Kamis, 05 Mei 2011

tawakkal dalam perspektif hadis

oleh : muhammad dzulqarnain mubhar, S. Th. I

Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kehidupan dunia yang bersifat materi menuntut manusia untuk berusaha mencari segala hal yang dapat menopang kehidupan itu sendiri, sebab manusia dalam kehidupan dunia membutuhkan energi yang dapat memberikan semangat bagi jiwa agar jasad dapat melaksanakan segala bentuk aktifitas baik yang bersifat wajib maupun sunnah secara maksimal.
Kebutuhan manusia terhadap hal-hal yang dapat menopang pertumbuhan dan perkembagan baik jasmani maupun rohaninya tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dunia, pemenuhan kehidupan ini juga tidak dapat terlepaskan dari interaksi sosial kemasyarakatan dimana manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan anatara satu dengan yang lainnya dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan baik jiwa maupun jasad manusia itu sendiri yang di jaga oleh berbagai macam bentuk pranata sosial.
Pemenuhan kebutuhan hidup sebagai manusia membutuhkan usaha yang maksmal sebab rezki yang telah ditetapkan oleh Allah Swt hanya akan didapatkan dengan usaha yang maksimal pula, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa tidak terdapat satu pun binatang melata yang ada di muka bumi kecuali rezkinya telah ditetapkan, akan tetapi Allah Swt memberikan kebebasan kepada makhluknya utamanya manusia untuk tetap berusaha dan bekerja dengan ikhlash karena mengharapkan ridha dan keberkahan rezeki dari Allah Swt, jadi tidak hanya sekedar berdo’a dan bertawakkal tanpa usaha yang maksimal.
Secara umum manusia dalam menyikapi kehidupan dunia terbagi kedalam dua kelompok kutub ekstrim pertama: kelompok ekstrimis pekerja; mereka adalah kelompok yang mendahulukan pekerjaan dan mengumpulkan harta tanpa batas dengan melabrak pelbagai cara untuk mendapatkan keuntungan duniawi dan menafikan do’a dan tawakkal sehingga tidak jarang diantara mereka yang masuk dalam kelompok ini terkena berbagai penyakit hati seperti dengki, iri, takabbur yang berujung pada kekosongan spiritual. Kekosongan spiritual ini adalah akibat dari tidak bersiinerginya antara kesibukan dalam mengumpulkan rezeki dengan ibadah dalam hal ini do’a dan tawakkal sehingga pada saat mereka tersandung dan ataupun kehilangan sebahagian harta dan atau pun keseluruhannya kecuali mereka berada pada kondisi yang sangat mengkhawatirkan (stress). Kondisi semacam ini sesungguhnya telah disinggung oleh Allah Swt dalam al-Qur’an dimana Allah Swt. berfirman:
فَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ (55)
Terjemahannya:
Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir. (Q.S. Al-Taubah (09) : 55).
Imam al-T{abary ketika mengomentari ayat ini beliau menyebutkan salah satu riwayat dari jalur Yunus beliau berkata Ibnu Wahab telah memberitakan kepada kami (Akhbarana>) dia berkata bahwa Ibnu Zaid mentafsirka firman Allah Swt: إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا : bahwasanya Allah Swt akan menimpakan kepada mereka (yang senang menumpuk harta dan meninggalkan ibadah serta tawakkal) dengan berbagai kesusahan hidup dibalik kekayaan harta yang mereka miliki dan itulah bentuk azab bagi mereka…
Al-Mara>ghy menjelaskan bahwa mereka yang terbuai oleh harta pasti akan senantiasa merasa letih dan was-was dalam menjaga keutuhan harta mereka, padahal hanya sedikit diantara tumpukan-tumpukan harta mereka yang dapat mereka manfaatkan secara maksimal untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka dan keluarga mereka. Ayat ini sesungguhnya merupakan bagian dari penjelasan Allah Swt. seputar karakteristik orang-orang munafik.
Kedua: kelompok ekstrimis ibadah: mereka adalah kelompok yang senantiasa berdo’a dan bertawakkal kepada Allah Swt dengan menafikan usaha masimal, padahal Allah Swt secara jelas telah menampaikan akan pentingnya sikap pertengahan dalam menyikapi kehidupan dunia diamana Allah Swt berfirma:
وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (77)
Terjemhaannya:
Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. Al-Qas}as} (28): 77)
Dari kutipan ayat di atas menunjukkan bahwa sesungguhnya Islam dengan al-Qur’an dan al-H}adi>s\ sebagai pijakan utamanya telah mengiformasikan bahwa dalam menyikapi kehidupan dunia tidak harus berada pada kutub ekstrim tertentu tetapi harus berada diantara kedua kutub tersebut yang kemudian dalam istilah al-Qur’an disebut dengan ummatan wasat}an yaitu umat yang yang mensinergikan antara ibadah (baik lahir maupun batin) dengan usaha mencari rezeki yg telah ditebar oleh Allah Swt. untuk makhlunya dimua bumi ini.
Diantara ibadah-ibadah batin yang banyak disepelehkan oleh mayoritas kaum musslimin hari ini adalah sikap tawakkal (berserah diri) kepada Allah Swt. sehingga tidak jarang diatara mereka yang terjebak dalam ritual ibadah dan usaha namun kosong dari penyerahan hasil ibadah dan usaha tersebut kepada Allah Swt, padahal tawakal sejatinya adalah separuh dari agama, dan separuh lainnnya adalah al-Ina>bah. Sebab agama itu terdiri dari al-Isti’a>nah dan ibadah. Tawakal adalah al-Isti’a>nah sedangkan al-Ina>bah adalah ibadah. Bahkan merupakan peribadatan semata – mata dan tuhid murni, jika pelakunya benar – benar melaksanakannya.
Masalah tawakkal sesungguhnya telah sangat banyak diinformasikan oleh Allah Swt melalui al-Qur’an dalam bentuk seruan demikian pula dalam hadis, dimana tawakal memiliki porsi yang sangat banyak. Dalam kitab Riya>d} al-S}a>lih}i>n karya Imam Nawawi misalnya mencantumkan 11 hadis yang berhubungan dengan tawakkal. Fakta literalis ini menunjukkan bahwa terdapat banyak hadis-hadis Nabi Saw yang menginformasikan tentang urgensi tawakkal dalam kehidupan seorang yang beriman kepada Allah Swt bahkan merupakan baagian dari konsekwensi kemurnian tauhid. Oleh karenanya penulis dalam makalah berusaha mengkaji secara tematik seputar hadis-hadis tawakkal dengan berpijak pada metode penelusuran (Takhri>j al-H{adi>s\) 

B. Rumusan Masalah

sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para pakar hadis dalam berbagai litartur. Adapun fokus permasalahan yang dikaji bermuara pada beberapa rumusan masalah: 1) Bagaimana Status Hadis-hadis seputar Tawakkal ?, 2) Apa Hakikat Tawakkal menurut Hadis Nabi Saw ?, 3) Adakah sinergitas antara Tawakkal dan usaha ?. Ketiga pertanyaan ini akan diuraikan secara tematik dalam makalah ini sesuai dengan kemampuan penulisnya.



Bab II
PEMBAHASAN

A. Hadis-Hadis Tentang Tawakkal

Suatu berita tidak terbebas dari dua kemungkinan; benar atau salah, dan hadis Rasulullah Saw adalah berita yang didalmnya mengandung berbagai obyek permasalahan. Dalam fase perjalanan sejarah periwayatan hadis hingga terkodifikasi secara resmi pada masa pemerintahan Umar bin ‘Abd al-‘Azi>z (w. 101 H / 720 M) telah mengalami berbagai permasalahan, permasalahan yang terbesar adalah munculnya para Wad}d}a>’ al-Hadi>s\ (Pemalsu Hadis) sehingga para ulama hadis yang telah melakukan rih}lah al-‘Ilmiyyah (perjalanan mencari ilmu) dalam mengumpulkan berbagai riwa>yah dari berbagai Ki>ba>r al-Ta>bi’i>n dan Wust}a> al-Ta>bi’i>n yang hidup pada periode tersebut bangkit dan bekerja keras dalam melakukan penelitian terhadap riwayat-riwayat yang disandarkan kepada Rasulullah Saw dan para sahabat beliau –Rad}iya Alla>hu ‘anhum – dengan menjadikan al-Isna>d dan al-Matn sebagai obyek penelitiannya. Hal ini dilakukan untum menyelamatkan hadis-hadis Nabi Saw dari penghancuran missal yang dilakukan oleh para pemalsu hadis.

