oleh : Amrullah, S.Th.I
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dinamika[1]
adalah suatu proseses terjadinya perubahan dalam tatanan kehidupan
bermasyarakat yang meliputi perubahan sikap,
pola pikir, dan tingkah laku[2].
Dengan dinamika tersebut cenderung berakeses pada terjadinya pergeseran-pergeseran
nilai dalam tatanan kehidupan masyarakat, yang berimplikasi pada tercipatanya
sebuah tatanan baru dalam kehidupan. Dinamika tersebut merupakan suatu
konsekuensi yang dialami dan mesti terjadi dalam suatu kelompok masyarakat
bahkan kepada seluruh manusia.
Masyarakat[3]
memiliki kecenderungan selalu berubah dan berkembang, dan perubahan tersebut
akan selalu berlaku pada semua masyarakat manusia, setiap saat di manapun
mereka hidup dan berada. Kadangkala perubahan itu berlangsung secara tiba-tiba
dan serentak, misalnya suatu sistem pemerintahan dihancurkan oleh revolusi dan
kemudian digantikan oleh pemerintahan yang berbeda dengan tatanan atau orde
sebelumnya. Kadangkala secara lambat gradual yang sukar diterima masyarakat,
malahan anggota masyarakat tersebut tak sadar atau tak memperhatikan akan
berlakunya perubahan yang telah melanda kehidupan mereka.
Manusia
yang hidup bermasyarkat ialah subyek serta obyek perubahan. Proses perubahan
mungkin berlangsung dalam berbagai jenis
kemajuan, yang lambat-sedang dan yang cepat, atau secara evolusi dan revolusi.
Perubahan
dapat menyangkut tentang berbagai hal, perubahan fisikal oleh proses alami dan
perubahan kehidupan manusia oleh dinamika kehidupan itu sendiri.[4]
Apabila
ditinjau dalam perspektif Islam, Muhammad sebagai pembawa risalah dengan
melakukan berbagai perubahan-perubahan dalam masyarakat Jahiliyah, dari
masyarakat yang polities (sebagai penyembah berhala)[5] ke
monoteis (menyembah hanya kepada Allah), dan selanjutnya berlanjut dari masa ke
masa hingga sekarang. Perjalanan dari waktu ke waktu tersebut dengan proses
terjadainya perubahan adalah merupakan sebuah dinamika.
Perjalanan
waktu dengan berbagai peristiwa yang terjadi di dalamnya adalah merupakan
dinamika yang secara mutlak akan terjadi dan mengisi kehidupan umat manusia itu
sendiri.
Oleh
karena itu, dalam makalah ini, penulis akan mencoba mengkaji suatu pokok
masalah yaitu Dinamika Masyarakat Modern dalam Perspektif Islam, dengan
sub hahasan; (1) dinamika dalam masyarakat Islam, (2) dinamikan dalam
masyarakat modern, dan (3) implikasi kemajuan modern terhadap masyarakat Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dinamika Masyarakat.
Berbicara
tentang masyarakat, maka tidak lepas pula kita membicarakan tentang kebudayaan,
karena hubungan antara kebudayaan dan masyarakat telah menjadi tersimpul, bahwa
masyarakat adalah pendukung kebudayaan[6].
Begitu pula berbicara tentang masyarakat Islam, tidak lepas dengan kebudayaan
Islam, karena kebudayaan tidak dibangun atas dinamika masyarakat itu sendiri.
Islam dalam
arti agama yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw., lahir bersama dengan
turunnya al-Qur'an lima
belas abad yang silam. Masyarakat Arab Jahiliyah adalah masyarakat pertama yang
bersentuhan dengannya, serta masyarakat pertama pula yang berubah pola pikir,
sikap, dan tingkah lakunya sebagaimana dikehendaki oleh Islam.
Dinamika dan
perubahan masyarakat adalah sebuah konsekuensi kehidupan, di mana manusia akan
mengalaminya. Dinamika tersebut merupakan hukum-hukum sejarah[7],
yang pasti akan terjadi selama manusia itu berinteraksi antara satu dengan
lainnya.
