya terhadap keesaan Allah swt.. Sementara penyalahgunaan nikmat yang diperoleh atau penempatannya bukan pada tempatnya atau penggunaannya bukan pada hal-hal yang diridhai oleh Allah swt. disebut kufr al-ni’mah dan memiliki karakter yaitu kikir atau boros. Sedangkan kufr al-riddah adalah kembali kepada kekafiran setelah beriman, baik kekafiran itu didahului oleh kekafiran lain maupun tidak. Untuk kufr ahl al-kitab adalah pengingkaran terhadap sebagian Kitab Allah dan membeda-bedakan antara para rasul. sedangkan kufr al-bara’ah ini lebih mengarah kepada sikap berlepas diri atau membersihkan diri dari tanggung jawab.
1. Faktor-faktor yang menjerumuskan ke dalam rana kekufuran yang secara eksplisit dan implisit dijelaskan dalam al-Qur’an antara lain; kepicikan dan kebodohan, kesombongan dan keangkuhan, keputusasaan, kesuksesan dan kesenangan duniawi dan Lingkungan.
B. Implikasi
Setelah menjelaskan berbagai ayat yang menerangkan tentang kufr, baik dengan term kufr itu sendiri maupun dengan term yang semakna dapat membantu setiap muslim untuk memahaminya secara utuh dan komprehensif, sehingga dapat membantu seseorang untuk memperbaiki dan menata ulang atau menyempurnakan imannya karena apa pun bentuk kufr itu, ia dapat merusak kemurnian iman.
Di samping itu, dengan pemahaman kufr yang utuh akan mengantarkan pada sikap saling menghormati antarsatu dengan yang lain sebab al-Qur’an sendiri senantiasa memanggil Yahudi dan Nasrani dengan panggilan ahl al-kitab padahal mereka termasuk orang-orang yang kafir. Balum lagi hadis Rasulullah yang melarang seorang muslim memanggil orang muslim lain dengan panggilan “kafir” karena ucapan “kafir” jika tidak terbukti pada orang tersebut maka kata “kafir” akan disematkan kepada orang yang memanggilnya. Sekali lagi, pengetahuan yang komprehensif tentang konsep kufr akan memperluas wawasan seseorang dalam bersikap, bertindak dan beraktivitas, khususnya dalam membina kerukunan hidup beragama di tengah-tengah masyarakat yang floral.  

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim dan Terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia, Riyadh, Saudi Arabia.
‘Asyur, Ibnu. Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir. dikutip dari program Maktabah Syamilah.
Abd Baqy, Muhammad Fuad. al-Mu’jam al-Mufahas li Alfazh al-Qur’an al-Karim. Bairut: Dar al-Fikr, 1407 H./1987 M.
Abu al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakariya. Mu’jam Maqayis al-Lughah. Bairut: Dar al-Fikr, t. thn.
Al-Azdy, Abu Daud Sulaiman bin al-Asy’ats. Sunan Abi Daud. Suriyah: Dar al-Hadis, 1969.
Al-Baghawi, Abu Muhammad al-Husain bin Mas’ud. Ma’alim al-Tanzil. Dar Thayyibah, 1417 H./1997 M.
Al-Baghdady, Alaiddin Ali bin Muhammad bin Ibrahim. Tafsir al-Khazin al-Musamma Lubab al-Ta’wil fi Ma’an al-Tanzil. Bairut: Dar al-Fikr, 1399 H./1979 M.
Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. Shahih al-Bukhari Kitab al-Janaiz bab Ma Qila fi Aulad. Riyad: Dar ‘Alam al-Kutub, 1996.
Al-Dimasyqy, Abu al-Fada’ Ismail bin Umar bin Katsir. Tafsir al-Qur’an al-Azhim al-Syahir bi Tafsir Ibnu Katsir. Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1419 H./1998 M.
Al-Fauzan, Shalih bin Fauzan bin Abdullah. Aqidah al-Tauhid. Riyad: Dar al-Qasim, t. th.
Ali, Atabik dan Ahmad Zuhri Muhdhar. Kamus al-Ashry. Yogyakarta: Multi Karya Grafika Pondok Pesantren Krapyak, 2003.
Al-Mawardy, Abu Al-Hasan bin Ali bin Muhammad. al-Nukat wa al-‘Uyun al-Masyhur bi Tafsir al-Mawardi. Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t. th.
Al-Mishry, Muhammad bin Mukrin bin Manzhur al-Afriqy. Lisan al-Arab. Bairut: Dar Ihya’ al-Turats al-Araby, 1996.
Al-Qurthuby, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar. al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an. Bairut: Dar al-Kutub al-Araby, Cet. V, 2003.
Al-Qusyairy, Abu al-Husain Muslim bin Hajjaj. Shahih Muslim. Riyadh: Dar ‘Alam al-Kutub, 1417 H/ 1996 M.
Al-Razy, Abu Abdillah Muhammad bin Umar bin al-Hasan bin al-Husain al-Taimy. Mafatih al-Ghaib. Bairut: Dar al-Fikr, 1414 H./1994 M.
Al-Suyuthi, Abd Rahman jalaluddin. al-Durr al-Mantsur fi Tafsir al-Ma’tsur. Bairut: Dar al-Fikr, 1414 H./1993 M.
Al-Syaukany, Muhammad bin Ali bin Muhammad. Fath al-Qadir. Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1414 H./1994 M.
Al-Thabary, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir. Jami’ al-Bayan fi Ta’wil Ayi al-Qur’an. Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1412 H./1992 M.
Al-Zamakhsyary, Abu al-Qasim Mahmud bin Amr bin Ahmad. al-Kassyaf. Bairut: Dar al-Kutub al-Imiyah 1415 H./1995 M.
Cawidu, Harifuddin. Konsep Kufr dalam al-Qur’an. Jakarta: Bulan Bintang, Cet. I, 1991.
Munawwir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir, Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progressif, Cet. XIV, 1997.
Muslim, Musthafa. Mabahits fi al-Tafsir al-Maudhu’i. Dimsyik: Dar al-Qalam, 1410 H./1989 M.
Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: al-Ikhlas, 1983.

0 komentar:

Posting Komentar

apakah anda tidak menemukan yang anda cari??? silahkan tuliskan sesuatu yang anda cari itu....

FACEBOOK COMENT

ARTIKEL SEBELUMNYA

 
Blogger Templates