Uaraian di atas menunjukkan bahwa penelitian terhadap hadis menjadi sesuatu yang sangat urgen. Adapun langkah-langkah penelitiannya dapat di sederhanakan sebagai berikut:

Pertama: Melakukan kegiatan takri>j al-h}adi>s\ sebagai langah awal untuk mengetahui berbagai riwayat yang meriwayatkan hadis yang diteliti serta mengetahui ada atau tidak sya>hid dan muta>bi’ dalam sanad hadis yang diteliti.

Kedua: Melakukan kegiatan I’tiba>r yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pendukung dari keseluruhan riwayat yang telah ditemukan melalui kegiatan takhri>j dari hadis yang diteliti dengan cara membuat bundel isna>d atau skema sanad.

Ketiga: Melakukan kegiatan penelitian terhadap pribadi para periwayat yang terdapat dalam sanad hadis dengan menjadikan kaidah kesahihan sanad sebagai acuan. Kaidah yang dimaksud adalah: 1) Sanad hadis yang diteliti harus bersambung dari mukharrij sampai kepada Nabi Saw.; 2) Seluruh periwayat yang terdapat dalam sanad hadis yang diteliti harus bersifat adil dan d}a>bit; 3) Sanad hadis yang diteliti harus terhindar dari sya>z} (kejanggalan) dan ‘Illah (cacat).

Keempat: Melakukan kegiatan penelitian matan hadis yang bertujuan mengetahui ada atau tidaknya kejanggalan (sya>z}) dan cacat (‘illat) dalam matn al-h}adi>s\ yang diteliti dengan langkah-langkah metodoligis yaitu :1) meneliti matn hadis yang diteliti dengan melihat kualitas sanadnya; 2) meneliti susunan lafaz} al-h}adis\ yang diteliti dengan mengacu pada kaidah kesahihan matn al-h}adi>s\ yaitu: a) Hadis yang diteliti tersebut tidak bertentangan dengan al-Qur’an; b) Hadis yang diteliti tidak bertentangan dengan hadis dan si>rah yang valid; c) hadis yang diteliti tidak bertentangan dengan akal dan kenyataan empiris.
Hadis-hadis seputar tawakkal akan diteliti dengan menggunakan empat langkah-langkah metodologis penelitian hadis sebagaiaman yang telah diuraikan.

1. Takhri>j al-Ah}a>di>s\
Terdapat beberapa metode takhri>j al-h}adi>s\ yang dapat digunakan dalam menulusuri hadis-hadis yang diteliti dari sumber aslinya, metode-metode tersebut dirumuskan oleh para ulama yang bertujuan mempermudah menelusuri hadis-hadis Nabi Saw. Mah}mu>d al-T{ah}h}a>n membagi metode takhri>j al-h}adi>s\ dalam lima macam metode: a) takhri>j berdasarkan perawi hadis dari kalangan sahabat; b) takhri>j berdasarkan awal lafal dari hadis; c) takhri>j berdasarkan bagian-bagian dari lafal hadis; d) takhri>j berdasarkan tema hadis; e) takhri>j berdasarkan status sanad atau matn hadis.
Adapun metode yang digunakan dalam menelusuri hadis-hadis tentang tawakkal ada dua macam yaitu;
Pertama: metode takhri>j \ berdasarkan tema hadis atau takri>j bi al-Maud}u>’ , dalam menjalankan metode ini penulis merujuk kepada kitab Mifta>h Kunu>z al-Sunnnah yang disusun oleh Arnold John Wensinck (w. 1939 M.) yang diterjemahkan kedalam bahasa Arab oleh Muh}ammad Fua>d ‘Abd al-Ba>qy. Setelah penulis menelusuri hadis-hadis yang diteliti dengan menempuh metode ini, maka riwayat hadis yang terkait dengan masalah tawakkal terdapat pada huruf ت dengan tema utama التَّوَكُّلْ dengan dua sub tema yaitu الإِتِّكَالُ وَ الأََعْمَالْ dan التَّوَكُّلْ.
Kedua: metode takhri>j berdasarkan awal lafal hadis atau takhri>j al-h}adi>s\ bi ma’rifat awwali matn al-h}adi>s\ , dalam menjalankan metode ini penulis merujuk kepada kitab Mausu>’ah At}ra>f al-H{adi>s\ al-Nabawiyy al-Syari>f yang disusun oleh Abu> Ha>jir Muh}ammad al-Sa’i>d bin Bas-yu>ny Zaghlu>l. Setelah menelusuri hadis-hadis yang diteliti dengan menempuh metode ini, maka riwayat hadis yang ditelusuri ditemukan pada beberapa awal-awal kalimat hadis:الألف مع الذال (إذاً يتكلون), الألف مع النون المشدد (إني أخشاكى أن ستكلوا عليه), (إني أخاف أن يتكلوا عليها), اللام الألف (لا، إني أخاف أن يتكلوا) dan (لا، إني أخشى أن يتكلوا), (لا تبشرهم فيتكلون), اللام مع الواو (لوأنكم توكلتم...), dan (لو أنكم كنتم توكلون...).
Dari hasil penelusuran terhadap hadis-hadis tentang tawakkal dengan menggunaka dua metode tersebut, ternyata ditemukan bahwa hadis-hadis yang diteliti termuat dalam kitab-kitab hadis berikut:
a. S}ah}i>h} al-Bukha>ry memuat 3 riwayat
b. S}ah}i>h} Muslim memuat 2 riwayat
c. Sunan al-Tirmiz}y memuat 1 riwayat
d. Sunan Ibnu Ma>jah memuat 1 riwayat
e. Musnad Ah}mad memuat 5 riwayat
Dengan demikian, hadis-hadis tentang tawakkal yang berhasil dikumpulkan berdasarkan data yang diperoleh dari kedua kamus (Mifta>h} dan Mausu>’ah At}ra>f al-Hadi>s\) berjumlah 12 riwayat yang termuat dalam lima kitab hadis dari Sembilan kitab hadis yang terkenal (kutub al-tis’ah).
2. Susunan Sanad dan Matan Hadis
Untuk memudahkan pembahasan tentang hadis-hadis tawakkal lebih lanjut, maka susunan sanad dan matan hadis yang akan dikutip disuusun berdasrkan klasifikasi masalah sebagai berikut:
a. Hadis-hadis tentang Hakikat Tawakkal
1) Riwayat al-Tirmiz}y
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ سَعِيدٍ الْكِنْدِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ حَيْوَةَ بْنِ شُرَيْحٍ عَنْ بَكْرِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ هُبَيْرَةَ عَنْ أَبِي تَمِيمٍ الْجَيْشَانِيِّ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا.
Terjemahannya:
‘Aly bin Sa’i>d al-Kindy menceritakan kepada kami, Ibu al-Muba>rak menceritakan kepada kami, dari H{aiwah bin Syuraih}, dari Bakr bin ‘Amr, dari ‘Abd al-Alla>h bin Hubairah, dari Abu> Tami>m al-Jaisya>niyy, dari Umar bin al-Khat}t}a>b ra berkata: Rasulullah Saw. Bersabda: “Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah Swt. dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki (oleh Allah SWT), sebagaimana seekor burung diberi rizki; dimana ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang”.
2) Riwayat Ibnu Ma>jah
حَدَّثَنَا حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي ابْنُ لَهِيعَةَ عَنْ ابْنِ هُبَيْرَةَ عَنْ أَبِي تَمِيمٍ الْجَيْشَانِيِّ قَالَ سَمِعْتُ عُمَرَ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا.
Terjemahannya:
H{armalah bin Yah}ya menceritakan kepada kami, ‘Abd al-Alla>h bin Wahb menceritakan kepada kami, Ibnu Lahi>’ah memberitakan kepadaku, dari Ibnu Hubairah, dari Abu> Tami>m al-Jaisya>niyy, aku telah mendegarkan Umar berkata: aku pernah mendengarkan Rasulullah Saw. bersabda: “Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah Swt. dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki (oleh Allah Swt.), sebagaimana seekor burung diberi rizki; dimana ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang”.