Perubahan
terhadap apa yang sisebut masyarakat Islam[8],
dapat dilihat dalam perspektif kewaktuan, yakni dahulu, kini dan masa akan
datang. Pada masa-masa awal perkembangan Islam, masyarakat Islam menampilkan
diri sebagai masyarakat alternatif yang memberi warna tertentu pada kehidupan
kemanusiaan. Karakter paling penting yang ditampilkan oleh masyarakat ketika
itu adalah kedamaian dan kasih sayang.
Masyarakat
model ini tampil di tengah kehadiran Rasulullah, baik di Mekah maupun di
Madinah, yang banyak disebut sejarawan sebagai model masyarakat ideal,[9]
dengan sejumlah karakteristik yang diperlihatkan, di antaranya masyarakat
memiliki akidah kuat, konsistensi dalam beramal, yang semua itu dipandu oleh
kepamimpinan yang penuh wibawa.[10]
Keteladanan
Nabi dalam membangun komunitas muslim terlihat jelas terutama saat periode
Madinah. Sejumlah langkah yang ditempuh Nabi dalam membangun sebuah komunitas
yang beradab, di antaranya sebagai berikut:
1. Pebangunan masjid Quba sebagai
langkah awal simbolis bahwa pengembangan masyarakat Islam harus dimulai dari
masjid. Karena masjid bukan semata sebagai tempat sembahyang, melainkan juga
sebagai pusat peradaban manusia.
2. Pembentukan lembaga ukhuwah
antara kalangan Muhajirin dan kalangan Anshar, yang mentimbolkan betapa
masyarakat Islam membutuhkan basis organisasi yang kukuh dan tangguh demi
integritas umat. Ini yang kemudian diambil oleh dunia menejemen modern yang
meniscayakan adanya teamwork untuk meraih sesuatu yang jauh lebih besar.
3. Piagam Madinah mengajarkan
bahwa pembinaan masyarakat Islam memerlukan semacam memorandum of agreement
sebagai landasan pilitis yang menjamin integritas sosial.
Perjalanan
waktu kemudian membawa masyarakat Islam untuk berinteraksi dan berdaptasi
dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Pertemuan budaya dengan masyarakat
lain melahirkan tarik-menarik asimilasi kebudayaan antara masyarakat Islam dan
masyarakat lainnya. Hal ini terjadi pada periode Khulafaurrasyidin. Sejarah
mencatat, bahwa pada masa ini khususnya pada masa khalifah Usman dan Ali, umat
Islam mulai mengalami disintegrasi persatuan dan persaudaraan, nilai-nilai
persaudaraan, saling menghormati antar sesama seperti yang diajarkan oleh Nabi
mulai dilupakan. Hal tersebut dapat dilihat saat terjadinya perseteruan antara
Usman dan kelompok-kelompok yang menentangnya akibat kebijakan-kebijakan yang
sektarian memprioritaskan keluarganya menduduki jabatan di pemerintahan
sehingga mengakibatkan kematiannya pada tahun 656 oleh gerombolan sekitar 500
orang Arab dari Fustat.[11]
Kemudian Ali
bin Abi Thalib menggantikan Usman, pada masa pemerintahan Ali inilah merupakan
awal terjadinya perpecahan dan sejarah suram dalam umat Islam. Perang Jamal adalah
perang saudara pertama yang terjadi di kalangan umat Islam yaitu antara Ali dan
kelompok yang dipimpin oleh Aisyah istri Nabi, Thalhah dan Zubair. Selain itu,
kelompok Muawiyah menuntut kepada Ali atas kematian Usman, agar menghukumnya.
Karena merasa tidak mendapat respon dari Ali, maka mereka memberontak yang
dipimpin langsung oleh Muawiyah sendiri yang dikenal dengan perang Siffin.[12]
Selanjutnya
Islam dari masa ke masa berkembang hingga ke puncak kejayaannya khususnya pada
masa Bani Abbasiyah yang berpusat di Bagdad sebagai sentral peradaban dunia,[13]
kemudian berubah dan menjadi mundur dengan hancurnya Bagdad, sampai sekarang
Islam menjadi komunitas yang terkebelakang bila dibandigkan dengan dunia Barat
dengan berbagai kemajuan yang dicapai dan sebagai dominasi peradaban dunia
khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
B. Dinamikan Masyarakat Modern
Masyarakat
modern ialah struktur kehidupan masyarakat yang dinamis, kreatif untuk
melahirkan gagasan-gagasan demi kepentingan manusia dalam berbagai sektor
kehidupan di mana daya berpikir dan daya cipta semakin berkembang untuk
memformulasikan makna kehidupan dalam konteks yang nyata, yang mengakibatkan
pergeseran nilai-nilai budaya yang setiap saat berlangsung walaupun secara
lamban, maupun pasti[14]
Menurut Emile
Dukheim bahwa masyarakat modern merupakan satu kesatuan organis yaitu adanya
perbedaan individu (pluralisme) membuat mereka bermasyarakat, saling membantu
dan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya.