3) Riwayat Ah}mad
حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا حَيْوَةُ أَخْبَرَنِي بَكْرُ بْنُ عَمْرٍو أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ هُبَيْرَةَ يَقُولُ إِنَّهُ سَمِعَ أَبَا تَمِيمٍ الْجَيْشَانِيَّ يَقُولُ سَمِعَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ: إِنَّهُ سَمِعَ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا.
Terjemahannya:
Abu> ‘Abd al-Rahma>n menceritakan kepada kami, H{aiwah menceritakan kepada kami, Bakr bin ‘Amr memberitakan kepadaku bahwa dia mendengrakan ‘Abd al-Alla>h bin Hubairah berkata, bahwa dia mendengarkan Abu> Tami>m al-Jaisya>niyy berkata, bahwa dia telah mendegarkan Umar r.a. berkata: bahwa dia mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah Swt. dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki (oleh Allah Swt.), sebagaimana seekor burung diberi rizki; dimana ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang”.
حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ أَنْبَأَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ هُبَيْرَةَ عَنْ أَبِي تَمِيمٍ أَنَّهُ سَمِعَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا.
Terjemahannya:
H{ajja>j menceritakan kepada kami, Ibnu Lahi>’ah menyampaikan kepada kami, dari ‘Abd al-Alla>h bin Hubairah berkata, bahwa dia mendengarkan Abu> Tami>m bahwa dia telah mendegarkan Umar r.a. berkata: bahwa dia mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah Swt. dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki (oleh Allah Swt.), sebagaimana seekor burung diberi rizki; dimana ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang”.
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ إِسْحَاقَ أَنْبَأَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ هُبَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا تَمِيمٍ الْجَيْشَانِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ أَلَا تَرَوْنَ أَنَّهَا تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا.

Terjemahannya:
Yah}ya bin Ish}a>q menceritakan kepada kami, Ibnu Lahi>’ah menyampaikan kepada kami, ‘Abd al-Alla>h bin Hubairah menceritakan kepada kami dan berkata, aku telah mendengarkan Abu> Tami>m al-Jaisya>niyy berkata: aku telah mendegarkan Umar bin al-Khat}t}a>b r.a. berkata: aku telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah Swt. dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki (oleh Allah Swt.), sebagaimana seekor burung diberi rizki; dimana ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang”.
b. Hadis-hadis tentang sinergitas antara tawakkal dan amal
1) Riwayat al-Bukha>ry
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ: حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ قَتَادَةَ قَالَ: حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمُعاذٌ رَدِيفُهُ عَلَى الرَّحْلِ قَالَ: يَا مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ!، قَالَ: لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَسَعْدَيْكَ!، قَالَ: يَا مُعَاذُ !، قَالَ: لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَسَعْدَيْكَ!، ثَلَاثًا قَالَ: مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ إِلَّا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُخْبِرُ بِهِ النَّاسَ فَيَسْتَبْشِرُوا؟، قَالَ: إِذًا يَتَّكِلُوا. وَأَخْبَرَ بِهَا مُعَاذٌ عِنْدَ مَوْتِهِ تَأَثُّمًا.
Terjemahannya:
Ish}a>q bin Ibra>hi>m menceritakan kepada kami dia berkata: Mu’a>z} bin Hisya>m menceritakan kepada kami dia berkata: Ayahku menceritakan kepadaku, dari Qata>dah dia berkata: Anas bin Ma>lik menceritakan kepada kami: Bahwasanya Rasulullah Saw dalam suatu perjalanan yang ditemani oleh Mu’az} beliau bersabda: wahai Mu’az bin Jabal !, Mu’az menjawab: Aku memenuhi panggilanmu dengan senang hati wahai Rasul Allah !, beliau Saw bersabda: wahai Mu’a>z} !, Mu’a>z} menjawab: Aku memenuhi panggilanmu dengan senang hati wahai Rasulul Alla>h ! sebanyak tiga kali, beliau Saw bersabda: Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah dengan penuh kejujuran dalam hatinya kecuali Allah Swt mengharamkan baginya neraka, Mu’a>z} berkata: Wahai Rasul Allah tidakkah aku beritakan hal ini kepada manusia agar mereka bergembira? Rasulullah Saw bersabda: Jadi mereka akan pasrah, kemudian Mu’az} merasa berdosa setelah menyampaikan berita ini pada saat ajalnya menjelang.
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ قَالَ سَمِعْتُ أَبِي قَالَ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ قَالَ: ذُكِرَ لِي أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ: مَنْ لَقِيَ اللَّهَ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ، قَالَ: أَلَا أُبَشِّرُ النَّاسَ؟، قَالَ: لَا، إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَتَّكِلُوا
Terjemahannya:
Musaddad menceritakan kepada kami dia berkata: Mu’tamar menceritakan kepada kami dia berkata: aku mendengaarkan Ayahku berkata, aku telah mendengarkan Anas bin Ma>lik berkata: telah disampaikan kepadaku bahwasanya Rasulullah Saw bersabda kepada Mu’a>z} bin Jabal: Barangsiapa yang menemui Allah Swt dalam kondisi tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun maka dia akan masuk surga, Mu’a>z} berkata: tidakkah aku beritakan kepada manusia (tentang hal ini-pent)? Rasulullah Saw bersabda: Tidak, Aku takut mereka akan pasrah.
حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ ابْنُ إِبْرَاهِيمَ سَمِعَ يَحْيَى بْنَ آدَمَ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ عَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ عَنْ مُعَاذٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ فَقَالَ: يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ؟، قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ!، قَالَ: فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ النَّاسَ؟، قَالَ: لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا

Terjemahannya:
Ish}a>q bin Ibra>hi>m menceritakan kepada kami bahwa dia mendengarkan Yah}ya bin A al-Ah}was} menceritakan kepada kami, dari Abu> Ish}a>q dari ‘Amr bin Maimu>n dari Mu’a>z} r.a. dia berkata: Aku pernah menemani Rasulullah Saw. (sedang beliau berada) di atas (pundak) seekor keledai yang dikenal dengan sebutan ‘ufair, kemudian beliau bersabda: Wahai Mu’a>z} tahukah kamu hak Allah atas hamba-Nya dan apa saja hak para hamba atas Allah? Aku menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahu, beliau Saw. bersabda: Sesungguhnya hak Allah atas hambanya adalah bahwa mereka menyembah-Nya dan tidak mensekutukannya dengan sesuatu apa pun, sementara hak hamba atas Allah Swt adalah tidak menyiksa mereka yang tidak mensekutukan Allah Swt. Kemudian aku berkata: Wahai Rasulullah bolehkah aku menyampaikan berita gembira ini kepada manusia? Beliau Saw bersabda: Jangan kamu beritakan (berita gembira ini) kepada mereka lalu mereka berpasrah.
2) Riwayat Muslim
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ سَلَّامُ بْنُ سُلَيْمٍ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ عَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ: كُنْتُ رِدْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ قَالَ: فَقَالَ: يَا مُعَاذُ تَدْرِي مَا حَقُّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ؟ قَالَ: قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ! قَالَ: فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَحَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ النَّاسَ؟ قَالَ: لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا
Terjemahannya:
Abu> Bakr bin Abi> Syaibah menceritakan kepada kami, Abu> al-Ah}was} Salla>m bin Sulaim menceritakan kepada kami, dari Abu> Ish}a>q dari ‘Amr bin Maimu>n dari Mu’a>z} r.a. dia berkata: Aku pernah menemani Rasulullah Saw. (sedang beliau berada) di atas (pundak) seekor keledai yang dikenal dengan sebutan ‘ufair, Mu’a>z} berkata: kemudian beliau bersabda: Wahai Mu’a>z} tahukah kamu hak Allah atas hamba-Nya dan apa saja hak para hamba atas Allah? Mu’a>z} berate: Aku menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahu!, beliau Saw. bersabda: Sesungguhnya hak Allah atas hambanya adalah bahwa mereka menyembah-Nya dan tidak mensekutukannya dengan sesuatu apa pun, sementara hak hamba atas Allah Swt adalah tidak menyiksa mereka yang tidak mensekutukan Allah Swt. Mu’a>z} berkata: Kemudian aku berkata: Wahai Rasulullah bolehkah aku menyampaikan berita gembira ini kepada manusia? Beliau Saw bersabda: Jangan kamu beritakan (berita gembira ini) kepada mereka lalu mereka berpasrah.
حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ مَنْصُورٍ أَخْبَرَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ قَتَادَةَ قَالَ حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ رَدِيفُهُ عَلَى الرَّحْلِ قَالَ: يَا مُعَاذُ !، قَالَ: لَبَّيْكَ رَسُولَ اللَّهِ وَسَعْدَيْكَ!، قَالَ: يَا مُعَاذُ !، قَالَ لَبَّيْكَ رَسُولَ اللَّهِ وَسَعْدَيْكَ!، قَالَ: يَا مُعَاذُ ! قَالَ: لَبَّيْكَ رَسُولَ اللَّهِ وَسَعْدَيْكَ!، قَالَ: مَا مِنْ عَبْدٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ إِلَّا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُخْبِرُ بِهَا النَّاسَ فَيَسْتَبْشِرُوا؟، قَالَ إِذًا يَتَّكِلُوا ، فَأَخْبَرَ بِهَا مُعَاذٌ عِنْدَ مَوْتِهِ تَأَثُّمًا.
Terjemahannya:
Ish}a>q bin Mans}u>r menceritakan kepada kami dia berkata: Mu’a>z} bin Hisya>m memberitakan kepada kami dia berkata: Ayahku menceritakan kepadaku, dari Qata>dah dia berkata: Anas bin Ma>lik menceritakan kepada kami: Bahwasanya Nabi Allah Saw dalam suatu perjalanan yang ditemani oleh Mu’az} beliau bersabda: wahai Mu’az !, Mu’az menjawab: Aku memenuhi panggilanmu dengan senang hati wahai Rasul Allah !, beliau Saw bersabda: wahai Mu’a>z} !, Mu’a>z} menjawab: Aku memenuhi panggilanmu dengan senang hati wahai Rasulul Alla>h ! beliau Saw bersabda: wahai Mu’a>z} !, Mu’a>z} menjawab: Aku memenuhi panggilanmu dengan senang hati wahai Rasulul Alla>h !, beliau Saw bersabda: Tidaklah seorang hamba bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul Allah kecuali Allah mengharamkan baginya neraka, Mu’a>z} berkata: Wahai Rasul Allah tidakkah aku beritakan hal ini kepada manusia agar mereka bergembira? Rasulullah Saw bersabda: Jadi mereka akan pasrah, kemudian Mu’az} merasa berdosa setelah menyampaikan berita ini pada saat ajalnya menjelang.