Menurutnya, dalam
masyarakat modern, kebebasan individu dan toleransi terhadap keyakinan individu
dan caranya mengatur hidupnya semakin menonjol. Saat yang sama, bidang-bidang
kehidupan yang dikuasai oleh kesadaran kolektif semakin tersingkir dan
menyempit. Masyarakat diandaikan tidak berhak mencampuri urusan-urusan pribadi
yang makin meluas.[15]
Dalam
kehidupan yang semakin lama semakin mengglobal, perubahan itu akan dianggap
sebagai suatu kebiasaan karena perkembangan teknologi, transportasi dan
komunikasi yang cepat.
Menurut
Willbert E. Moore, bahwa sifat perubahan sosial merupakan suatu the
normality change, walaupun kekacauan kontemporer adalah ciri yang paling
menonjol di permukaan abad ini dan menyebabkan perubahan yang cepat dibanding
awal abad ke-20.
Terjadinya
perubahan sosial dalam dunia modern ini memang tidak dapat di sangkal lagi dan
seringkali tidak dapat ditolak, bagi masyarakat atau kebudayaan mana pun.
Perubahan terus berlangsung secara cepat[16]
baik secara evolusi maupun revolusi.[17]
Pada awal
ke-21 sekarang ini, dunia masih terus mengalamai perubahan-perubahan cepat dan
mendasar di berbagai bidang yang pada gilirannya mengakibatkan berlanjutnya
proses transformasi global.
Dalam
tranformasi global ini, diharapkan akan melahirkan sebuah tatanan baru dalam
kehidupan masyarakat dunia yang lebih damai, adil dan sejahtera. Akan tetapi
kenyataan menunjukkan lain bahwa masyarakat dunia akan diperhadapkan kepada
keadaan dunia yang di samping mencatat kemajuan-kemajuan nyata juga masih sarat
dengan konflik dan kemelut, ketidakpastian dan ketidakadilan.[18]
Fenomena yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat modern dewasa ini dengan sebuah fenomena
baru yang mewarnai kehidupan mereka disebut era global, di mana akan diwarnai
dengan gaya
kehidupan masnusia yang serba modern, baik cara berpakaian, cara makan, cara
berbicara, kebebasan belanja, pilihan restoran, pilihan hiburan, tata rambut,
tata busana dan sebagainya. Gaya
hidup seperti ini merupakan kombinasi dan totalitas dari cara, tata, kebiasaan
pilihan serta obyek-obyek yang mendunkungnya.[19]
Salah satu
bentuk dominasi dunia modern saat ini adalah dengan kemajuan IPTEK yanag akan
membawa perubahan pada sendi-sendi kehidupan, etika dan moralitas masyarakat
dunia,[20]
bahkan akan membawa fenomena transformasi sosio-kulutral di semua
negara, bangsa, semua orang menjadi kosmopolit, dan hampir tidak adal lagi
kejadian sekecil apapun di sebuah negara kecuali segera menyebar di pelosok
dunia, batas-batas sistem nasional di semua negara hampir hilang, dan orang di
seluruh dunia saling mempengaruhi meskipun tidak bertemu muka.[21]
Akibat dari hilangnya batas-batas sistem territorial tersebut mengakibatkan
terjadinya interaksi yang serba melintasi antar wilayah dan sektor kehidupan
secara menyeluruh atau mendunia. Dari perkembangan yang semakin mendunia
tersebut akan tampak dalam pola-pola hubungan antar bangsa dan negara yang
cenderung menjadi makin bebas, kompetitif dan transparan, bahkan dalam
pola-pola kehidupan antara manusia.[22]
Oleh karena
itu, salah satu bentuk dan dinamikan kehidupan masyarakat modern, adalah mereka
mampu menciptakan kemajuan dengan berbagai metode yang mereka lakukan sehingga
mampu merobah pola, tatanan, dan gaya
hidup manusia itu sendiri, dengan berbagai kemudahan-kemudahan yang ditawarkan
dan mereka ciptakan. Akan tetapi di sisi lain sekaligus juga ancaman bagi
kehidupan mereka sendiri.