3) Riwayat Ah}mad
حَدَّثَنَا عَارِمٌ حَدَّثَنَا مُعْتَمِرُ بْنُ سُلَيْمَانَ قَالَ سَمِعْتُ أَبِي يَقُولُ حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّهُ ذُكِرَ لَهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِمُعَاذٍ: مَنْ لَقِيَ اللَّهَ لَا يُشْرِكُ بِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ، قَالَ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ النَّاسَ؟ قَالَ: لَا، إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَتَّكِلُوا عَلَيْهَا أَوْ كَمَا قَالَ
Terjemahannya:
‘An menceritakan kepada kami dia berkata: aku mendengarkan Ayahku berkata, Anas bin Ma>lik menceritakan kepada kami: bahwa telah disampaikan kepadanya bahwasanya Nabi Saw bersabda kepada Mu’a>z}: Barangsiapa yang menemui Allah Swt dalam kondisi tidak menyekutukannya maka dia akan masuk surga, Mu’a>z} berkata: Wahai Nabi Allah tidakkah aku beritakan kepada manusia (tentang hal ini-pent)? Rasulullah Saw bersabda: Tidak, Aku takut mereka akan begantung kepadanya. Atau sebagaimana yang beliau katakan.
حَدَّثَنَا بَهْزٌ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ حَدَّثَهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ: يَا مُعَاذُ بْنَ جَبَلٍ! قَالَ: لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَسَعْدَيْكَ! قَالَ: لَا يَشْهَدُ عَبْدٌ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ثُمَّ يَمُوتُ عَلَى ذَلِكَ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ، قَالَ: قُلْتُ: أَفَلَا أُحَدِّثُ النَّاسَ؟ قَالَ: لَا، إِنِّي أَخْشَى أَنْ يَتَّكِلُوا عَلَيْهِ
Terjemahannya:
Bahz menceritakan kepada kami, Hamma>m menceritakan kepada kami, Qata>dah menceritakan kepada kami, dari Anas bin Ma>lik, bahwasanya Mu’a>z} bin Jabal menceritakan kepadanya, bahwasanya Nabi Saw bersabda kepadanya: Wahai Mu’a>z} bin Jabal! Mu’a>z} berkata: Aku memenuhi panggilanmu dengan senang hati wahai Rasulul Alla>h ! beluai Saw bersabda: Tidaklah seoang hamba bersaksi bahwa tiada sesembahan yang hak kecuali Allah Swt dan dia wafat dalam keadaan tersebut kecuali dia akan masuk surga, Mu’a>z} berkata: tidakkah aku menceritakan hal ini kepada manusia? Rasulullah Saw bersabda: Tidak, Aku khawatir mereka akan bergantung pada hal itu.

3. Penelitian Sanad Hadis
Pada poin terdahulu telah dikutip hadis-hadis tentang tawakkal dan riwayat-riwayat yang terkait dengannya berjumlah 12 riwayat dari lima mukharrij, hadis-hadis tersebut dielompokkan dalam dua kelompok masalah, itu berarti bahwa julamaah sanad yang akan diteliti berjumlah banyak. Oleh karena itu dalam melakukan kegiatan penelitian sanad (dira>sat al-asa>ni>d), penulis memilih satu sanad dalam setiap kelompok untuk diteliti secara cermat. Sanad hadis yang diteliti adalah sanad yang bukan sanad al-Buha>ry dan Muslim, kecuali bila ternayata sanad-sanad yang lain berkualitas d}a’i>f, maka penelitian terhadap salah satu diantara kedua sanad al-S}ah}i>h{ain menjadi alternative terakhir. Dalam menjalankan penelitian sanad ini penulis menyusunanya mulai dari mukharrij hingga kepada ra>wi pertama (sahabat) sebagai berikut:
a. Hadis-hadis tentang hakikat tawakkal
Hadis-hadis yang berhubungan dengan masalah ini terdapat lima riwayat dari tiga mukharrij, yaitu; al-Tirmiz}y, Ibnu Ma>jah dan Ah}mad. Untuk mempermudah proses kegiatan al-I’tiba>r, maka dibuatkan bundel isna>d sebagaimana yang terlihat pada gambar berikut:

Rasulullah S}alla> Alla>h ‘Alaihi wa Sallam
‘Umar bin al-Khat}t}a>b
Abu> Tami>m al-Jaysya>niy
‘Abd Alla>h bin Hubairah

Bakr bin ‘Amr
H{aiwah bin Syuraih} ‘Abd Alla>h bin Lahi>’ah

Ibn al-Muba>rak Abu> ‘Abd al-Rah}ma>n H{ajja>j Yah}ya bin Ish}a>q ‘Abd Alla>h bin Wahb
‘Aly bin Sa’i>d Ah}mad H{armalah bin Yah}ya