C. Implikasi Kemajuan Modern Terhadap Masyarakat Islam
Istilah
globalisasi adalah sebuah fenomena baru yang terjadi di abad ke-21 saat ini,
yaitu ditandai dengan kemajuan IPTEK dan transparansi dalam kehidupan. Proses
globalisasi terus mengalir deras dalam kehidupan dunia dengan membawa berbagai
implikasi dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat dunia yang bersifat mulit-dimensi,[23]
dengan sejumlah perwujudan yang telah membawa kepada berbagai perubahan pada
kebudayaan manusia.[24]
Bahkan dengan
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang teradopsi dari kemajuan IPTEK,
sejumlah gagasan dari berbagai sudut dunia terutama gagasan berasal dari
masyarakat negara-negara maju, bagaikan gelombang besar datang menyerbu
kehidupan masyarakat dunia, khususnya masyarakat Islam yang berimplikasi pada
terjadinya pergeseran nilai baik itu positif maupun negatif. Salah satu
nilai-nalai positif yang bisa dilihat yaitu dengan perpaduan kebudayaan antara
kebudayaan Islam dan kebudayaan Barat yang menjadikan Islam semakin kaya akan
nilai-nilai kebudayaan, meskipun di lain pihak tidak dapat disangkal yang juga
membawa dampak pada merosotnya nilai-nilai moralitas sebagian umat akibat
mereka tidak mampu mengimbangi laju perkembangan dan kemajuan tersebut,
sehingga mereka cenderung hanya menerima dan mengadopsi nilai-nilai budaya Barat tanpa filtrasi yang
baik yang justru sangat bertolak belakang dengan Islam.
Salah satu
dampak yang kita rasakan sekarang ini adalah seperti yang digambarkan oleh John
Naisbit dalam Mega Trend 2000 menyebutkan kecenderungan masyarakat dalam
3F: fun (hiburan), food (makanan), fashion (pakaian). Lain halnya dengan
Jalaluddin Rahmat yang meramalkan dalam 5F:faith, fear, acts, fiction dan
formulatilation.[25]
Baik yang
digambarkan oleh John Naisbit maupun Jalaluddin Rahmat tersebut adalah sebuah
konsekuensi logis yang akan menjadi warna kehidupan manusia, khususnya kepada
masyarakat Islam.
Adalah sebuah
realitas yang terjadi saat ini, bahwa apa yang menjadi prediksi John Naisbit,
kini telah terjadi. Sejumlah negara-negara maju kini tidak lagi malu-malu
mempertontonkan dirinya dengan pakaian ‘seadanya’ bahkan tanpa busana dia
tampil di depan orang-orang dengan gaya dan tari yang erotik, (segi fashio),
belum segi-segi yang lain yang cukup kontratradiktif dengan nilai-nilai yang
diajarkan oleh Islam.
Hal inilah
yang perlu diantisipasi bagi generasi muda Islam, agar jangan terjebak dengan
kesenangan yang sifatnya sesaat tersebut, tapi bukan berarti, karena sejumlah
implikasi negatif tersebut lalu hanya pasif, berpangku tangan dan tidak mau
berperan aktif di dalamnya, di samping sebagai subyek harus ada filtrasi yang
akan mengakomodir nilai budaya-budaya yang dianggap relevan dengan Islam dan
yang kontradiktif dibuang jauh-jauh.
Meskipun dari
sejumlah implikasi negatif yang bisa muncul dari kemajuan ilmu pengetahuan
modern, akan tetapi juga terdapat sejumlah nilai-nilai positif yang akan
memberikan khasanah baru dalam kemajuan dan perkembangan Islam ke depan, dengan
sebuah tatanan masyarakat yang berperadaban yang tinngi.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masyarakat
Islam adalah masyarakat yang mengedepankan nilai-nilai moralitas, yang
menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan, kebersamaan, dan ketaatan. Masyarakat
dalam pandangan Islam merupakan alat atau sarana untuk melaksanakan
ajaran-ajaran Islam yang menyangkut kehidupan bersama. Karena itulah masyarakat
harus menjadi dasar kerangka kehidupan duniawi bagi kesatuan dan kerja sama
umat menuju adanya suatu pertumbuhan manusia yang mewujudkan persamaan dan keadilan.