Al-Tirmiz}y Ibnu Ma>jah

Pada gambar bundel isna>d tersebut tercantum seluruh jalur sanad hadis dan nama-nama perawi. Dalam pada itu, tampak bahwa hanya satu orang sahabat yang berfungsi sebagai periwat tingat pertama dari hadis tersebut, yakni ‘Umar bin al-Khat}t}a>b. Pada tingkat kedua terdapat satu orang periwayat yakni Abu> Tami>m al-Jaysya>niy. Pada tingkat ketiga terdapat satu orang perawi yakni ‘Abd Alla>h bin Hubairah. Pada tingkat ketiga terdapat dua orang perawi masing-masing adalah H{aiwah bin Syuraih} dan ‘Abd Alla>h bin Lahi>’ah. Pada tingkat kelima terdapat lima orang perawi mereka adalah; Ibnu al-Muba>rak, Abu> ‘Abd al-Rahma>n, H{ajja>j, Yah}ya bin Ish}a>q, dan ‘Abd Alla>h bin Wahb. Pada tingkat keenam terdapat tiga orang perawi mereka adalah; ‘Aly bin Sa’i>d, Ah}mad bin H{anbal (mukharrij), dan H{armalah bin Yah}ya. Hal ini menuunjukkan bahwa tidak terdapat perawi yang berstatus sya>hid dan terdapat periwayat yang berstatus muta>bi’ pada tingkat ketiga dan seterusnya dari hadis yang diteliti. Dengan kenyataan tersebut, maka hadis yang bersangutan masuk dalam kategori hadis a>h}a>d yang perlu untuk diteliti keotentikannya berasal dari Nabi Saw atau tidak.
Lambang-lambang periwayatan (s}i>ghat al-tah}ammul wa al-ada>’) yang menghubungkan antara satu periwayat dengan periwayat lainnya dalam sanad meliputi: sami’tu, sami’a, h{addas\ana>, akhbarany, anba’ana>, dan ‘an.
Dalam melakukan penelitian sanad (dira>sat al-isna>d) hadis pada klasifikasi pertama ini penulis memilih salah satu dari sanad Ah}mad bin H{anbal melalui jalur H{ajja>j dengan melihat s}i>ghat al-tah}ammul wa al-ada>’ yang mengindikasikan adanya ‘illat. Berikut urutan periwayat yang tergabung dalam rangkaian sanad tersebut beserta lambang periwayatan yang digunakan oleh masing-masing perawi;
1) ‘Umar bin al-Khat}t}a>b (Periwayat I, sanad VI, sami’tu)
2) Abu> Tami>m (Periwayat II, sanad V, annahu sami’a)
3) ‘Abd Alla>h bin Hubairah (Perawi III, sanad IV, ‘an)
4) Ibnu Lahi>’ah (Periwayat IV, sanad III, ’an)
5) H{ajja>j (Periwayat V, sanad II, anbaana>)
6) Ah}mad bin H{anbal (Periwayat VI, mukharrij, h{addas\ana>).
Ah}mad bin H{anbal. Dia bernama lengkap Ah}mad bin Muh}ammad bin H{anbal bin Hila>l bin Asad al-Syaiba>ny abu> ‘Abd Alla>h al-Marwaz}y al-Baghda>dy (164-241 H). Dia berguru pada banyak ulama dari berbagai negeri seperti Ku>fah, Bas}rah, Makkah, Madi>nah, Yaman, Sya>m dan Jazi>rah diantara guru beliau adalah Ibra>hi>m bin Kha>lid al-S}an’a>ny, Bahz bin Asad, S|a>bit bin al-Wali>d bin ‘Abd Alla>h bin Jumai’, H{ajja>j bin Muh}ammad al-Mis}s}i>s}y, Sufya>n bin ‘Uyainah, dan banyak lagi selain mereka. Dia juga memiliki murid yang sangat banyak antara lain al-Bukha>ry (w. 256), Muslim (w. 261), Abu> Da>wu>d, dan kedua putranya ‘Abd Alla>h dan S}a>lih}.
Ah}mad adalah seorang perawi hadis yang terpuji baik dari sisi kualitas pribadinya (‘ada>lah) maupun kapasitas intelektualnya (d}a>bit}). Hal ini dapat dibuktikan dari komentar para ulama al-jarh} wa al-ta’di>l tentang dirinya dimana Yah}ya bin Ma’in berkata: “Saya tidak melihat seorang pun yang lebih baik (pengetahuannya dibidang hadis) melebihi Ah}mad. ‘Abd al-Razza>q berkata: “Aku tidak melihat seorang pun yang lebih faqi>h dan lebih wara’ dari Ah}mad”. Al-Sya>fi’y berkata: “Saya meninggalkan Baghdad dan tidak kutemukan seorang pun di Kota tersebut yang lebih faqi>h, lebih zuhud, lebih wara’, lebih ‘a>lim dari Ah}mad bin H{anbal”. Al-Anba>ry berkata: “Ahmad adalah h{ujjah”. Ibnu al-Madi>ny berkata: “Tidak seorang pun diantara sahabat kami yang h}a>fiz} (tentang dalam bidang hadis) dari Ah}mad”. ‘Abd al-Rah}ma>n bin Mahdy berkata: “Ah}mad adalah satu-satunya orang yang sangat mengetahui hadis Sufya>n al-S|aury”.
Tidak seorang yang mencela (tajri>h}) Ah}mad bin H{anbal bahkan sebaliknya seluruh ulama dalam bidang al-jarh} wa al-ta’di>l memberikan kepada pujian yang berperingkat tinggi dan tertinggi. Dengan demikian, pernyataan Ah}mad bin H{anbal bahwa dia telah menerima hadis dari H{ajja>j dengan s\i>ghah “h{addas\ana>” dipercaya kebenarannya yang berarti bahwa sanad antara Ah}mad bin H{anbal dan H{ajja>j dalam keadaan tersambung (muttas\il).
H{ajja>j. Dia bernama lengap H{ajja>j bin Muh}ammad al-Mas}i>s}y Abu> Muh}ammad al-A’war Maula> Sulaima>n bin Muja>lid Maula> Abu> Ja’far al-Mans\u>r, al-Tirmuzy}, al-Baghdal seperti Ibnu Ma’i>n dan al-Nasa>’i>y menilai H{ajja>j sebagai periwayat yang s\iqah. Al-Mu’ally al-Ra>zy memanadang bahwa H{ajja>j adalah seorang periwayat yang as\bat dari kalangan murid Ibnu Juraij. Muh{ammad bin Sa’i>d berkata: “Hajja>j adalah orang yang insya> Alla>h s\iqah dan s}adu>q”. Hanya saja pada masa tuanya H{ajja>j telah mulai pikun sehingga dalam hadis yang diriwayatkannya terjadi ikht}ila>t}. Hadis-hadis mukhtalit} tersebut diriwayatkan oleh Sunaid bin Da>wu>d al-Mis\s\i>s\y. Dalam masalah ini Yahya bin Ma’i>n ketika mendapati bahwa telah terjadi ikhtila>t} pada hafalan H{ajja>j dia pun meminta kepada putranya agar tidak mengizinkan siapa pun untuk mengambil hadis darinya.
Dari keterangan di atas menunjukkan bahwa tidak seorang pun dari para ulama al-Jarh} wa al-ta’di>l yang mencela kepribadiannya hanya saja kepikunannya pada akhir hayatnya tidak menahannya dari meriwayatkan hadis yang berakibat terjadinya khtila>t} al-asma>’ (tercampurnya nama-nama perawi) dalam sebuah sanad yang diriwaytkannya pada masa kepikunannya.
Adapun pernyataan H{ajja>j bahwa dia menerima hadis (yang diteliti) ini dari Ibnu Lahi>’ah dengan lambang anbaana> tidak dapat dipertanggungjawabkan, sebab dalam deretan nama guru H{ajja>j tidak ditemukan nama Ibnu Lahi>’ah (‘Abd Alla>h bin Lahi>’ah), demikian pula sebaliknya dimana dalam deretan nama murid Ibnu Lahi>’ah tidak ditemukan nama H{ajja>j bin Muh{ammad al-Mas\s\is\y. Sementara itu dalam deretan nama para guru Ah}mad bin H{anbal tidak ditemukan nama H{ajja>j selain H{ajja>j bin Muh}ammad al-Mas\s\is\y. Ini menunjukkan bahwa sanad antara H{ajja>j dan Ibnu Lahi>’ah tidak bersambung (ghairu muttas\il). Meski demikian riwayat Ibnu Wahb dan Yah}ya bin Ish}a>q dapat dijadikan i’tiba>r.
Ibnu Lahi>’ah. Dia bernama lengkap ‘Abd Alla>h bin Lahi>’ah bin ‘Uqbah bin Fur’a>n bin Rabi>’ah bin S|auba>n al-H{ad}ramy al-U”du>ly Abu> ‘Abd al-Rah}ma>n al-Mis\ry al-Faqi>h al-Qa>d}y (w. 174 H).
Para ulama seperti al-Da>ruqut}ny dan al-Nasa>’y memandangnya sebagai d}a’i>f. Sementara itu Ah}mad bin H{anbal menyatakan bahwa hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Lahi>’ah tidak dapat dijadikan h}ujjah dan aku menulis hadis-hadisnya sebagai bagian dari kegiatan i’tiba>r sebab anatar satu riwayat-dengan lainnya saling menguatkan. Pada bagian lain ‘Abd al-Rah}ma>n bin Kharra>sy berkata: “Hadis-hadis Ibnu Lahi>’ah tidak layak untuk ditulis”. Abu Zur’ah dan Yah}ya bin Ma’i>n keduanya berpendapat bahwa riwayat-riwayat Ibnu Lahi>’ah tidak dijadikan h}ujjah.
Merujuk kepada penilaian para ulama di atas diamana hamper seluruhnya men-jarh} Ibnu Lahi>’ah dan berdasarkan penelusuran hanya sedikit dianatara mereka yang men-ta’dil-kannya, maka kaidah yang tepat untuk digunakan dalam menyikapi penilaian para ulama tersebut adalah al-jarh} muqaddamun ‘ala> al-ta’di>l (penilaian negative lebih dikedepankan dari penilaian positif) dengan syarat jarh} yang disematkan kepada perawi harus mufassar (jelasa penyebabnya). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Ibnu Lahi>’ah adalah seorang yang d}a’i>f dan riwayat-riwayatnya utamanya riwayat yang disampaikannya pasca terbakarnya seluruh koleksi hadisnya (kitab) tidak dapat dipertanggungjawabkan (la> yuh}tajju bihi). Dengan demikian pernyataan Ibnu Lahi>’ah bahwa dia menerima hadis dari ‘Abd Alla>h bin Hubairah dalam bentuk ‘an’anah dapat dipertanggungjawabkan ketersambungannya, karena ‘Abd Alla>h bin Hubairah termasuk diantara deretan nama para guru Ibn Lahi>’ah. Dengan kenyataan yang demikian, maka riwayat H{aiwah dari Bakr bin ‘Amr dari ‘Abd Alla>h bin Hubairah dapat dijadikan sebagai i’tibar.
‘Abd Alla>h bin Hubairah. Dia bernama lengkap ‘Abd Alla>h bin Hubairah bin As’ad bin Kahla>n al-Saba’y al-Had}ramy, Abu> Hubairah al-Mis}ry (w. 126 H).
Diantara guru tempat dimana Ibnu Hubairah menuntut ilmu adalah Isam>’i>l bin ‘Ubaid al-Ans\a>ry, ‘Abd al-Rah}ma>n bin Jubair, ‘Ikrimah Maula> Ibnu ‘Abba>s, Maslah bin Makhlad, Yah}ya al-A’raj, Abu> Tami>m al-Jaysya>niy, Abu> ‘Abd al-Rahma>n al-H}ubuly dan selain mereka. Para murid yang mengambil hadis darinya adalah H{aiwah bin Syuraih}, ‘Abd Alla>h bin Lahi>’ah, Mu>sa> bin Muh}ammad bin Syarah}bi>l dan selain mereka.
Para ulama al-Jarh} wa al-ta’di>l memberikan pujian kepadanya baik dari segi kualitas pribadi maupun kapasitas intelektualnya dimana Ah}mad bin H{anbal menyatakan bahwa Ibnu Hubairah adalah seorang yang s\iqah, Abu> Da>wu>d menyatakan bahwa Ibnu Hubairah ma’ru>f (orang yang sangat dikenal kepribadiannya yang mulia dan kapasiatas inteletualnya yang baik). Ibnu H{ibban bahakan menyebutkannya dalam karyanya al-s\iqa>t.
Tidak seorang yang mencela (tajri>h}) ‘Abd Alla>h bin Hubairah. Dengan demikian, pernyataannya bahwa dia telah menerima hadis dari Abu> Tami>m al-Jaisya>niy dengan s\i>ghah “’an’anah” dipercaya kebenarannya yang berarti bahwa sanad antara ‘Abd Alla>h bin Hubairah dan Abu> Tami>m dalam keadaan tersambung (muttas\il).
Abu> Tami>m. Dia bernama lengkam ‘Abd Alla>h bin Ma>lik bin Abi> al-Ash}am Abu> Tami>m al-Jaysya>niy al-Ru’ainiy al-Mis\ry (w. 77 H).
Diantara para guru tempat Abu Tami>m mengambil ilmu adalah ‘Uqbah bin ‘A T{a>lib, ‘Umar bin al-Khat}t}a>b, Mu’a>z} bin Jabal, Abu> Z{arr al-Ghifa>ry. Adapun murid-muridnya yang mengambil ilmu darinya anataralain Bakr bin Sawa>dah al-Juz}a>my, ‘Abd Alla>h bin Hubairah, dan Ka’ab bin ‘Alqamah al-Tannu>khy.
Para ulama al-jarh} wa al-ta’di>l memuji kepribadian dan kapasiatas intelektual Abu> Tami>m seperti Ibnu Ma’i>n yang mayatakan bahwa Abu Tami>m adalah seorang yang s\iqah. Mars\ad bin ‘Abd Alla>h al-Yazany dan Ibnu Hi{bba>n keduanya berkata: “Abu> Tami>m adalah seorang ahli ibadah Mesir”.
Tidak seorang pun yang mencela (tajri>h}) ‘Abu> Tami>m. Dengan demikian, pernyataannya bahwa dia telah menerima hadis dari ‘Umar bin Al-Khat}t}a>b dengan s\i>ghah “sami’a” dipercaya kebenarannya yang berarti bahwa sanad antara Abu> Tami>m dan ‘Umar bin al-Khat}t}a>b dalam keadaan tersambung (muttas\il).
‘Umar bin al-Khat}t}a>b. Dia bernama lengkap ‘Umar bin al-Khat}t}a>b bin Nufail bin ‘Abd al-‘Uzza> bin Riya>h} bin bin ‘Abd Alla>h bin Qurt} bin Raza>h} bin ‘Ady bin Ka’ab bin Luay ibnu Gha>lib al-Qurasyi> al-‘Adawy, Abu H{afs\ Ami>r al-Mu’mini>n. beliau adalah salah seorang sahabat Rasulullah Saw yang sangat terkenal akan kemuliaan dan posisinya disisi Rasulullah Saw bahkan ‘Aly bin Abi> T}a>lib pernah berkata: “Sebaik-baik manusia setelah Rasulullah Saw adalah Abu Bakar kemudian ‘Umar”.
Setelah meneliti seluruh individu periwayat yang terdapat dalam sanad Ah{mad bin H{anbal dari jalur H{ajja>j ditemukan bahwa sanad hadis ini diriwayatkan oleh para perawi hadis dari Mesir (riwa>yat al-Mis\riyyi>n) dimana Ibnu Lahi>’ah, Ibnu Hubairah, dan Abu Tami>m kesemuanya berasal dari Mesir. Pada bagian yang lain hadis ini memiliki ‘illat (cacat) yang jelas dimana tidak terdapat ketersambungan sanad anatar H{ajja>j dan Ibnu Lahi>’ah, salain hal ini menunjukkan kecacatan juga merupakan bentuk sya>z} (kejanggalan) yang jelas. ‘illat yang lain adalah bahwa Ibnu Lahi>’ah adalah seorang yang di-d}a’if-kan oleh mayoritas ulama al-jarh} wa al-ta’di>l dimana riwayat-riwayatnya tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan demikian seluruh sanad Ah}mad dengan jalur H{ajja>j dan Yah}ya bin Ish}a>q demikian pula dengan sanad Ibnu Ma>jah dengan jalur Ibnu Wahb kesemuanya adalah d}a’i>f (lemah) disebabkan karena adanya Ibnu Lahi>’ah dalam jalur sanad tersebut.
Meskipun tiga jalur sanad yang berhubungan dengan hadis yang diteliti merupakkan sanad yang d}a’i>f , tetapi sanad tersebut mendapat dukungan (muta>bi’) dari dua jalur sanad yang lain yakni dari sanad Ahmad dari jalur Abu ‘Abd al-Rah}ma>n (‘Abd Alla>h bin Yazi>d al-Muqriy) dan sanad al-Tirmiz}y dari jalur ‘Aly bin Sa’i>d yang kesemua perawinya adalah s\iqah. Dengan demikan dapat dinyatakan bahwa hadis dengan jalur sanad selain jalur sanad yang diteliti dapat dikatakan sebagai sanad dengan kualitas h}asan li ghairihi (baik karena adanya dukungan dari sanad yang lain). Adapun sanad yang diteliti ini adalah sanad yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya karena terputusnya sanad anatara H{ajja>j dan Ibnu Lahi>’ah.
b. Hadis-hadis tentang sinergitas antara tawakkal dan amal
Hadis-hadis yang berhubungan dengan masalah ini terdapat lima riwayat dari tiga mukharrij, yaitu; al-Buka>ry, Muslim dan Ah}mad. Penulis memutuskan untuk tidak melakukan penelitian terhadap individu para perawi hadis yang terdapat dalam salah satu sanad dari hadis yang dibahas, dengan asumsi bahwa hadis-hadis tersebut telah diriwayatkan secara baik oleh al-Bukhary dan Muslim dimana para ulama Islam bersepakat bahwa kitab ter-s}ah}i>h} setelah al-Qur’an adalah S{ah}i>h} al-Bukha>ry kemudian S{ah}i>h} Muslim.

B. Hakikat Tawakkal
Dari segi bahasa, tawakal berasal dari kata ‘tawakala’ yang memiliki arti; menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan. Seseorang yang bertawakal adalah seseorang yang menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan segala urusannya hanya kepada Allah SWT.
Sedangkan dari segi istilahnya, tawakal didefinisikan oleh beberapa ulama salaf, yang sesungguhnya memiliki muara yang sama. Diantara definisi mereka adalah:
Menurut Imam Ahmad bin Hambal; Tawakal merupakan aktivias hati, artinya tawakal itu merupakan perbuatan yang dilakukan oleh hati, bukan sesuatu yang diucapkan oleh lisan, bukan pula sesuatu yang dilakukan oleh anggota tubuh. Dan tawakal juga bukan merupakan sebuah keilmuan dan pengetahuan.
Ibnu Qoyim al-Jauziyah; “Tawakal merupakan amalan dan ubudiyah (baca; penghambaan) hati dengan menyandarkan segala sesuatu hanya kepada Allah, tsiqah terhadap-Nya, berlindung hanya kepada-Nya dan ridha atas sesuatu yang menimpa dirinya, berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan memberikannya segala ‘kecukupan’ bagi dirinya…, dengan tetap melaksanakan ‘sebab-sebab’ (baca ; faktor-faktor yang mengarakhkannya pada sesuatu yang dicarinya) serta usaha keras untuk dapat memperolehnya.”
Sebagian ulama lainnya memberikan komentar beragam mengenai pernak pernik takawal, diantaranya adalah ungkapan : Jika dikatakan bahwa Dinul Islam secara umum meliputi dua aspek; yaitu al-isti’anah (meminta pertolongan Allah) dan al-inabah (taubat kepada Allah), maka tawakal merupakan setengah dari komponen Dinul Islam. Karena tawakal merupakan repleksi dari al-isti’anah (meminta pertolongan hanya kepada Allah SWT) : Seseorang yang hanya meminta pertolongan dan perlindungan kepada Allah, menyandarkan dirinya hanya kepada-Nya, maka pada hakekatnya ia bertawakal kepada Allah.
Sahl bin Abdillah al-Tasattiri juga mengemukakan bahwa ‘ilmu merupakan jalan menuju penghambaan kepada Allah. Penghambaan merupakan jalan menuju kewara’an (sifat menjauhkan diri dari segala kemaksiatan). Kewaraan merupakan jalan mmenuju pada kezuhudan. Dan kezuhudan merupakan jalan menuju pada ketawakalan.
Tawakal merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan dalam Islam. Oleh karena itulah, kita dapat melihat, banyak sekali ayat-ayat ataupun hadits-hadits yang memiliki muatan mengenai tawakal kepada Allah SWT. Demikian juga para salafus shaleh, juga sangat memperhatikan masalah ini. Sehingga mereka memiliki ungkapan-ungkapan khusus mengenai tawakal.
Hadits di atas menjelaskan tentang hakekat tawakal yang digambarkan oleh Rasulullah SAW dengan perumpamaan seekor burung. Dimana burung pergi (baca ; mencari karunia Allah) pada pagi hari dengan perut kosong karena lapar, namun di sore hari ia pulang dalam keadaan perut kenyang dan terisi penuh. Karena pada hakekatnya Allah SWT lah yang memberikan rizkinya sesuai dengan kebutuhannya.
Demikian juga manusia, sekiranya manusia benar-benar bertawakal kepada Allah SWT dengan mengamalkan hakekat tawakal yang sesungguhnya, tentulah dari aspek rizki, Allah SWT akan memberikan rizki padanya sebagaimana seekor burung yang berangkat pada pagi hari dengan perut kosong dan pulang pada sore hari dengan perut kenyang. Artinya insya Allah rizkinya akan Allah cukupi.