Dengan
kemajuan IPTEK yang telah menjadi nafas kehidupan manusia, diterima atau tidak,
ia harus ikut ambil bagian di dalamnya, termasuk Islam, meskipun dengan
sejumlah dampak yang akan ditimbulkan kemajuan tersebut, namun tidak ada
pilihan lain kecuali harus ikut mengarungi samudera globalisasi dan
berkompetisi di dalamnya untuk mengambil nilai-nilai yang dibawa globalisasi
tersebut, tentunya nilai-nilai yang relevan dengan kehidupan masyarakat Islam,
dengan melakukan filter terhadap nilai-nilai tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, “Problem Dakwah dalam Menghadapi Era Globalisasi” Jurnal Dakwah,
Edisi 02/Mei/2000. Fakultas Dakwah IAIN Alauddin Makassar,
2000.
Ali
Alatas “Tatanan Politik Dunia Abad 21” dalam Indonesia Abad 21; di Tengah
Kepungan Perubahan Global. Cet. I; Jakarta:
Kompas, 2000.
A.M.
Saefuddin., et al., Deserkularisasi Pemikiran; Landasan Islamisasi. Cet.
III; Bandung:
Mizan, 1993.
Ira
M, Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Ed. I Cet. I; Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1999.
Jalaluddin
Rahmat, Islam Aktual. Cet. IX; Bandung:
Mizan, 1996.
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi III Cet. III; Jakarta:
Balai Pustaka, 2003.
Doyle
Paul Johnson, Sociological Theory Classical Founders and Contemporary Perspective,
yang dialih bahasakan oleh Robert M.Z. Lawang dengan judul Teori
Sosiologi Klasik dan Modern. Cet. I; Jakarta:
PT. Gramedia, 1986.
Dr
Badri Yatim, M.A., Sejarah Peradaban Islam. Cet. XII; Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2001.
Drs.
Sidi bGAzalba. Masyarakat Islam; Pengantar Sosiologi dan Sosiografi (Cet.
II; Jakarta:
PT. Bulan Bintang, 1989.
Dra.
Nanih Machendrawaty, M.Ag., Agus Ahmad Safei, M.Ag., Pengembangan Masyarakat
Islam; Dari Ideologi Strategi Sampai Tradisi. Cet. I; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001
Drs.
Kaelany HD, M.A.. Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan Edisi II Cet.
Edy
Suandi Hamid, et al., Rekonstruksi Gerakan Muhammadiyah pada Era Multi
Peradaban. Cet. I; Yogyakarta: UII Press,
2000.
M.
Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupam
Masyarakat Cet. XI; Bandung:
Mizan, 1995.
M.
Amien Rais, Tauhid Sosial; Formula Menggempur Kesenjangan. Cet. III; Bandung: Mizan, 1998.
Prof.
Judistira K. Garna, Ph.D., Teori-teori Perubahan Sosial. Bandung: Program Pascasarjana
Universitas Padjajaran Press, 1992.
Ridwan
al-Makassary, Kematian Manusia Modern; Nalar dan Kebebasan menurut C. Wright
Mills. Cet. I; Yogyakarta: 2000..
Yasraf
Amir Pialiang, Sebuah Dunia yang Dilipat; Realitas Kebudayaan Menjelang
Millenium ketiga dan Matinya Posmodernisme. Cet. II; Bandung: Mizan, 1998.
[1] Gerak masyarakat secara terus
menerus yang menimbulkan perubahan dalam tata hidup masyarakat yang
bersangkutan, Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Edisi III (Cet. III; Jakarta:
Balai Pustaka, 2003), h. 265.
[1] M. Quraish Shihab, Membumikan
al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupam Masyarakat (Cet. XI;
Bandung: Mizan, 1995), h. 245-246..
[1] Masyarakat adalah sejumlah masnusia
dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap
sama., Ibid., h. 721. Bandingkan
masyarakat adalah sejumlah individu yang terjalin karena adanya
interaksi dan saling mempengaruhi, Lihat Doyle Paul Johnson, Sociological
Theory Classical Founders and Contemporary Perspective, yang dialih
bahasakan oleh Robert M.Z. Lawang dengan judul Teori Sosiologi Klasik dan
Modern, (Cet. I; Jakarta:
PT. Gramedia, 1986), h. 257-258.