C. Sinergitas antara Tawakkal dan Amal
Pasrah terhadap takdir yang telah ditetapkan merupakan bentuk tawakkal seorang hamba kepada Rabbnya dan hal tersebut merupakan bagian dari ibadah yang hanya diperuntukkan kepada Allah Swt dan tidak boleh di selewengkan kepada selain-Nya, adapun hamba yang bertwakkal dengan menggantungkan segala urusannya kepada Allah Swt, maka Allah Swt akan mencukupkan segala keperluan hamba tersebut dimana pun, kapan pun dan bagaimana pun keadaan hamba tersebut, dalam hal ini Allah Swt berfirman :
...        •           
Terjemahannya:
Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (Q.S Al-Talaq [65] : 3)

Kata “Tawakkal” yang terdapat pada ayat ini berbeda dengan maksud dari kata “tawakkal” yang terdapat pada hadis Rasulullah Saw di atas dimana kata “Tawakkal” yang disebutkan pada ayat adalah bahwa perintah untuk berserah diri kepada Allah Swt atas segala bentuk pekerjaan, akan tetapi mencari sebab (berusaha dan bekerja) tidak menafikan tawakkal bahakan Allah swt memerintahkan untuk mencari dan berusaha, akn tetapi hasil dari usaha tersebut diserahkan kepada Allah swt dengan tidak bersandar dengan sedikit dan banyaknya modal usaha.
Petunjuk dari al-Qur’an sejalan dengan sabda Rasulullah Saw yang melarang untuk hanya sekedar duduk dan bertawakkal tanpa usaha yang berarti dalam mendapatkan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat, sebab takdir merupakan perkara yang tidak diketahui keadaannya dan pekerjaan merupakan tanda yang tampak menuju kepada takdir tersebut dimana Allah menjadikan usaha sebagai media untuk mencapai sebuah hasil akhir apakah di surga atau di neraka, maka seseorang harus berjalan pada rel yang ada, karena dengan takdir tersebut seseorang mendapatkan kemudahan dalam menjalani usahanya. Berdasarkan analisis tersebut, maka perkara yang sema terjadi pula pada rezki dimana secara takdir rezki telah dibagi berdasarkan kadarnya masing-masing kepada setiap makhluk, akan tetapi rezki yang telah ditetapkan tersebut tidak akan diperoleh tanpa kesungguhan dalam usaha, sebab manusia akan mendapatkan hasil apakah maksimal atau tidak berdasarkan apa yang diusahakannya, bukan disebabkan dari apa yang telah ditetapkan oleh Allah Swt atasnya, karena kebodohan manusia terhadap takdir mengharuskan seorang muslim untuk berusaha semaksimal mungkin dalam menambah rezkinya dan memperbaiki bangunan kehidupan dunianya, dan berusaha mencari segala hal yang memberikan manfaat baginya.
Keterangan ini menunjukkan kekeliruan pendapat kaum Jabariyyah, karena kemudahan yang diberikan oleh Allah Swt berbeda dengan pemaksaan kehendak Allah Swt terhadap hamba-Nya atas apa yang telah ditetapkan-Nya, sebab Allah Swt sama sekali tidak akan pernah menzhalimi hamba-Nya sedikit pun, dan kemudahan yang dimaksudkan dalam ayat Q.S Al-Lail: 07 adalah kemudahan dalam mengerjakan segala bentuk ketaatan, sementara kesengsaraan yang dimaksud dalam ayat Q.S Al-Lail: 10 adalah kesengsraan dalam mengerjakan segala bentuk kemaksiatan.
Inti dari uraian ini bahwa tidak terdapat jalan bagi seorang hamba untuk memaksakan diri bersandar kepada takdir dengan cara yang serampangan tanpa adanya usaha yang maksimal untuk mencapai kehidupan yang layak dan penuh dengan kebahagian baik di dunia maupun di akhirat kelak, sebab Allah Swt tidak menilai hamba-Nya berdsarkan takdir yang telah ditetapkan-Nya, melainkan Dia menilai berdasarkan usaha hamba-Nya.

Bab III
KESIMPULAN
Dari seluruh uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hadis-hadis yang behubungan masalah tawakkal sangatlah banyak. Adapun hadi-hadis yang diuraikan dalam makalah ini hanya sebagai sampel dalam penelitian. Hadis-hadis yang telah diteliti memiliki kualitas yang berbeda dimana hadis-hadis pada klasifikasi pertama terdapat ‘illat al-qa>dih}ah (cacat yang nyata) yaitu tidak bersambungnya salah satu sanad diantara sanad yang ada, sementara pada sanad yang lain terdapat seorang perawi yang dinali d}a’i>f (lemah) oleh para ulama al-jarh} wa al-ta’di>l. meski demikian sanad hadis yang diteliti tetap dapat dipertahankan sebagai hujjah sebab derajatnya menjadi hasan li ghairih karena adanya dukungan dari sanad yang lain. Adapun dari segi matan hadis perbedan yang terjadi hanya pada bagian awal matan hadis dimana sama sekali tidak merubah makna dan maksud dari hadis. Pada klasifikasi hadis kedua seluruh perawinya adalah s\iqah dengan asumsi bahwa hadis tersebut diriwayatkan secara baik oleh al-Bukhary dan Muslim diamana karya s}ah}i>h} keduanya telah disepakati sebagai kitab ter-s}ah}i>h} setelah al-Qur’an.
Tawakal merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan dalam Islam. Oleh karena itulah, kita dapat melihat, banyak sekali ayat-ayat ataupun hadits-hadits yang memiliki muatan mengenai tawakal kepada Allah SWT. Demikian juga para salafus shaleh, juga sangat memperhatikan masalah ini. Sehingga mereka memiliki ungkapan-ungkapan khusus mengenai tawakal. Diantara hadis yang menjelaskan tentang hakekat tawakal adalah hadis yang diteliti dimana Rasulullah SAW memberikan perumpamaan seekor burung. Dimana burung pergi (baca ; mencari karunia Allah) pada pagi hari dengan perut kosong karena lapar, namun di sore hari ia pulang dalam keadaan perut kenyang dan terisi penuh. Karena pada hakekatnya Allah SWT lah yang memberikan rizkinya sesuai dengan kebutuhannya.
Dengan demikian Tidak terdapat jalan bagi seorang hamba untuk memaksakan diri bersandar kepada takdir dengan cara yang serampangan tanpa adanya usaha yang maksimal untuk mencapai kehidupan yang layak dan penuh dengan kebahagian baik di dunia maupun di akhirat kelak, sebab Allah Swt tidak menilai hamba-Nya berdsarkan takdir yang telah ditetapkan-Nya, melainkan Dia menilai berdasarkan usaha hamba-Nya.

Daftar Pustaka

- Abu> Ja’far Muh}ammad bin Jari>r al-T{abary (224-310 H), Ja>mi’ al-Baya>n ‘An Ta’wi>l An Vol. 11 (Cet. I; Kairo: Da>r Hijr, 2001)

- Ahmad Mus}t}afa> al-Mara>ghy Vol. 10 (Cet. I; Mesir: Syarikah Makatabah wa Mat}ba’ah Mus}t}afa> al-Ba>by al-H{alaby wa Awla>duhu, 1946),

- Muh}ammad bin Abi> Bakr bin Ayyu>b Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Mada>rij al-Sa>liki>n baina Mana>zili Iyya>ka Na’budu wa Iyya>ka Nasta’i>n vol. 2 (Cet: I; Beiru>t: al-Maktabah al-‘Ilmiyyah,T.Th),.

- M. Syuhudi Ismail (w. 1995 M.), Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Cet: II; Jakarta, Bulan Bintang, 2007),

- S}ala>h} al-Di>n bin Ah}mad al-Ad}laby, Menalar Sabda Nabi; Menerapkan Metode Kritik Matan dalam Studi Hadis Terj. Ita Qonita (Cet. I; Yogyakarta: Insan Madani, 2010), h, 284-388.

- Mah}mu>d al-T{ah}h}a>n, Us}u>l al-Takhri>j wa Dira>sat al-Asa>ni>d (Cet. III; Riya>d}: Mat}abah al-Ma’a>rif, 1996), h. 37-38.

- Arnold John Wensinck (w. 1939 M.), Mifta>h Kunu>z al-Sunnnah Terj. Muh}ammad Fua>d ‘Abd al-Ba>qy (Lahore: Mat}ba’ah al-Ma’a>rif, 1978 ),

- Abu> Ha>jir Muh}ammad al-Sa’i>d bin Bas-yu>ny Zaghlu>l, Mausu>’ah At}ra>f al-H{adi>s\ al-Nabawiyy al-Syari>f vol. 1 (Cet. I; Beiru>t: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, T.Th), h. 428.

- Muh}ammad bin ‘I bin Su>rah al-Tirmiz}y (w. 279 H), Sunan al-Tirmiz}y al-Ma’ru>f bi Ja>mi’ al-Tirmiz}y, Ta’li>q oleh: Muh}ammad Na>s}ir al-Di>n al-Alba>ny, Bab: Zuhud tentang Tawakkal Kepada Allah Swt. No. Hadis: 2344 (Cet. I; Riya>d}: Maktabah al-Ma’a>rif, T.Th),

- Abu> ‘Abd al-Alla>h Muh}ammad bin Yazi>d al-Qazwi>ny al-Syahi>r bi Ibni Ma>jah (w. 209-273 h), Sunan Ibnu Ma>jah, Ta’li>q oleh: Muh}ammad Na>s}ir al-Di>n al-Alba>ny, Bab: Zuhud tentang Tawakkal dan Yakin No. Hadis: 4164 (Cet. I; Riya>d}: Maktabah al-Ma’a>rif, T.Th),

- Ahmad bin Muh}ammad bin H{anbal (w. 164-241 H), al-Musnad, Syarh} dan Penomoran oleh: H}amzah Ah}mad al-Zain No. Hadis: 205 vol. 1 (Cet. I; Kairo: Da>r al-H{adi>s\, 1995),
- Abu> ‘Abd al-Alla>h Muh}ammad bin Isma>’i>l bin Ibra>hi>m al-Bukha>ry (w. 194-256 H), al-Ja>mi’ al-S}ah}i>h al-Musnad min H{adi>s\i Rasu>lillahi S}alla> Alla>hu ‘Alaihi wa Sallam wa Sunanihi wa Ayya>mihi (S}aahi}i>h al-Bukha>ry)

- Bab Ilmu No. Hadis : 128 vol. 1 (Cet. I; Kairo: Mat}ba’ah al-Salafiyyah, 1400 H),

- Muslim bin H{ajja>j bin Muslim al-Qusyairy al-Naisa>bu>ry, No. Hadis: 49, vol. 1(Cet. I; Beirut: Da>r Ih}ya> al-Kutub al-Isla>miyyah, ‘I al-Ba>by al-H{alaby wa Syuraka>ihi, Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1991 H),

- Abu> al-H{ajja>j Yu>suf al-Mizzy (654-742 H), Tahz}i>b al-Kama>l fi> Asma> al-Rija>l Vol. 1 (Cet. II; Beiru>t: Muassasah al-Risa>lah, 1403 H/1983 M), h. 437-442. Ah}mad bin ‘Aly bin H{ajar al-‘Asqala>ny (w. 852 H), Tahz}i>b al-Tahz}i>b vol. 1 (Cet. II; Beiru>t: Muassasat al-Risa>lah, 1403 H/1983 M),

- Muh}ammad bin Ah}mad bin ‘Us\ma>n al-Z}ahaby (748-1374 H), Siyar a’la>m al-Nubala>’ vol. 8 (Cet. I; Beiru>t: Muassasat al-Risa>lah, 1983),

- Abu> al-Fala>h} ‘Abd al-H{ayyi bin Ah}mad bin Muh}ammad al-‘Ikry (1032-1089 H), Syaz}ara>t al-Z}ahab fi> Akhba>ri Man Z}ahab vol. 2 (Cet. I; Beiru>t: Da>r Ibnu Kas\i>r, 1988), h. 336-337.

- Shafiyurrahman al-Mubarakfury, Minnnatu al-Mun’im; fii Syarhi Shahih Muslim. (Cet. I; Riyadh: Dar al-Salam, 1420 H / 1999 M), juz. IV,

- Abu al-Fadh Iyadh bin Musa bin Iyadh al-Yahshaby, Ikamal al-Mu’lim bi Fawaidi Muslim. (Cet. I; al-Manshurah: 1419 H / 1998M), juz. VIII,

- Syahin al-Asyin, Fath al-Mun’im Syarh Shahih Muslim. (Cet. I; Mesir: Dar al-Syruq, 1423 H / 2002M), juz. X,

0 komentar:

Posting Komentar

apakah anda tidak menemukan yang anda cari??? silahkan tuliskan sesuatu yang anda cari itu....

FACEBOOK COMENT

ARTIKEL SEBELUMNYA

 
Blogger Templates