[1]Prof. Judistira K. Garna, Ph.D.,
Teori-teori Perubahan Sosial (Bandung: Program Pascasarjana Universitas
Padjajaran Press, 1992), h. 1.
[1] Lihat Dr Badri Yatim, M.A., Sejarah
Peradaban Islam (Cet. XII; Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2001), h. 9.
[1] Drs. Sidi bGAzalba, Masyarakat
Islam; Pengantar Sosiologi dan Sosiografi (Cet. II; Jakarta: PT. Bulan
Bintang, 1989), h. 30.
[1] M. Quraish Shihab, loc. Cit.
[1]Masyarakat Islam ialah kelompok
manusia di mana hidup terjaring kebudayaan Islam yang diamalkan oleh kelompok
tersebut sebagai kebudayaan. Lihat Zidi Gazalba op. cit h. 102.
[1]Dra. Nanih Machendrawaty, M.Ag., Agus
Ahmad Safei, M.Ag., Pengembangan Masyarakat Islam; Dari Ideologi Strategi
Sampai Tradisi (Cet. I; Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 21. Lihat Drs. Kaelany HD, M.A., Islam dan
Aspek-aspek Kemasyarakatan Edisi II, (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 165.
[1]Dra. Nanih Machendrawaty, M.Ag., Agus
Ahmad Safei, M.Ag., loc. cit.
[1]Lihat Ira M, Lapidus, Sejarah
Sosial Umat Islam, Ed. I (Cet. I; Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 1999), h. 82-86.
[1]Lihat Ibid
[1]Lihat Ibid, h. 103-122.
[1]A.M. Saefuddin., et al., Deserkularisasi
Pemikiran; Landasan Islamisasi (Cet. III; Bandung: Mizan, 1993), h. 157.
[1] Lihat Ridwan al-Makassary, Kematian
Manusia Modern; Nalar dan Kebebasan menurut C. Wright Mills (Cet. I; Yogyakarta: 2000), h. 40-43.
[1]Prof. Judistira K. Garna, Ph.D., op.
cit., h. 2
[1]Ibid., h. 1.
[1]Ali Alatas “Tatanan Politik Dunia
Abad 21” dalam Indonesia
Abad 21; di Tengah Kepungan Perubahan Global (Cet. I; Jakarta: Kompas, 2000), h. 3.
[1]Yasraf Amir Pialiang, Sebuah Dunia
yang Dilipat; Realitas Kebudayaan Menjelang Millenium ketiga dan Matinya
Posmodernisme (Cet. II; Bandung: Mizan, 1998), h. 209
[1]M. Amien Rais, Tauhid Sosial;
Formula Menggempur Kesenjangan (Cet. III; Bandung: Mizan, 1998), h. 145.
[1]Abd. Rahim Arsyad, “Problem Dakwah
dalam Menghadapi Era Globalisasi” Jurnal Dakwah, Edisi 02/Mei/2000 (Fakultas
Dakwah IAIN Alauddin Makassar, 2000), h. 1.
[1]Edy Suandi Hamid, et al., Rekonstruksi
Gerakan Muhammadiyah pada Era Multi Peradaban (Cet. I; Yogyakarta:
UII Press, 2000), h. 47.
[1]Ibid
[1]Abd. Rahim Arsyad., Ibid.
[1]Jalaluddin Rahmat, Islam Aktual
(Cet. IX; Bandung: Mizan, 1996), h. 71.
[3]
Masyarakat adalah sejumlah masnusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh
suatu kebudayaan yang mereka anggap sama., Ibid., h. 721.
Bandingkan masyarakat adalah sejumlah
individu yang terjalin karena adanya interaksi dan saling mempengaruhi, Lihat
Doyle Paul Johnson, Sociological Theory Classical Founders and Contemporary
Perspective, yang dialih bahasakan oleh Robert M.Z. Lawang dengan judul Teori
Sosiologi Klasik dan Modern, (Cet. I; Jakarta:
PT. Gramedia, 1986), h. 257-258.
0 komentar:
Posting Komentar
apakah anda tidak menemukan yang anda cari??? silahkan tuliskan sesuatu yang anda cari itu....